Upaya Pemprov DKI Jakarta untuk menjinakkan Corona mulai terlihat hasilnya. Kasus aktif turun, yang sembuh makin nanjak. Rumah sakit rujukan untuk pasien Corona juga mulai lengang. Namun, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan tak mau besar kepala.
Menukil data Pemprov DKI, Sabtu (32/7), terjadi penambahan 3.327 kasus aktif Corona sehingga totalnya menjadi 814.653 kasus. Meskipun bertambah, kasus aktifnya justru turun hingga 1.804 dibanding sebelumnya.
Baca Juga: Anies Baswedan Sumringah, Target dari Pak Jokowi Tuntas Terlaksana, Bahkan Melebihi Target
Warga ibu kota yang meninggal terpapar Corona, kemarin bertambah 183 orang, sehingga totalnya menjadi 12.135 orang. Sementara kabar baiknya, angka yang sembuh jauh lebih tinggi dari penambahan kasus, yakni 4.948 orang menjadi 784.668 atau 96,3 persen.
Dalam keterangan di kanal Youtube Pemprov DKI Jakarta berjudul Penjelasan Gubernur DKI Jakarta Mengenai Vaksinasi Di Jakarta, Anies terlihat fresh. Kata dia, makin hari pengendalian Corona di Ibu Kota terus menuju arah yang lebih baik. Dari segi kasus aktif/jumlah pasien, tingkat kematian, hingga positivity rate, seluruhnya menunjukkan tren penurunan.
Namun, Anies mengingatkan pada anak buahnya, agar tidak langsung berpuas diri. Kata dia, perang melawan Corona masih jauh dari selesai.
“Saya ingatkan juga, hati-hati. Ini belum selesai. Kita belum menang!” tegas Anies dalam video tersebut.
Eks Mendikbud ini mengatakan, tren penurunan kasus di Jakarta, masih di atas standar aman WHO. Positivity rate masih di kisaran 15 persen per hari, padahal standar aman WHO maksimum lima persen. Keterisian rumah sakit oleh pasien Corona juga masih di atas 70 persen, sedangkan standar aman WHO 60 persen. Kata dia antrean IGD memang sudah terurai, tapi ICU masih cukup padat.
“Karena itu jangan kasih kendor. Jangan lengah. Jangan sampai momentum perbaikan ini berbalik karena kita buru-buru merasa senang, buru-buru merasa berhasil, lalu kita mulai berkegiatan bebas,” tegasnya.
Kabar baik lainnya, lanjut Anies, yakni kasus pemakaman dengan protokol Corona di Jakarta. Jika sebelumnya sekitar 350-400 dalam sehari, kini hanya berkisar di 150-200 per harinya. Ketiga, kematian warga yang menjalani isolasi mandiri (isoman) juga berkurang. Dari sebelumnya 75 orang per hari, saat ini kurang dari 5 orang dalam sehari.
Dalam video itu, Anies juga menyampaikan capaian vaksinasi. Hingga kemarin, sudah ada 7,5 warga Ibu Kota yang telah menerima vaksin. Capaian itu diselesaikan Anies, sebulan lebih cepat dari target yang diminta Presiden Jokowi.
“Alhamdulilah, hari ini, 31 Juli, kita laporkan bahwa target itu telah tercapai, 7,5 juta vaksin dosis pertama dan 2,5 juta vaksin dosis kedua telah diberikan di Jakarta,” ungkapnya.
Meskipun target 7,5 juta itu sudah tercapai, Anies memastikan pihaknya tidak akan berhenti untuk melakukan vaksinasi massal. Menurutnya, masih banyak warga ber-KTP DKI Jakarta yang belum divaksin. Termasuk memberikan kesempatan warga di luar DKI untuk ikut vaksin di Jakarta.
“Kita tahu, herd immunity di kota yang sangat terbuka seperti ini tidak akan tercapai bila yang divaksin hanya warga ber-KTP DKI saja,” pungkas eks Rektor Universitas Paramadina ini.
Hal senada juga disampaikan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria. Pihaknya akan terus meningkatkan testing demi memutus rantai penyebaran Corona. Meski angkanya sudah 22 kali lebih tinggi dari standar minimal yang ditentukan WHO. “Sekarang sudah 183.486 testing dalam sepekan. Ini terus kita tingkatkan,” janjinya.
Kenapa demikian? Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta ini meyakini testing yang tinggi dapat membantu percepatan penanganan corona di DKI. Alhasil, tingkat keterisian pasien di rumah sakit juga sudah berkurang saat ini. “Mudah-mudahan tidak ada masalah lagi,” imbuh Riza.
Epidemiolog Griffith Universiy Australia, Dicky Budiman mengapresiasi penanganan pandemi di Jakarta. Menurutnya, Anies Cs konsisten menggunakan pendekatan berbasis sains dalam menangani pandemi. Contohnya, testing yang di atas rekomendasi WHO, dan jauh di atas performa 3T nasional.
“Saya nggak bisa bayangkan kalau di Jakarta tesnya buruk. Indonesia bisa jadi negara papan bawah banget dalam percaturan global menangani pandemi. Karena 3T-nya standar banget. Dan positivity rate adalah presentasinya,” ulas Dicky saat dihubungi, tadi malam.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: