Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Beda Pendapat, Presiden dan Bank Sentral Argentina Bertolak Belakang Soal Bitcoin dan CBDC

        Beda Pendapat, Presiden dan Bank Sentral Argentina Bertolak Belakang Soal Bitcoin dan CBDC Kredit Foto: Unsplash/Dmitry Demidko
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Presiden Argentina, Alberto Fernandez, telah menunjukkan dukungannya untuk aset digital kripto. Ia menegaskan bahwa tidak ada alasan untuk menolak kelas aset yang akan muncul.

        Selama wawancara dengan outlet media lokal, Caja Negra, pada hari Kamis, seperti dilansir dari Cointelegraph, Fernandez menjawab pertanyaan tentang apakah dia akan mempertimbangkan untuk mengeksplorasi mata uang digital bank sentral (CBDC) atau bahkan mengakui Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah seperti yang dilakukan El Salvador awal tahun ini.

        Baca Juga: Keren! Beli Bitcoin Kini Bisa Lewat Dompet Digital!

        "Saya tidak ingin mengambil risiko terlalu jauh [...] tetapi tidak ada alasan untuk mengatakan 'tidak'," kata Fernando. Ia menambahkan, "Mereka mengatakan keuntungannya adalah bahwa efek inflasi sebagian besar dibatalkan."

        Inflasi sendiri adalah masalah utama yang menentukan bagi pemerintahan presiden Argentina sebelumnya, Mauricio Macri. Data pemerintah menunjukkan bahwa 100 peso Argentina sejak Macri meninggalkan kantor pada 2019 akan bernilai setara dengan 661 peso hari ini.

        Terlepas dari kontrol mata uang Argentina yang ketat, Presiden saat ini mencatat peningkatan persepsi Bitcoin (BTC) sebagai nilai aset terhadap inflasi dalam ekonomi global yang lebih luas. Namun, Fernandez juga dengan hati-hati mencatat bahwa ini masih sangat awal untuk Argentina dalam sektor cryptocurrency.

        "Ada kehati-hatian karena betapa asingnya itu, dan karena sulit untuk memahami bagaimana keberuntungan ini terwujud. Banyak orang di dunia memiliki kekhawatiran ini, dan itulah sebabnya proyek, atau sistemnya, belum berkembang [lebih dari itu]. Namun, itu adalah sesuatu yang perlu dipertimbangkan," tambahnya lagi.

        Berbeda dari keterbukaan presiden dengan mengeksplorasi aset digital, Kepala Bank Sentral Argentina, Miguel Pesce, tampaknya mengecam keras tindakan terhadap industri tersebut.

        Berbicara selama Forum Keuangan Digital Institut Eksekutif Keuangan Argentina pada hari Selasa lalu, Pesce membidik cryptocurrency dengan mencirikan aset digital sebagai ancaman terhadap stabilitas ekonomi dan menandakan peraturan yang lebih ketat untuk sektor ini.

        Selama acara tersebut, Pesce menegaskan bahwa BTC gagal menghasilkan nilai bagi investor di luar siklus  jangka pendek. Kepala bank sentral juga menyamakan Bitcoin dengan komoditas, menyimpulkan bahwa BTC 'bukan aset keuangan' seperti yang didefinisikan oleh Komisi Sekuritas Nasional negara tersebut.

        Pesce menyatakan niatnya untuk mengatur persimpangan Bitcoin dengan sistem pembayaran dan pasar pertukaran, memperingatkan bahwa cryptocurrency 'bisa sangat merugikan' bagi stabilitas keuangan domestik. Pesce juga menolak saran bahwa Argentina akan mengeksplorasi mata uang digital bank sentral (CBDC).

        Dalam mengatur sektor ini, bank sentral ingin memprioritaskan mencegah investor dengan kemampuan rendah dari melibatkan aset kripto. Ia takut jika itu akan merugikan para investor ke depannya. "Kami khawatir bahwa cryptocurrency digunakan untuk menghasilkan keuntungan yang tidak semestinya pada orang-orang yang tidak menaruh curiga," kata Pesce.

        Pada bulan Mei, laporan menunjukkan bahwa penambangan cryptocurrency berkembang pesat di Argentina karena warga ingin memanfaatkan listrik murah dan melonjaknya harga kripto. Pada bulan yang sama, bank sentral mengulangi peringatan kepada warga Argentina mengenai risiko yang terkait dengan aset kripto.

        Bulan sebelumnya, perusahaan pertambangan Kanada Bitfarms mengembangkan produknya untuk ekspansi di Argentina, mereka memperkirakan fasilitas Argentina yang akan datang akan mengurangi biaya produksinya sebesar 45%.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nuzulia Nur Rahma
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: