Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Wakil Ketua MUI Bongkar Cara China Menjajah dengan Modus Jebakan Utang

        Wakil Ketua MUI Bongkar Cara China Menjajah dengan Modus Jebakan Utang Kredit Foto: Asia News
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas memberikan catatan atas berkuasanya Thaliban atas Afghanistan. Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia ini menyoroti aspek sejarah dan tarik ulur kepentingan politik Amerika Serikat yang memakai jasa Thaliban dan pada akhirnya dihancurkan dan kemudian dipakai lagi.

        Begini keterangan dari analisis Anwar Abbas atas dinamika yang terjadi di Afghanistan.

        Akhirnya Thaliban berhasil merebut kekuasannya kembali setelah diambil alih oleh Amerika yang semula adalah sekutunya dalam mengusir tentara Uni Sovyet. 

        Tapi begitu Uni Sovyet angkat kaki dari bumi Afghanistan, Amerika mulai menggerogoti kekuasan Thaliban dan membentuk citra buruk tentang rezim tersebut dengan menuduh mereka tidak mengindahkan HAM dan sebagai sarang teroris.

        Hal itu sangat merugikan nama baik Thaliban, apalagi dengan peristiwa 11 September 2001 yang mengerikan itu. Di mana sebuah pesawat ditabrakkan oleh pilotnya ke sebuah gedung pencakar langit di New York yang mengakibatkan gedung itu hancur berkeping-keping.

        Amerika kemudian menuduh Osamah bin Laden dan rezim Thaliban sebagai otak dan dalangnya. Padahal, Osamah bin Laden adalah seorang pengusaha kaya yang sebelumnya diajak Amerika untuk membiayai pengusiran Uni Sovyet. Tetapi begitu tujuan Amerika tercapai dan Uni Sovyet hengkang dari Afghanistan, Osamah bin Laden juga dimusuhi dan dikejar-kejar oleh Amerika.

        Selanjutnya, kekuasaan dipegang oleh Hamid Karzai yang merupakan rezim boneka dari Amerika. Tetapi Thaliban tidak menyerah dan terus melakukan perang gerilya yang sangat merepotkan Amerika. Bahkan tidak hanya secara militer, tapi juga secara finansial.

        Sebab, selama dua dekade tersebut Amerika telah menghabiskan anggarannya lebih dari US$ 1 Trilliun. Akhirnya setelah 20 tahun berlalu, Presiden Donald Trump kemudian dilanjutkan oleh Joe Biden setelah bernegosiasi dengan Thaliban memutuskan untuk menarik pasukannya secara total dari Afghanistan selambat-lambatnya pada 31 Agustus 2021.

        Tapi, sekitar dua minggu sebelum tenggat waktu tersebut, Thaliban sudah berhasil menguasai Ibu Kota Kabul dan merebut kekuasan, sehingga presidennya terpaksa melarikan diri ke luar negeri.

        Satu hal yang sangat penting untuk kita kemukakan di sini adalah begitu mereka berhasil menumbangkan rezim boneka tersebut, penguasa Thaliban dengan cerdik memberikan penjelasan kepada dunia bahwa mereka akan menghormati HAM dan memberikan kebebasan kepada perempuan untuk bergerak dan beraktifitas asal mereka memakai hijab.

        Hal itu tentu saja telah berhasil membuat simpati dunia, sehingga kesan buruk tentang Thaliban selama ini mulai terkikis secara signifikan. Bahkan, China sebagai negara yang bertetangga dengannya dengan cerdik sekali memanfaatkan situasi yang ada. Pemerintah China menyatakan bahwa dirinya siap bekerjasama dengan rezim Thaliban.

        Sikap politik China tentu saja akan disambut baik oleh Pemerintah Thaliban, karena mereka yakin memang tidak akan ada negara-negara maju di dunia sekarang ini yang akan bisa membantu mereka untuk memulihkan ekonomi negara yang sudah hancur lebur tersebut, kecuali hanya China yang memang memiliki kekuatan ekonomi besar di dunia saat ini.

        Tetapi kalau Thaliban tidak berhati-hati dalam menjalin kerja sama, maka lewat kekuatan kapitalnya, Pemerintah China tentu akan bisa menjepit rezim Thaliban lewat jebakan hutangnya (debt trap), sehingga tidak mustahil nasib buruk akan terulang kembali. Peribahasa lepas dari mulut harimau masuk ke dalam mulut buaya tidak mustahil akan bisa menimpa mereka.

        Dan itu tentu saja tidak kita inginkan, karena kita berharap Afghanistan akan bisa menjadi sebuah negara maju dan dihormati, serta benar-benar berdaulat baik secara ekonomi maupun politik.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: