Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Arief Wismoyono Mencatat Pencapaian Waktu Terbaik di Ajang Lomba Lari Trail Dunia

        Arief Wismoyono Mencatat Pencapaian Waktu Terbaik di Ajang Lomba Lari Trail Dunia Kredit Foto: Antara/Ahmad Subaidi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ultra Trail du Mont Blanc (UTMB) usai digelar pada pekan lalu. Arief Wismoyono dari Manglayang Academia, tercatat sebagai salah satu peserta yang mengambil kelas UTMB 170km dengan venue start dan finish di Chamonix, Perancis. Rute yang dilalui melewati tiga negara di mana Pegunungan Mont Blanc atau Monte Blanco itu berada; yakni Prancis, Swiss dan Italia. 

        Lomba lari trail dunia yang telah berlangsung 12 tahun ini, menjadi arena “naik haji” para pelari trail. Selain medan yang berat bersuhu dingin di bawah 8 derajat Celcius, sehingga membutuhkan ketahanan fisik dan mental, untuk lolos pun pelari harus mengumpulkan sejumlah point ITRA (International Trail Running Association) dari sejumlah lomba lari trail sebelumnya. Tahun ini 10 ribu pelari lolos point dan berlari pada aneka kategori, termasuk Arief Wismoyono dan lima pelari trail Indonesia lainnya. 

        Baca Juga: Mahasiswa IPB University Ciptakan Alat Panen Kelapa Sawit yang Lebih Efektif dan Efisien

        Arief Wismoyono berlatih menyiapkan diri di Gunung Manglayang.

        “Saya jatuh cinta pada Gunung Manglayang, keren dan medannya lengkap,” ujar Arief yang biasa disapa Mang Aip. Ia pun membentuk Manglayang Academia, dan menjadi “rektor” di sana.

        Bersama Taofik HIdayat yang berperan sebagai “dosen” mereka berlatih secara rutin dan terprogram. Sejumlah pelari trail lain pun kerap bergabung dan berguru kepada mereka. Dari observasi pada kesempatan mengikuti UTMB tahun lalu, Arief menyimpulkan bahwa medan latihan yang tepat untuk UTMB adalah Gunung Manglayang. 

        Gunung Manglayang adalah salah satu gunung di Jawa Barat yang posisinya berada di belakang Kampus Unpad Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Gunung ini, memiliki puncak dengan ketinggian 1.818 MDPL.

        Untuk menuju ke puncaknya, pelari akan disuguhi rute yang relatif technical dengan elevation gain sekitar 2.342m dan gradient 32%. Tingkat kesulitan yang sangat teknis ini dijadikan tantangan untuk ditaklukkan. Dari pengalaman mengikuti UTMB tahun 2019, Arief menarik pelajaran bahwa berlari di turunan adalah kunci untuk “mencuri” waktu. Sekitar 10km terakhir di UTMB adalah jalur turunan.

        “Apalagi suhu sangat dingin, mendorong kita untuk terus bergerak,” katanya. Dan hal itu yang kemudian ia buktikan. Pada 10km terakhir, ia menyusul banyak pelari dari mancanegara. “Seingat saya, sekitar 39 pelari yang saya susul,” katanya lagi.

        Kemampuan berlari downhill-nya itu diapresiasi peserta yang ia lewati. “Mereka memberi semangat dan bertepuk tangan,” ujar Arief lagi. Ia pun menyelesaikan jarak 170km tersebut dalam waktu 35 jam 56 menit dengan jurus rahasianya: downhill skill

        Beruntunglah peserta yang berkesempatan bergabung pada offline race Unpad MTR mendatang, karena akan dapat menikmati keistimewaan Gunung Manglayang tersebut secara maksimal. Arief Wismoyono adalah tim pengelola rute Unpad MTR, yang telah disurvey dan disiapkan sejak tahun lalu. 

        Menurut rencana kegiatan yang sedianya akan berlangsung pada 27 Juni 2021 ini, akan mendapat jadwal baru pada 19 September 2021. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Yayasan Palawa Indonesia bekerjasama dengan IKA Unpad ini, pun telah mendapat rekomendasi dari Dispora Jawa Barat melalui surat rekomendasi yang diterbitkan secara khusus.

        Dispora Jabar memandang kegiatan ini sebagai bagian dari olahraga rekreasi atau sport tourism yang akan mendatangkan manfaat dan dikelola dengan mematuhi peraturan terkait kondisi pandemi sesuai dengan berbagai peraturan yang ada, termasuk juga Surat Keputusan Gubernur Jabar tentang Protokol Kesehatan untuk Pencegahan dan Penanggulangan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) pada Fasilitas Olahraga Publik. Perizinan dari pihak berwenang di Sumedang pun telah dipersiapkan dengan baik. 

        Dengan kata lain, peserta tinggal mempersiapkan diri untuk menikmati jalur lari dengan pemandangan indah dan vegetasi asri yang menjanjikan oksigen berlimpah. Pada titik ketinggian tertentu, bila beruntung jarak pandang tidak tertutup kabut atau awan, peserta dapat menikmati pemandangan indah Kota Sumedang dan Bandung di kejauhan.

        Untuk memenuhi unsur prokes, IdeaRun selaku race management Unpad MTR menetapkan sejumlah peraturan relevan. Peraturan tersebut mengacu sejumlah hal, di antaranya  CHSE Kemenparekraf tentang Lomba Lari Massal Jalan Raya dan juga Surat Keputusan Gubernur Jabar tentang Protokol Kesehatan untuk Pencegahan dan Penanggulangan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) pada Fasilitas Olahraga Publik. Di antaranya, pelari dan petugas diharuskan telah mendapat vaksin covid-19.

        Jumlah peserta offline race ini akan dibatasi sebanyak 150 pelari saja yang dibagi dalam dua kategori 42K atau Trail Marathon dan 21K atau Trail Half Marathon. Pada saat race pack collection sehari sebelum offline race digelar, pelari terseleksi pun akan menjalani test untuk mendeteksi virus covid-19. Apabila terdekteksi virus covid-19, maka pelari mengundurkan diri dengan berbesar hati dan tidak diizinkan berada di lokasi kegiatan demi kepentingan Kesehatan semua pihak yang terlibat. Tes serupa pun akan diterapkan kepada panitia dan seluruh kru yang bertugas pada offline race tersebut. 

        Selain itu, seluruh peserta yang terseleksi harus mematuhi persyaratan mandatory gear yang harus dibawa sesuai ketetapan. “Kami akan melakukan cek terhadap perlengkapan wajib ini dalam beberapa kesempatan, termasuk secara random dilakukan di rute lari,” ujar Safrita Aryana, Direktur IdeaRun yang juga bertindak sebagai race director kegiatan ini.

        Kegiatan ini pun memiliki nilai tambah berupa program baby tree plant atau penanaman pohon untuk penghijauan. Kawasan penghijauan berlokasi di kaki Gunung Manglayang di sekitar Kampus Unpad Jatinangor. Pohon yang ditanam akan disediakan oleh Bank Indonesia Jawa Barat. Akan dipilih jenis pohon yang cocok dengan habitat dan ekosistem di kawasan tersebut sehingga diharapkan akan dapat memberikan manfaat banyak, termasuk menjaga sumber mata air di sana.

        “Kegiatan baby tree plant ini merupakan tradisi yang dilakukan sejak MTR 2015 dan 2016 lalu,” ujar Juston Pangaribuan, Ketua Panitia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: