Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dokter Minta Pemerintah Sinergikan Kebijakan Gizi dengan Perspektif Ilmu Kesehatan

        Dokter Minta Pemerintah Sinergikan Kebijakan Gizi dengan Perspektif Ilmu Kesehatan Kredit Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dokter spesialis anak konsultan nutrisi FKUI RSCM Prof. Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif meminta pemerintah untuk menyinergikan kebijakan terkait kebutuhan gizi anak dengan perspektif ilmu kesehatan. Sebelumnya, ia pernah mengkritik pola makan Piring Makanku yang dianjurkan pemerintah yang tidak melibatkan protein hewani.

        "Pada awalnya sama sekali tidak ada protein hewani sehingga kita meng-approach depkes dan itu sekarang sudah diperbaiki, tahun 2020 itu sudah betul makanannya," kata Damayanti dalam webinar tentang "Gizi dan Kesehatan Anak", Kamis (9/9/2021).

        Baca Juga: Cegah Stunting, Kemenko PMK Ajak Ahli Teknologi Pangan Kembangkan Kelola Makanan

        Ia menilai, masih sering ada salah kaprah soal kebutuhan gizi yang diperlukan anak-anak. Sebagian masyarakat masih menganggap protein hewani tidak boleh diberikan kepada anak. Padahal, justru asupan gizi tersebut penting bagi anak.

        Selain itu, masih ada kesalahpahaman lain yang juga kerap ditemui di masyarakat. "Enam bulan pertama anak cuma dikasih protein nabati. Ya tidak cukup untuk tumbuh. Makanya, stunting tetap tinggi," ujarnya.

        "Nah, saya rasa ini sinerginya itu yang sudah kami berikan berdasarkan keilmuan itu semuanya harus juga disosialisasikan di level pemerintah. Bukan nanti keluar lagi peraturan yang ini, pola makan yang seperti ini, yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara keilmuan," tukas Damayanti.

        Ia mengatakan, demi mencegah makin banyaknya stunting yang terjadi di Indonesia, perlu adanya pemahaman masyarakat mengenai makanan bayi yang tepat. Pasalnya, perkembangan manusia sangat ditentukan oleh pertumbuhan di dua tahun pertama setelah lahir.

        "Jadi itu yang perlu disinkronkan.  Bahwa makanan yang penting untuk anak itu yang sudah diberikan Tuhan, yaitu ASI. Kalau ASI tidak cukup, itu dipenuhi dengan makanan pendamping ASI yang ada di sekitar kita," tuturnya.

        Ia juga menegaskan asupan gizi untuk anak tak boleh sembarang diganti. Dia menekankan, "Protein hewani itu diganti dengan protein hewani, bukan protein nabati."

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Imamatul Silfia
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: