Memasuki perayaan Hari Gizi Nasional ke-63 tahun ini, Indonesia masih dihadapkan pada triple burden of malnutrition atau tiga beban malnutrisi. Ketiga beban yang dimaksud adalah stunting, wasting dan overweight.
Mengatasi hal itu, pemerintah telah melakukan audit kasus stunting guna menemukan penyebab dan solusi penanganannya. Hasilnya, masih tingginya prevalensi stunting di Indonesia disebabkan oleh kebiasaan makan masyarakat yang kurang asupan protein hewani.
Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia, Prof. Hardiansyah, menegaskan bahwa asupan protein hewani pada ibu hamil sangat penting dalam mencegah stunting pada janin yang dikandungnya. Gangguan pertumbuhan janin dalam kandung, menjadi salah satu penyebab anak lahir stunting.
Baca Juga: Jangkrik Jadi Menu Baru Orang-orang di Uni Eropa, Begini Gizinya
“Artinya jangan hanya berpikir tentang kalsium dan mineral, tapi ketika ingin pertumbuhan tulang normal maka perlu juga protein hewani,” jelas Prof. Hardiansyah.
Kebutuhan protein hewani, dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi susu, telur, ikan ataupun daging.
Pada anak, terutama jelang usia dua tahun, asupan protein tidak hanya mencegah stunting, namun juga untuk mengoptimalkan tumbuh kembang otak. Misalnya, dengan segelas susu dapat memenuhi kebutuhan harian gizi makro.
Lebih lanjut, persoalan stunting juga dapat diatasi bila masyarakat meningkatkan konsumsi susu.
“Selain bermanfaat untuk tumbuh kembang anak, susu juga baik bagi imunitas tubuh dan mudah dicerna,” imbuhnya.
Hardinsyah mengingatkan, berbagai temuan dari hasil penelitian meta analisis telah menyanggah bahwa tidak benar bahwa susu dapat meningkatkan risiko kegemukan atau obesitas.
“Justru, susu dapat menurunkan obesitas dan dapat mencapai tubuh langsing dan berotot,” katanya.
Meski demikian, konsumsi susu pada anak penting untuk diperhatikan mengingat tidak semua susu baik untuk dikonsumsi anak. Susu kental manis misalnya, meskipun masuk ke dalam kategori susu namun susu ini mengandung gula yang tinggi dan sangat sedikit kandungan proteinnya.
Di kesempatan terpisah, Ketua Persatuan Ahli Gizi (Persagi) DPC Tangerang Selatan, Ari Retno, mengatakan perlunya kerja ekstra dari banyak pihak untuk mencegah kebiasaan konsumsi kental manis sebagai minuman susu untuk anak.
“Apalagi di Tangerang Selatan yang merupakan wilayah sub-urban, jadi perlu perhatian bersama untuk memperbaiki kebiasaan konsumsi kental manis oleh anak. Kita perlu sampaikan bahwa kental manis itu kandungan gulanya hingga 50%,” jelas Ari saat memberikan edukasi gizi untuk siswa di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Maleo, Tangerang Selatan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajria Anindya Utami
Advertisement