Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bos Nusantara Sawit Sejahtera: Sawit Jadi Penopang Perekonomian Nasional, Bayangkan Kalau Nggak Ada

        Bos Nusantara Sawit Sejahtera: Sawit Jadi Penopang Perekonomian Nasional, Bayangkan Kalau Nggak Ada Kredit Foto: Antara/Akbar Tado
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pendiri sekaligus Direktur Utama PT Nusantara Sawit Sejahtera, Teguh Patriawan menyatakan jika industri sawit berkontribusi besar dalam menopang perekonomian Indonesia.

        Dalam keterangan tertulisnya, Rabu (15/9/2021), menurutnya, jika Indonesia tidak memiliki kelapa sawit, maka Indonesia kehilangan sumber devisa ekspor sekitar US$20 miliar hingga US$25 miliar per tahun dari total nilai ekspor sebesar US$200 miliar per tahun. Baca Juga: Pemerintah Bersama Stakeholder Sawit Kejar Target Replanting 2021

        "Selain itu sebanyak 8 – 10 juta tenaga kerja terancam menganggur dan penerimaan pajak negara juga akan berkurang,” ujarnya.

        Lanjutnya, ia yang merupakan Fakultas Kehutanan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, tahun 1975 ini, mengawali kariernya di bidang kehutanan sebagai Foreman Reseach and Regeneration di sebuah Perusahaan Perkayuan, Plywood dan Hutan Tanaman Industri. Baca Juga: 7 Bulan di 2021, Nilai Ekspor Sawit Dekati Total Nilai Ekspor 2020

        Ia yang juga pernha di pemerintahan, ia pernah menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Kerjasama Bilateral, Biro Perencanaan, Kementerian Kehutanan, akhirnya, pada tahun 1991 dia meninggalkan bidang kehutanan dan beralih ke perkebunan kelapa sawit.

        Menurut Teguh, Bidang kehutanan dan perkebunan memiliki perbedaan dalam proses bisnisnya. Pada perkebunan kelapa sawit terdapat proses untuk mendapatkan hasil panen. Ada masa tanam, perawatan hingga panen. Artinya, jika persyaratan tidak dipenuhi, maka hasilnya tidak akan sesuai harapan. Ada proses dari tidak ada menjadi ada. Tidak hanya mengandalkan apa yang sediakan alam. 

        Dia menikmati proses budidaya di perkebunan kelapa sawit. Ada pohon yang ditanam untuk dapat menyimpan karbon dioksida dari atmosfer dalam jangka waktu lama (sekuestrasi karbon). Semua ini menjadikan perkebunan kelapa sawit bisa dikelola dengan prinsip sustainable development dan ramah lingkungan. Proses kerja perkebunan kelapa sawit bagi Teguh sangat menarik.

        “Yang paling menarik dari dunia perkelapasawitan bagi saya adalah ketelitian dan keseriusan dalam mengikuti prosesnya, mulai dari memilih bibit dan merawat tanaman hingga menghasilkan buah sawit yang dapat diolah menjadi minyak nabati berkualitas tinggi dan ramah lingkungan,” ujar Teguh. 

        Kemudian, pada tahun 2008, dia mendirikan Nusantara Sawit Sejahtera di Kalimantan Tengah. Pabriknya khusus memproduksi minyak sawit berkualitas tinggi, terdiri dari Tandan Buah Segar (TBS), Minyak Sawit Mentah (CPO) dan Biji Sawit (PK).  

        Jauh sebelum Teguh Patriawan mendirikan PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS), pengalaman pertamanya di bisnis perkebunan sawit adalah di Sinarmas Group. Kariernya di bisnis perkebunan sawit cukup cemerlang. Sebelum memilih mendirikan perusahaan kelapa sawit bersama keluarganya, dia sudah dipercaya menjadi CEO di salah satu anak usaha Sinarmas Group.   

        Pengalamannya di bidang kelapa sawit, meyakinkan para investor bahwa sentuhan tangannya, akan membawa keberhasilan bagi Nusantara Sawit Sejahtera. Tidak hanya keuntungan saat ini, tetapi menjadi investasi yang menjanjikan untuk jangka panjang. 

        Dari sisi masa produktif kelapa sawit, umur tanaman di kebun NSS relatif masih muda. Kualitas CPO premium karena memiliki asam lemak bebas di bawah 3%. Lokasi perusahaan juga sangat strategis karena berada dekat dengan bandara, pelabuhan dan perkebunan, sehingga biaya distribusi rendah tanpa trucking dengan menggunakan direct-piping.

        Sebagai direksi di perusahaan perkebunan kelapa sawit, Teguh selalu berpikir dan bertindak komplit. Selain fokus untuk membuat tanaman di kebun tumbuh subur dan pabrik memproduksi minyak sawit berkualitas, dia juga memastikan kesejahteraan dan kenyamanan karyawan.

        Teguh menilai salah satu indikator kepuasan karyawan baik dari sisi pendapatan maupun kenyamanan di tempat kerja adalah ketika mereka bisa setia dan bertahan. Untuk memastikan kebutuhan karyawan, Teguh juga selalu mengingatkan kepada manajemen untuk memastikan semua tenaga kerja mendapatkan keadilan dan apresiasi atas kinerja yang dilakukan.  

        “Contohnya, Nusantara Sawit Sejahtera menyediakan ruangan penitipan anak karyawan sekaligus menyediakan guru dan perlengkapan bermain, bus sekolah, serta fasilitas lainnya. Jadi orang tua bisa bekerja dengan nyaman karena anak-anak bisa tetap belajar dan bermain dengan rasa aman,” paparnya. 

        Selama pandemi, pihaknya bersyukur Covid-19 tidak terlalu berdampak pada kinerja perusahaan karena karyawan masih bisa beraktivitas seperti biasa dengan menerapkan protokol kesehatan. Kondisi ini didukung tempat kerja di ruang terbuka. Namun, memang ada tambahan pekerjaan pada transpotasi karena semua yang keluar masuk perusahaan harus mengikuti dicek antigen atau PCR.

        Kampanye Negatif Sawit

        Saat ini Teguh Patriawan aktif di Kamar Dagang dan Industri Indonesia. Dia menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Tetap Perkebunan. Sebagai pengurus Kadin, Teguh ikut aktif berjibaku mengatasi kampanye hitam kelapa sawit. Dalam menangani kampanye hitam, Teguh menggunakan data akurat menjadi kunci. Selain itu dia juga terus mendorong penerapan prinsip sustainable development secara konsisten. 

        Teguh Patriawan bersyukur, komoditas kelapa sawit masih bertahan, meski badai kampanye hitam gencar menyerang. Kalau hari ini tidak ada kelapa sawit, Indonesia bisa kehilangan sumber devisa sekitar US$ 20 miliar hingga US$ 25 miliar per tahun. Kehilangan ekspor senilai US$ 200 miliar per tahun. Sebanyak 8-10 juta tenaga kerja akan menganggur, penerimaan pajak negara juga akan anjlok.

        “Saya yakin, ke depan, kelapa sawit akan menjadi tanaman yang diunggulkan untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati dunia. Produktivitas tanaman sawit jauh lebih besar dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lain, seperti rapeseed, bunga matahari, kedelai atau jagung, sehingga penggunaan lahan lebih efisien.” jelasnya. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: