Puji-puji Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka ke Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan bikin kaget orang-orang PDIP. Pujian Gibran itu bertolak belakang dengan upaya kader-kader banteng di Ibu Kota yang lagi ngotot menggulirkan hak interpelasi kepada Anies. PSI yang juga ikut dalam gerbong pendukung interpelasi ini, ikutan tidak terima dengan pujian Gibran ke Anies.
Sudah berkali-kali, putra Sulung Presiden Jokowi itu, memuji kepemimpinan Anies di DKI. Mulai dari penanganan Covid-19, percepatan vaksinasi hingga sukses menyediakan stok konvalesen. Bahkan Gibran tak ragu mengakui, kalau kepemimpinan DKI dijadikan role model dalam penanganan Covid-19 di Kota Solo.
Sedangkan di saat yang sama, PDIP dan PSI yang juga pendukung Gibran di Pilkada Kota Solo, lagi ‘panas-dingin’ hubungannya dengan Anies. Di DPRD DKI Jakarta, PDIP dan PSI masih ngotot menggolkan hak interpelasi terhadap Anies terkait penyelenggaran Formula E.
Baca Juga: Gibran Berpotensi Lompat dari Solo ke DKI, Tetapi Ada Kode Keras Bekas Partner Ahok
Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI, Gembong Warsono menilai, pujian Gibran terhadap Anies karena tidak paham masalah yang sebenarnya terjadi. Kata dia, Gibran hanya tahu kulit luarnya saja, tidak sampai ke dalam-dalamnya.
“Gibran kan nggak tahu Jakarta. Gimana mujinya wong memahami persoalan Jakarta saja tidak,” protes Gembong, kemarin.
Namun, Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah punya pandangan berbeda soal pujian Gibran ke Anies. Terkait kesuksesan penanganan Corona di Jakarta, Basarah menganggap Gibran sebenarnya tengah memuji kepemimpinan Jokowi.
“DKI Jakarta adalah salah satu provinsi di wilayah NKRI. Sehingga penanganan Covid-19 pun tidak terlepas dari strategi penanganan yang dipimpin langsung oleh Presiden Jokowi selaku kepala pemerintahan Republik Indonesia,” ulas Basarah, saat dihubungi, kemarin.
Ia lantas menjelaskan filosofi kepemimpinan Jawa. Akan dianggap tidak etis jika seseorang memuji diri sendiri atau keluarga.
Secara umum, memang pujian itu diarahkan ke Anies. Namun, jika berkaca dari filosofi Jawa, pujian Gibran tentu tersemat untuk ayahnya.
Basarah berharap, Anies fair dan jujur untuk mengakui kesuksesan Jokowi mengatasi pandemi di Tanah Air, termasuk Jakarta. Karena DKI bagian dari provinsi Indonesia, dan bukan bersifat “negara dalam negara”.
“Sikap pemimpin yang jujur dan obyektif seperti itu sangat penting sebagai sarana pendidikan politik rakyat dan memperkuat etika kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Sukses pembangunan nasional memang harus ada prasyarat, adanya gotong royong antara pemerintah pusat dan daerah. Serta tidak boleh jalan sendiri-sendiri,” imbuhnya.
Basarah tidak melihat pujian dari Gibran ke Anies terselubung motif untuk maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta 2024. Pasalnya, baik Gibran maupun PDIP sendiri sebagai partai tempat Gibran bernaung, masih fokus membantu Jokowi untuk berjuang mengatasi pandemi.
Bagaimana dengan PSI? Partai yang paling keras mengkritik Anies di DKI Jakarta itu, tidak terima dengan sikap Gibran. Ketua PSI DKI Jakarta, Mike Sianipar mengingatkan Anies, untuk tidak besar kepala. Pujian Gibran itu, untuk Jokowi, bukan Anies yang telah sukses menekan penyebaran Corona di Indonesia, juga Jakarta.
“Termasuk Kapolri, Panglima TNI, dan Menteri Kesehatan. Tapi, Mas Gibran tidak ingin memuji-muji kerja Jokowi. Tapi, justru ingin membagi pujian kepada gubernurnya juga. Ini justru wujud kebesaran hati Gibran,” terang Mike.
Pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio tidak ingin menanggapi protes PDIP dan PSI ke Gibran terkait pujiaannya kepada Anies. Menurutnya, itu hak PDIP dan PSI untuk punya pandangan berbeda dengan Gibran.
Namun, kata dia, hal menarik yang patut diapresiasi, yakni sikap pemimpin di negeri ini semakin dewasa dalam berpolitik. “Artinya, kalau ada yang bagus, dipuji. Tanpa memandang latar belakang atau tujuan politik ke depannya,” ulas pengamat yang akrab disapa Hensat ini.
Soal pesan tersirat, Hensat menyebut hanya Gibran dan Anies yang paham. Namun, dengan cairnya komunikasi antara kedua tokoh ini, sangat mungkin mengubah situasi politik di 2024. Bisa saja, bermula dari Gibran, kemudian hubungan Anies dan Jokowi bisa seperti masa-masa perjuangan menuju Pilpres 2014.
Artinya, sangat mungkin mengubah peta politik. Karena sampai saat ini, Jokowi belum menentukan pilihan kepada siapa menjatuhkan dukungannya. Hal itu tercermin dari sikap para relawannya.
“Sampai hari ini belum ada perintah kan, relawannya mendukung siapa. Tapi, dengan terbukanya komunikasi dan bila nanti kembali mesra dengan Jokowi bukan tidak mungkin Jokowi akan mendukung Anies,” pungkasnya.
Baca Juga: Pakar Hukum Bandingkan Anies Baswedan dan Jokowi: Wow, Jauh...
Baca Juga: Skenario Terburuk: Anies Baswedan Gagal Maju Capres 2024, Jika...
Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai wajar Gibran memuji Anies. Namun, di balik pujian itu, dia menyebut ada dua kemungkinan. Yakni, gimmik politik atau Gibran memang benar-benar mengidolakan Anies.
“Karena manusia termasuk politisi itu bisa banyak melakukan peran dalam satu kesempatan. Gimmik iya. Idola mungkin saja,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti