Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Di Laut Natuna Utara China Semakin Rese, Apa Mau Didiemin Saja?

        Di Laut Natuna Utara China Semakin Rese, Apa Mau Didiemin Saja? Kredit Foto: Rakyat Merdeka
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Di Laut Natuna Utara, China semakin rese. Kapal-kapal perangnya terus wara-wiri sampai para nelayan kita ketakutan. Terus, mau didiamkan saja nih?
         
        Adanya aktivitas kapal perang China di Laut Natuna pertama kali dilaporkan Badan Keamanan Laut (Bakamla) saat Rapat Kerja bersama DPR, awal pekan kemarin. Kepala Bakamla, Laksamana Madya TNI Aan Kurnia menyebut, aktivitas kapal perang China di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia mulai meningkat sejak akhir Agustus. Dari hasil pemantauan radar, ada seribuan kapal China yang berada di Natuna Utara. 
         
        Di saat yang sama, sejumlah nelayan dari Kepulauan Riau, yang biasa mencari ikan di Laut Natuna Utara, memergoki kapal perang China yang sedang mondar-mandir di kawasan ZEE Indonesia. Setidaknya, ada 6 kapal yang terpantau.

        Satu yang paling jelas terlihat kamera adalah kapal destroyer Kunming-172 yang berada di koordinat 6.17237 Lintang Utara dan 109.01578 Bujur Timur. Kunming-172 bukan kapal biasa. Ini jenis kapal perang dengan kemampuan menghancurkan kapal induk yang lebih besar.
         
        Video Kunming-172 di Natuna kemudian beredar luas. Ketua Aliansi Nelayan Natuna, Hendri membenarkan video tersebut. Kata dia, video tersebut diambil nelayan yang sedang melaut di Laut Natuna Utara, Senin (13/9). Keberadaan kapal tersebut membuat nelayan ketakutan. "Apalagi itu kan kapal perang," kata Hendri, Kamis (16/9). 
         
        Kabar keberadaan kapal perang China di Natuna ikut jadi perhatian mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. "Semoga segera diantisipasi oleh aparat keamanan laut," katanya, di akun Twitter @susipudjiastuti. 
         
        Ketua DPR Puan Maharani ikut menyoroti kasus ini. Ketua DPP PDIP ini meminta Pemerintah serius menangani adanya kapal perang China di Natuna. Ia menegaskan, Indonesia tidak boleh membiarkan negara lain terus mengganggu wilayah kedaulatan NKRI. 
         
        "Pemerintah tidak bisa berdiam diri saat negara lain memasuki wilayah kita tanpa izin. Indonesia harus mampu menjaga kedaulatan, karena ini menyangkut harga diri bangsa, apalagi nelayan kita, sebagai rakyat Indonesia, dibuat takut oleh mereka,” tegas Puan, dalam keterangan tertulis, kemarin. 
         
        Putri bungsu Megawati Soekarnoputri ini menegaskan, bukan kali ini saja kapal China memasuki perairan Natuna. Ia Pemerintah segera menyampaikan nota protes kepada China. Pemerintah juga harus menanyakan kepada pemerintah China, apa maksud mereka mengirim kapal perang ke perairan Indonesia.

        Melihat kondisi ini, TNI tak tinggal diam. Kemarin, Komando Armada I menggelar operasi siaga tempur di Laut Natuna Utara. Lima KRI dan satu pesawat dikerahkan. Operasi dipimpin langsung Panglima Komando Armada I Laksamana Muda Arsyad Abdullah. 
         
        Dalam operasi tersebut, Arsyad meninjau secara langsung situasi Laut Natuna Utara lewat udara, menggunakan pesawat skadron udara 600 TNI AL. Namun, Arsyad tidak menemukan kapal asing melakukan aktivitas di Laut Natuna Utara atau di ZEE. “Tidak ada kapal asing yang melakukan aktivitas atau mengambil sumber daya alam di Laut Natuna Utara," kata Arsyad, usai operasi.
         
        Dia mengakui, beberapa waktu lalu ada satu kapal perang China melintas. Tapi berhasil diusir atau dibayangi menggunakan KRI Rigel. 
         
        "Isu ribuan kapal di Laut Natuna Utara  itu tidak berdasar. Kita lihat sendiri hanya ada beberapa kapal lintas damai. Jadi, itu hanya satu statement kurang tepat dan saya juga akan mempertanyakan sumbernya dari mana, dan pembuktiannya oleh apa, sehingga ada isu-isu ribuan kapal," ujar Arsyad. 
         
        Ia menjelaskan, ZEE merupakan wilayah perairan internasional yang juga hak lintas damai bagi setiap negara yang akan melintas. ZEE adalah hak berdaulat Indonesia, bukan kedaulatan. Kapal asing yang mau mengambil sumber daya alam di wilayah ZEE harus mendapatkan izin dari Indonesia. "Apabila hanya melintas, itu tidak masalah, silakan tanpa izin," ujarnya.
         
        Ia lantas menanggapi beberapa foto dan video yang sempat viral ihwal kapal China yang sedang melintas. Menurut dia, hal itu dibolehkan. Arsyad menuturkan, tidak hanya kapal nelayan yang bisa melintas, tapi juga kapal perang. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Boyke P. Siregar

        Bagikan Artikel: