Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Partai Angela Merkel Terjungkal, Sekarang Sayap Kiri Bangkit Lagi

        Partai Angela Merkel Terjungkal, Sekarang Sayap Kiri Bangkit Lagi Kredit Foto: Unsplash/Marten
        Warta Ekonomi, Berlin -

        Partai sayap kiri Sosial Demokrat (SPD) akhirnya memenangi pemilihan umum Jerman, setelah meraup mayoritas dukungan dalam pemilu, Minggu (26/9). Namun, SPD harus berkolisi membentuk pemerintahan, karena tidak mendapatkan dukungan mutlak.

        SPD menang tipis dengan per­olehan suara sebanyak 25,7 persen atau 206 kursi parle­men. Sementara Partai Kanselir Angela Merkel, Uni Demokratik Kristen (CDU) hanya meraih 24,1 persen suara atau 196 kursi. Ini perolehan suara paling rendah dalam sejarah CDU. Namun, marjin yang sangat kecil perolehan suara parpol membuat pengganti Merkel belum dapat disimpulkan.

        Baca Juga: Menlu Jerman Serukan Galang Poros AS-Uni Eropa di Asia-Pasifik

        Sementara yang menjadi par­tai kunci adalah The Greens, yang memperoleh 14,8 persen atau 118 kursi. Partai ini mencalonkan ketuanya, Annalena Baer­bock, sebagai kandidat kanselir. Sedangkan Partai Demokrat Bebas (FDP) meraup 11,5 persen suara atau 92 kursi.

        Merkel akan pensiun setelah 16 tahun memimpin Jerman. Januari lalu, ia memutus­kan tidak lagi menjadi Ketua CDU. Posisinya digantikan Armin Laschet.

        Namun, tanpa keunggulan mutlak salah satu partai, pemi­lihan kanselir dan pembentukan Pemerintah baru butuh waktu. Karena masing-masing harus bernegosiasi membentuk koalisi. Pada pemilu 2017, butuh lima bu­lan untuk membentuk koalisi pe­merintah yang dipimpin Merkel.

        Meskipun demikian, Ketua SPD Olaf Scholz menyampaikan optimisme bahwa ia akan men­jadi kanselir baru. Hasil SPD tahun ini sangat membanggakan. Karena pada pemilu 2017, per­olehan suara SPD hanya sekitar 20 persen.

        “Para pemilih memu­tuskan, Partai Sosial Demokrat unggul. Ini merupakan sukses besar,” kata Scholz di markas partainya.

        “Banyak warga negara yang te­lah memilih SPD karena mereka ingin ada perubahan dalam pe­merintahan. Juga karena mereka ingin kanselir berikutnya harus bernama Olaf Scholz,” ujarnya.

        Karier Scholz (63) di pe­merintahan sudah terpampang nyata. Ia adalah wakil kanselir sekaligus menteri keuangan sejak 2018. SPD juga telah memulai pembicaraan dengan beberapa parpol lainnya. Sejauh ini, SPD berencana mendekati Partai Hijau dan FDP untuk bergabung dengan koalisi, demi mengamankan mayoritas suara di parlemen.

        Namun suasana muram me­nyelimuti kubu CDU dan ketuanya, Armin Laschet. Dua hari menjelang pemungutan suara, Merkel mengungkapkan dukungannya pada Laschet untuk menjadi penerus jabatan kanselir. Namun, pengumuman itu dinilai telat karena banyak pemilih sudah mengirim suara suara lewat pos.

        Laschet mengatakan, hasil pemungutan suara sama sekali di luar perkiraan kubunya. “Kami jelas tidak senang dengan hasil ini,” yakinnya.

        Namun ia mengisyaratkan bloknya belum menyerah. “Ke­menangan itu tidak selalu men­jadikan partai pemenang pertama yang menunjuk kanselir,” kata Laschet (60).

        “Saya ingin pemerintahan yang setiap mitra terlibat, dan semua orang terlihat. Bukan hanya kanselir yang bersinar,” ka­tanya, dalam upaya untuk merayu partai-partai kecil.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: