Inggris melalui program Rural Information and Communication Technologies (ICT) Camp 2021 akan mengedukasi warga Kasepuhan Ciptagelar di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Direktur Common Room Networks Foundation Gustaff H Iskandar, Rural ICT Camp 2021 merupakan bagian dari Digital Access Program (DAP) yang didukung oleh DFID, Inggris. DFID saat ini dikenal sebagai Foreign, Commonwealth and Development Office/FCDO).
Baca Juga: Pariwisata Mulai Dibuka, Satgas ke Pemda: Jangan Sampai Sebabkan Lonjakan Kasus Covid-19!
Kegiatan ini juga bersinergi dengan program “Supporting Community-led Approaches to Addressing the Digital Divide Indonesia”, yang dikembangkan bersama oleh Association for Progressive Communications (APC) dan Common Room Networks Foundation.
Program ini nantinya berupa pelatihan, edukasi, seminar, dan lainnya yang bertujuan mendukung ide, inisiatif, dan praktik pemanfaatan teknologi internet. Sehingga internet menjadi komoditas yang memberi dampak positif bagi masyarakat.
"Kami berusaha agar mereka tetap mendapatkan akses internet setelah sebelumnya mereka sangat sulit mendapatkan akses, karena telah berakhirnya program pemerintah," kata Gustaff kepada wartawan di Bandung, Rabu (13/10/2021). Baca Juga: Pembukaan Pariwisata Bali Terbatas Buat Enam Negara Ya. Ini Daftarnya
Gustaff mengungkapkan program tersebut telah mendapat respons positif dari para pemangku adat di Kasepuhan Ciptagelar. Saat ini, tercatat sudah ada 29 dusun yang mengakses internet. Akses internet itu dipakai oleh 800 sampai 1.000 pengguna per hari.
Adapun, perwakilan dari Kasepuhan Ciptagelar Yoyo Yogasmana mengaku, pihaknya membuka diri atas teknologi modern yang masuk ke wilayahnya. Pasalnya, salah satu falsafah Kasepuhan adalah mampu mengimbangi perkembangan zaman, tapi jangan sampai menghilangkan adat atau tradisi leluhur.
"Itu satu alasan kami kenapa kami membuka diri mendapatkan program ini. Kami harus mampu menggaungkan keseimbangan antara perkembangan modern dan masyarakat adat," ungkapnya.
Masyarakat adat Ciptagelar mengaku tidak risau dan takut atas modernisasi. Karena dasar adat masyarakat sudah kuat. Pihaknya juga menjunjung tinggi hukum adat. Sedangkan, masyrakat yang melanggar atau melebihi batasan akan mendapatkan hukuman seusia tindakan yang dilakukan.
Selama ini, lanjut Yoyo masyarakat di Kasepuhan tidak menutup diri atas perkembangan zaman. Ia mencontohkan, saat kebutuhan akan energi listik, masyarakat bersama-sama mencari suplai listik yang disediakan alam, seperti air.
"Perangkat modern tak bisa dilepaskan dari kehidupan kami, tapi ada batasannya. Misalnya ada ruang tertentu yang tidak boleh ada teknologi modern, seperti, saat ritual yang mesti mengeluarkan pusaka kami," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: