Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pegiat Lingkungan Bantah Isu Lingkungan yang Dialamatkan ke Sawit

        Pegiat Lingkungan Bantah Isu Lingkungan yang Dialamatkan ke Sawit Kredit Foto: Antara/Raisan Al Farisi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pegiat lingkungan Fransisca Simanjuntak merasa heran setiap membaca informasi terkait deforestasi yang disebabkan oleh pembukaan lahan sawit baik di media massa maupun di sosial.

        Stereotipe deforestasi yang dialamatkan kepada kelapa sawit lebih sering dimunculkan melalui foto penebangan pohon yang dijual; terlihat menjadi lebih menarik di media. Padahal, aktivitas deforestasi juga terjadi dalam pembangunan infrastruktur yang mengharuskan menebang pohon.

        Baca Juga: Kata Siapa Kelapa Sawit Merugikan? Ini Kesaksian Petani Milenial Sawit

        "Menurut saya ini pemikiran masih abu-abu," ujarnya dalam Talkshow Sawit GenSawit Corner dengan topik Benarkah Sawit dan Biodiesel Penyebab Deforestasi?, Kamis (28/10/2021).

        Fransisca mengatakan, kampanye hitam tentang sawit selain isu tentang deforestasi adalah tiga isu lainnya yang berkaitan dengan kesehatan, lingkungan, dan tenaga kerja.

        Isu tersebut banyak dibuat oleh pihak asing yang tidak memiliki kemampuan memadai untuk menanam kelapa sawit, selain juga tidak memiliki sumber daya alam yang dapat mendukung pertumbuhan kelapa sawit. Sebab, mereka lebih terbiasa menanam bunga matahari dan kedelai yang tingkat produktivitasnya ada di bawah kelapa sawit.

        "Kebanyakan yang keras bicara adalah buatan luar negeri. Kedua saya juga melihat LSM antisawit mereka dilarang di India karena dianggap menghambat pembangunan India. Isu di luar sana yang antisawit mendapatkan support. Kalau saya lebih merenung, saya mikir apa iya sejahat itu? Apa ada sesuatu di balik itu?" katanya.

        Fransisca ikut mengomentari tudingan isu lingkungan yang dialamatkan ke kelapa sawit. Menurutnya, penggunaan batu bara lebih besar menghasikan emisi karbon. Perkebunan kelapa sawit yang dalam proses pertumbuhannya melakukan fotosintesis memiliki kontribusi dalam mengurangi emisi karbon.

        Sementara itu, soal biodiversitas ekosistem orang utan, menjadi keniscayaan lahan hutan yang berubah menjadi perkebunan sawit akan menyebabkan keberadaan hewan menjadi pergi dari ekosistem lama. Namun, ekosistem baru juga berpotensi untuk menarik hewan baru untuk datang.

        Dia menegaskan, perusahaan sawit turut berperan dalam konservasi satwa liar. Beberapa di antaranya, pengusaha sawit mengalokasikan dana untuk membeli lahan yang juga diperuntukkan merawat orang utan.

        "Kita sebagai bangsa yang berkembang harus punya kemauan untuk maju. Semasa pandemi, siapa yang menolong perekonomian kita? Yaitu industri sawit. Karena, saat pandemi mereka cuci tangan dengan sabun dan beraktivitas menggunakan biodiesel," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: