Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kualitas Tidur Ternyata Bisa Dipengaruhi Faktor Kesepian

        Kualitas Tidur Ternyata Bisa Dipengaruhi Faktor Kesepian Kredit Foto: Pexels/Keira Burton
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kualitas tidur yang buruk dapat dipengaruhi oleh beragam faktor, mulai dari paparan gawai sesaat sebelum tidur hingga konsumsi kafein. Faktor lain yang mungkin jarang disadari namun dapat memperburuk kualitas tidur adalah rasa kesepian.

        Berdasarkan data dari Office of Statistic di Inggris selama periode Mei-April 2020, ada sebanyak 7,4 juta orang yang merasa bahwa kesepian turut mempengaruhi kesejahteraan mereka. Rasa kesepian ini juga tak hanya dialami oleh lansia, tetapi juga oleh kelompok usia yang lebih muda.

        Baca Juga: Waduh… Diabetes Ternyata Punya Hubungan dengan Asam Urat, Kok Bisa?

        "Jelas bahwa kesepian bukan hanya masalah bagi orang yang lebih tua," ungkap psikiater dan peneliti dari Divisi Psikiatri di UCL Dr Farhana Mann, seperti dilansir Women's Health, Rabu (27/10).

        Menurut Dr Mann, rasa kesepian yang persisten juga sudah menjadi masalah sejak sebelum pandemi. Beberapa kelompok masyarakat yang lebih sering mengalami kesepian adalah mahasiswa dan orang tua muda yang kesehariannya hanya di rumah bersama anak.

        Perasaan kesepian telah diketahui dapat menganggu kesehatan mental. Di samping itu, perasaan kesepian dan terisolasi juga dapat mengaktivasi sinyal-sinyal fight-or-flight (melawan atau menghindar) di otak. Kondisi ini turut mempengaruhi fungsi sistem imun dan juga kualitas tidur.

        "Kita sering berkata otak yang sehat adalah otak yang mengantuk, dan kita tahu bahwa berhubungan dengan orang lain di hidup kita membuat kita merasa baik," jelas psikolog tidur dan salah satu pendiri Sleep School App Dr Guy Meadows.

        Baca Juga: Makan Camilan Malam Hari untuk Penderita Diabetes Boleh Kok, Tapi…

        Perasaan kesepian dipandang sebagai sebuah bahaya oleh otak. Oleh karenanya, saat respons fight-or-flight ini teraktivasi, otak akan mempersiapkan tubuh untuk menjauhi atau melawan bahaya yang terdeteksi tersebut.

        Di sisi lain, perasaan kesepian juga turut menyebabkan peningkatan kewaspadaan dan hyperarousal. Apa pun yang menyebabkan terjadinya kondisi hyperarousal akan mempengaruhi kualitas istirahat. Dampaknya, seseorang yang merasa kesepian bisa terbangun beberapa kali saat tidur di malam hari karena tubuh mengecek "bahaya". Dalam kondisi ini, akan sulit untuk bisa tidur hingga ke fase tidur nyenyak.

        Baca Juga: Nggak Nyangka! Tidur Siang yang Panjang Ternyata Punya Keterkaitan dengan Risiko Diabetes Tipe 2

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: