Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gangguan Kesehatan Mental di Indonesia Disebut Naik Hampir 6% selama Pandemi

        Gangguan Kesehatan Mental di Indonesia Disebut Naik Hampir 6% selama Pandemi Kredit Foto: Unsplash/Anthony Tran
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Gangguan kesehatan mental di Indonesia meningkat hampir 6% selama pandemi. Hal itu diungkapkan oleh Co-Founder sekaligus Direktur Pijar Psikologi, Regis Machdy.

        "Penyebabnya bisa beragam karena pekerjaan, kehilangan orang terdekat, atau yang lainnya," kata Regis dalam dialog virtual Forum Merdeka Barat 9, Selasa (2/11/2021).

        Baca Juga: Dahsyat! Ini Manfaat Kesehatan yang Ada dalam Daun Sirih Merah

        Sebagai organisasi nonprovit yang fokus pada isu kesehatan mental, Pijar Psikologi turut membantu masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan mental akibat pandemi. Upaya tersebut mereka wujudkan dengan beragam program, mulai dari webinar, forum daring, hingga layanan konsultasi.

        Menurut Regis, cerita yang paling sering dibahas adalah mengenai kesepian. "Selama masa pandemi, banyak orang-orang yang makin merasa kesepian, entah karena mereka di kos atau apartemen sendirian, atau justru balik sama keluarga, tapi menyadari mereka tidak nyambung sama keluarga sendiri sehingga mereka makin merasa terisolasi," paparnya.

        Selain itu, topik lain yang juga sering diungkapkan oleh masyarakat adalah mengenai gangguan tidur. Regis menjelaskan, pandemi membuat banyak orang memiliki jam tidur terbalik. Hal ini disebabkan minimnya aktivitas gerak tubuh dan paparan sinar matahari yang diterima oleh tubuh. Hal ini membuat hormon melatonin yang berperan dalam mengatur pola tidur tidak berfungsi dengan baik.

        "Jadi tubuh kita bingung, jamnya tidur, tapi tidak ada hormon yang cukup untuk membuat kita tidur," tambahnya.

        Lebih lanjut, ia mengungkapkan tak sedikit orang yang mendaftar layanan konsultasi yang disediakan oleh Pijar Psikologi. Seperti ketika awal pandemi, pihaknya membuka kuota konsultasi untuk 50 orang per minggu. Akan tetapi, permintaan psikologi bisa mencapai 200 orang.

        "Jadi kami sering overload. Untungnya lembaga seperti kami bukan hanya Pijar Psikologi. Jadi kalau penuh, kami kabarkan ada layanan-layanan lain sehingga masyarakat yang membutuhkan dan sadar dirinya membutuhkan bantuan kesehatan mental itu dapat mengakses [layanan konsultasi] dengan mudah," ujarnya.

        Tak lupa, Regis menyemangati masyarakat agar tetap bertahan dalam situasi pandemi. "Kita harus sadar sebagai manusia secara kolektif kita sudah menghadapi ratusan cobaan dari dulu, seperti bencana alam, bencana sosial, atau virus/wabah seperti saat ini. Karena kita sebagai manusia pernah menghadapi ini, jadi kita pasti bisa survive," tuturnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Imamatul Silfia
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: