Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Nggak Suka Sayuran Hijau? Duh... Rugi Banget! Manfaatnya Bisa Cegah Risiko Penyakit Ganas Ini

        Nggak Suka Sayuran Hijau? Duh... Rugi Banget! Manfaatnya Bisa Cegah Risiko Penyakit Ganas Ini Kredit Foto: Unsplash
        Warta Ekonomi -

        Penyakit jantung menjadi salah satu penyebab utama kematian di dunia. Berbagai cara untuk intervensi dini kerap digaungkan agar orang terhindar dari penyakit kronis tersebut.

        Sebuah penelitian di Denmark menemukan bahwa mengonsumsi makanan kaya vitamin K dapat menurunkan risiko penyakit jantung atau disebut juga kardiovaskular karena aterosklerosis tersebut. Vitamin K banyak ditemukan dalam sayuran berdaun hijau.

        Baca Juga: Penting! Mari Mengenali Gejala dan Pencegahan Resistensi Insulin Agar Tehindar dari Diabetes

        Vitamin K membantu pembekuan darah yang juga meningkatkan kesehatan jantung, menurut penelitian. Sumber Vitamin K yang kaya terdapat dalam sayuran seperti bayam, asparagus, brokoli, kacang-kacangan kedelai, dan lainnya.

        Selain itu, vitamin K juga ada di makanan dengan jumlah telur yang lebih sedikit, stroberi, dan hati. Jamak diketahui bahwa pola makan buah dan sayur dapat membantu orang menjaga kesehatan jantung dan memperpanjang usia.

        Akan tetapi, para ilmuwan mencoba untuk mencari faktor X yang dikandung buah dan sayuran. Peneliti mencari tahu bagaimana buah-buahan dan sayuran memperluas manfaat untuk tubuh manusia.

        "Pola makan kaya vitamin K, terutama jenis yang ditemukan dalam sayuran berdaun hijau dan minyak nabati, dikaitkan dengan risiko penyakit kardiovaskular yang lebih rendah," tulis laporan Harvard yang mengutip sebuah penelitian di Denmark, dilansir Times Now News, Selasa (9/11).

        Baca Juga: Bukan Asal Cek, Ini Segudang Manfaat Melakukan Skrining Diabetes! Risiko Komplikasi Akan…

        Di bawah judul laporan, ditulis bahwa penelitian asal Denmark tersebut sedang dalam pengawasan. Penanggungjawab laporan tersebut, yakni Julie Corliss merupakan editor eksekutif Harvard Heart Letter.

        Temuan berasal dari data pola makan lebih dari 53 ribu orang dewasa Denmark. Studi mengklaim makanan kaya vitamin K dapat membantu melindungi seseorang dari penyakit kardiovaskular.

        Para peneliti berfokus pada vitamin K, yang hadir dalam dua bentuk. Pertama, vitamin K1, terutama ditemukan dalam sayuran berdaun hijau dan minyak nabati. Lalu, vitamin K2 yang ditemukan dalam daging, telur, dan makanan fermentasi seperti keju.

        Studi Denmark dan temuannya

        Para peneliti melacak rawat inap selama rata-rata 21 tahun untuk penyakit jantung, strok, dan penyakit arteri perifer. Mereka menemukan bahwa orang dengan asupan vitamin K1 tertinggi, 21 persen di antaranya punya kemungkinan lebih kecil dirawat di rumah sakit akibat kardiovaskular.

        Sementara bagi pengonsumsi vitamin K12, risikonya 14 persen lebih rendah. Risiko yang lebih rendah terlihat untuk semua jenis penyakit jantung yang berhubungan dengan aterosklerosis, terutama penyakit arteri perifer sebesar 34 persen.

        Baca Juga: Memang Bikin Menggigil Sih... tetapi Mandi Air Dingin Bisa Mengurangi Risiko Diabetes! Kok Bisa?

        Temuan ini masih bersifat tentatif, mengingat vitamin K2 hadir dalam berbagai bentuk yang bekerja secara berbeda di dalam tubuh. Temuan penelitian ini dipublikasikan dalam Journal of the American Heart Association.

        Peneliti ECU dan penulis senior dalam studi tersebut, Dr Nicola Bondonno, mengatakan, temuan menunjukkan bahwa mengonsumsi lebih banyak vitamin K mungkin penting untuk mencegah aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular berikutnya.

        "Pedoman diet saat ini untuk konsumsi vitamin K umumnya hanya berdasarkan jumlah vitamin K1 yang harus dikonsumsi untuk memastikan darahnya dapat menggumpal," kata Dr Bondonno.

        Namun, ada bukti yang berkembang bahwa asupan vitamin K di atas pedoman saat ini dapat memberikan perlindungan lebih lanjut terhadap perkembangan penyakit lain, seperti aterosklerosis. Bondonno meyakini vitamin K bekerja dengan melindungi penumpukan kalsium di arteri utama tubuh yang mengarah ke kalsifikasi vaskular.

        Baca Juga: Bukan Asal Cek, Ini Segudang Manfaat Melakukan Skrining Diabetes! Risiko Komplikasi Akan…

        Peneliti University of Western Australia Dr Jamie Bellinge, penulis pertama studi tersebut, mengatakan peran vitamin K dalam kesehatan kardiovaskular dan khususnya dalam kalsifikasi vaskular adalah bidang penelitian yang menawarkan harapan menjanjikan untuk masa depan.

        Apa itu vitamin K?

        Vitamin K termasuk kelompok vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin K berperan dalam pembekuan darah, metabolisme tulang, dan mengatur kadar kalsium darah.

        Saat menginsumsi Vitamin K, tubuh memproduksi protrombin, protein dan zat pembekuan. Dokter menyesalkan bahwa masih ada pemahaman yang terbatas tentang pentingnya berbagai vitamin yang ditemukan dalam makanan.

        Padahal, asupan sangat mempengaruhi seseorang terkena serangan jantung, strok dan penyakit arteri perifer. Temuan baru ini menjelaskan potensi penting vitamin K serta memperkuat pentingnya diet sehat dalam mencegah penyakit.

        Perlukah suplemen vitamin K?

        Kadar vitamin K yang rendah dapat meningkatkan risiko perdarahan yang tidak terkontrol. Vitamin K juga digunakan untuk mengatasi overdosis pengencer darah. Namun, orang tidak boleh menggunakan suplemen vitamin K kecuali atas rekomendasi dokter.

        Penuhi asupan vitamin K dari makanan yang bervariasi dan seimbang. Vitamin K apa pun yang tidak dibutuhkan tubuh segera disimpan di hati untuk digunakan di masa mendatang. Jadi, vitamin K sejatinya juga tidak mesti dikonsumsi setiap hari.

        Sesuai laporan di laman WebMD, orang yang menggunakan Warfarin untuk masalah jantung, gangguan pembekuan darah, atau kondisi lain mungkin perlu memperhatikan dan mengontrol jumlah vitamin K yang mereka konsumsi. Mereka tidak boleh menggunakan suplemen vitamin K kecuali disarankan oleh dokter yang merawat.

        Baca Juga: Rekomendasi Skrining Awal Diabetes Dipercepat pada Usia 35 Tahun, Mengapa Demikian?

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: