PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Jakarta-Bandung (KCJB) menyatakan, pihaknya membenamkan sistem keamanan berteknologi canggih dan mumpuni pada Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB). Kereta yang mampu beroperasi hingga kecepatan 350 km/jam ini, memiliki tingkat keamanan yang tinggi, terutama dari ancaman angin kencang, hujan deras, gempa bumi, objek asing, sampai sambaran petir di lintasan KCJB.
“Keamanan tentu menjadi perhatian khusus, apalagi KCJB ini nanti saat beroperasi akan melaju sampai 350 km/jam. Untuk itu Kami sudah siapkan teknologi canggih yang terpasang di lintasan dan di dalam rangkaian kereta yang dapat mencegah terjadinya bahaya,” jelas Presiden Direktur KCIC, Dwiyana Slamet Riyadi di Jakarta, Jumat (19/11/2021).
Dia mengaku pihaknya sudah menyiapkan berbagai instrument untuk melindungi KCJB dari bahaya diantaranya Disaster Monitoring Center, sensor pendeteksi ancaman di sepanjang trase KCJB, dan Disaster Monitoring Terminal di Tegalluar sebagai pusat pengelolaan data kebencanaan. Baca Juga: Pencuri Aset Tertangkap, Konstruksi Utama Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Dipastikan Aman
Terkait ancaman gempa, Dwiyana mengatakan kalau di sepanjang trase KCJB, akan terpasang 7 sensor yang dipasang di jarak rata-rata tiap 25 km. "Cara kerja dari sistem ini adalah, setiap sensor akan mengirim data jika mendeteksi getaran ke Disaster Monitoring Center untuk dianalisa dan ditarik kesimpulan untuk dilakukan upaya pencegahan kecelakaan pada KCJB," tambahnya.
Lebih lanjut, Dwiyana menjabarkan kalau alarm yang dikirim dari Disaster Monitoring Center untuk ancaman kegempaan terbagi ke dalam tiga level, yaitu level 1 untuk gelombang P antara 40 gal-80 gal, level 2 untuk 80 gal -120 gal, dan level 3 untuk gelombang P lebih dari 120 gal.
Belum cukup sampai di situ, KCJB juga akan bekerjasama dengan BMKG untuk perlindungan KCJB dari ancaman gempa. Dengan rencana kerjasama ini, Disaster Monitoring Center KCJB bisa mendapatkan data terkait ancaman gempa lebih awal dikarenakan BMKG sudah memiliki banyak alat sensorik yang terpasang di dekat epicentrum gempa.
Sedangkan untuk pencegahan bahaya dari ancaman angin kencang, Dwiyana memaparkan kalau di setiap trase KCJB, sudah terpasang 17 unit alat sensor yang mampu mengukur arah dan kecepatan angin.
“Untuk proteksi dari ancaman angin kencang, 17 unit sensor yang bisa mengukur arah dan kecepatan angin sudah dipasang. Kalau terdeteksi akan ada hembusan angin yang membahayakan perjalanan KCJB, Kami bisa segera lakukan tindakan mitigasi,” paparnya.
Untuk mendeteksi ancaman dari hujan, Dwiyana mengatakan kalau disepanjang trase KCJB akan terpasang 8 sensor yang masing-masing berjarak sekitar 20 Km. Alat sensor tersebut akan mengirim data terkait intensitas hujan 10 menit sampai 24 jam. Lalu jika curah hujan yang terdeteksi berpotensi menimbulkan ancaman, maka tindakan mitigasi pun dapat segera dilakukan.
Mengingat, setiap lintasan kereta memiliki ancaman dari benda asing, Dwiyana mengungkapkan kalau nantinya akan dipasang 6 alat sensorik di setiap overpass yang dilewati KCJB. Sistem perlindungan objek asing ini juga akan dilengkapi jaring untuk menghindari adanya benda yang jatuh ke lintasan KCJB dari atas jembatan.
"KCJB ini berkecepatan tinggi, jadi kalau ada benda asing dampaknya fatal. Maka dari itu sistem pendeteksi ancamannya pun Kami terapkan sebaik mungkin. Ada 6 sensor yang terpasang di setiap overpass dan dilengkapi jaring supaya tidak ada benda yang jatuh,” paparnya.
Untuk ancaman lainnya seperti terhentinya supply listrik untuk pengoperasian KCJB, Dwiyana menekankan kalau ancaman tersebut pun sudah diperhitungkan dengan menyediakan supply dari listrik cadangan di setiap rangkaian kereta yang mampu menyediakan listrik selama maksimum 120 menit sejak aliran listrik utama berhenti.
"Terakhir, konstruksi KCJB juga sudah dirancang agar aman dari ancaman petir. Saat ini ada dua jenis LPS yang dipasang di trase KCJB, yaitu eksternal LPS dan internal EPS," tuturnya. Baca Juga: Peroleh PMN dan Pendanaan dari CDB, Proyek Kereta Cepat Langsung Tancap Gas
Adapun metode yang diterapkan pada eksternal LPS adalah pemasangan air terminal yang berfungsi untuk menangkap petir dan down conductor grounding system yang mampu mengalirkan arus listrik dari sambaran petir dari atas konstruksi ke tanah dengan baik.
Sedangkan untuk internal LPS, ia menyebut kalau konstruksi KCJB sudah dilengkapi shielding untuk kebutuhan induksi listrik, arrester untuk konduksi, dan bonding untuk elevasi tegangan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman