Terkuak Perjuangan Keras Intelijen Amerika Beri Arahan pada Trump, Ahli Sampai Turun Tangan
Komunitas Intelijen (IC) Amerika Serikat (AS) dalam laporan yang dirilis CIA mengatakan, bahwa mereka telah berjuang keras memberi pengarahan kepada presiden terpilih Donald Trump pada 2016 silam, ketika peralihan kekuasaan dari pemerintahan sebelumnya.
Laporan dalam bentuk narasi sejarah itu mencatat bahwa arahan ke Trump merupakan tantangan yang lebih besar bahkan daripada presiden Richard Nixon dalam pengarahan intelijen di masa transisi.
Baca Juga: Bos Intelijen Inggris Beri Peringatan: China dan Rusia Berlomba Kuasai AI
Narasi setebal 40 halaman menjelaskan beberapa detail baru tentang pendekatan mantan presiden Trump terhadap intelijen. Narasi tersebut membeberkan bagaimana komunitas intelijen AS menyesuaikan diri dengan seorang presiden yang curiga dan merasa tidak aman tentang proses intelijen AS sendiri.
Meski Trump menghabiskan banyak waktu untuk pengarahan secara rutin selama periode transisi, dia memiliki gaya memimpin yang bebas, keras, dan memiliki ketidakpercayaan yang mendalam terhadap komunitas intelijen.
Direktur Intelijen Nasional James Clapper mengatakan, di setiap kesempatan, hubungan antara presiden baru dan komunitas intelijen dirusak oleh imbroglio politik yang berasal dari dugaan hubungan kampanye Trump dengan Rusia.
"Melihat kembali transisi Trump, kita harus menyimpulkan bahwa komunitas intelijen hanya mencapai keberhasilan terbatas dalam dua tujuan mendasarnya pada proses pengarahan: untuk membantu presiden terpilih menjadi akrab dengan perkembangan asing dan ancaman yang mempengaruhi kepentingan AS dengan yang harus ditangani sekali di kantor; dan untuk membangun hubungan dengan presiden baru dan timnya," tulis narasi sejarah terbaru yang diterbitkan oleh CIA itu, dikutip laman CNN, Selasa (30/11/2021).
Narasi sejarah itu juga melaporkan bahwa selama masa transisi, Trump biasanya menyenangkan dan sopan selama pengarahan dengan intelijen. Pengarahan diberikan oleh perwira intelijen karir dari Kantor Direktur Intelijen Nasional, CIA, Badan Intelijen Pertahanan, FBI dan Departemen Luar Negeri.
"Bersama-sama, tim yang terdiri dari 14 pengarah terdiri dari kelompok ahli terbesar dan paling beragam secara organisasi yang pernah dikerahkan untuk pengarahan transisi calon dan presiden terpilih," tulis narasi tersbut.
Bahkan kemudian di masa kepresidenannya, pada saat-saat ketika Trump secara terbuka mengungkapkan rasa frustasi yang mendalam dengan komunitas intelijen, pengarahan berlanjut seperti biasa dan sikap Trump selama sesi tetap sama.
Namun sikapnya berubah ketika komunitas intelijen ditarik ke dalam drama politik besar seputar Trump, khususnya, kehebohan publik atas berkas yang disusun oleh seorang mantan perwira intelijen Inggris berisi informasi yang konon kompromi tentang presiden terpilih yang diyakini Trump telah dibocorkan oleh IC. Kondisi itu semakin mengecam komunitas intelijen di depan umum.
Selama pengarahan pra pemilihan keduanya pada 2 September 2016 meyakinkan bahwa hal-hal buruk yang dia katakan secara terbuka tentang IC, tidak berlaku untuk Anda.
"Trump seperti Nixon, curiga dan tidak aman tentang proses intelijen, tetapi tidak seperti Nixon dalam cara dia bereaksi," tulis narasi sejarah itu.
"Daripada menutup IC, Trump terlibat dengannya, tetapi menyerangnya secara terbuka."
Laporan narasi sejarah juga mengkonfirmasi banyak sekali laporan pers tentang gaya disosiatif Trump selama briefing intelijen.
"Perbedaan yang tidak dapat didamaikan, dalam pandangan Clapper, adalah bahwa IC bekerja dengan bukti," tulis narasi tersebut.
Trump juga dikatakan jarang membaca buku pengarahan rahasia harian yang disiapkan untuknya selama masa transisi. Ini diperoleh dari informasi analis intelijen utama yang bertanggung jawab untuk memberi pengarahan kepada presiden terpilih.
"Dia menyentuhnya. Dia tidak benar-benar membaca apa pun," kata laporan narasi sejarah mengutip Ted Gistaro, analis karir CIA yang ditunjuk untuk tugas tersebut.
Tidak seperti presiden terpilih sebelumnya dan beberapa anggota tim keamanan nasionalnya sendiri, Trump sendiri tidak menerima pengarahan tentang program aksi rahasia CIA sampai beberapa minggu setelah pelantikannya.
Narasi sejarah terutama berfokus pada waktu Trump sebagai kandidat dan presiden terpilih, dan hanya secara singkat mencakup hubungannya dengan komunitas intelijen selama masa kepresidenannya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto