Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        KSAD Dudung Abdurachman Kok Doyan Banget Bicara Soal Agama, Ya?

        KSAD Dudung Abdurachman Kok Doyan Banget Bicara Soal Agama, Ya? Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Sosok KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman saat ini memang banyak dipuja oleh banyak kalangan lantaran ketegasannya dalam menjalankan tugas. Namun di sisi lain, dirinya juga kerap menjadi sasaran kritik bagi para pembencinya lantaran ketegasannya yang terkadang dianggap berlebihan.

        Adapun kebanyakan pihak yang membencinya adalah kelompok berbasis Islam seperti Front Pembela Islam (FPI) dan para loyalisnya. Pada dasarnya, salah satu penyebab yang membuat mereka berseberangan dengan Dudung adalah karena aksinya dahulu ketika dengan berani mencopot baliho bergambar Imam Besar mereka, Habib Rizieq Shihab dan secara terang-terangan menentang mereka.

        Baca Juga: Bangun Komunikasi dengan Tokoh Agama, Dudung Abdurachman Datangi PBNU

        Namun, hal lain yang menjadikan Dudung kerap menjadi sasaran kritik mereka adalah karena Dudung kerap kali memberikan pernyataan kontroversial perihal hal-hal bernuansa agama. Seperti baru-baru ini, Dudung tengah menjadi sasaran kritik dari sejumlah pihak karena pernyataannya yang mengimbau agar tidak mempelajari agama terlalu dalam.

        “Iman taklid, ada iman ilmu, ada iman iyaan, ada iman haq (haqul yaqiin), dan iman hakikat. Oleh karenanya banyak sebagian dari orang Islam sering terpengaruh katanya hadis ini, katanya hadis itu, kata Nabi Muhammad SAW. Oleh karenanya jangan terlalu dalam, jangan terlalu dalam mempelajari agama,” kata Dudung dalam kesempatan kunjungan kerja ke Kodam XVII/Cenderawasih beberapa waktu lalu.

        Sontak saja pernyataannya tersebut banyak menuai kritik dari berbagai pihak mulai dari para loyalis FPI sendiri hingga dari pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI). Banyak yang menilai bahwa pernyataan Dudung tersebut cenderung membuat gaduh masyarakat beragama dan keluar dari kapasitasnya sebagai tentara, bukan penceramah.

        Lebih jauh, bahkan sebagian pihak menilai bahwa Dudung justru melarang untuk mendalami agama dengan dalih agar tidak menyimpang dan menjadi ekstrimis. Kebanyakan mereka meminta agar Dudung fokus saja dalam menangani permasalahan TNI dan keamanan negara yang menurut mereka saat ini masih banyak kekurangannya.

        Adapun pernyataan Dudung tersebut faktanya sudah diklarifikasi oleh Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad), Brigadir Jenderal (Brigjen) Tatang Subarna. Ia menyebut bahwa maksud Dudung menyatakan hal tersebut adalah baik karena ingin mencegah seseorang agar tidak fanatik terhadap suatu ajaran sehingga merugikan pihak lain. Menurutnya, Dudung mengimbau agar apabila seseorang ingin mendalami agama haruslah melalui ajaran seorang guru yang benar dan tidak belajar sendiri sehingga salah tafsir.

        "Maksud KSAD, mempelajari agama terlalu dalam akan terjadi penyimpangan, apabila tanpa guru,” kata Tatang.

        Hal ini, menurutnya sesuai dengan keadaan mayoritas masyarakat saat ini yang berinisiatif untuk mendalami agama namun dengan jalan yang salah dan tidak melalui seorang guru yang tepat. Adapun ketika menemukan seorang guru, guru tersebut adalah sosok yang salah dan tidak menyampaikan ajaran sesuai ajaran murni Rasulullah, sehingga banyak menimbulkan penyimpangan-penyimpangan yang marak terjadi.

        “Dengan belajar agama sendiri, apalagi secara mendalam tanpa guru, cenderung akan mudah terpengaruh. Pada akhirnya justru akan dapat menimbulkan penyimpangan-penyimpangan. Misalnya, kata hadis ini ikut. Kemudian, kata hadis yang lain, juga ikut. Oleh karenanya, jangan terlalu dalam mempelajari agama tanpa guru pembimbing yang ahli. Berbeda apabila ada yang mengarahkan dan membimbing dengan benar dan ahli," sambungnya.

        Adapun Dudung sendiri tak hanya sekali ini saja terlibat kontroversi terkait persoalan agama yang kerap disinggungnya. Sebelumnya, Dudung juga sempat menjadi sasaran kritik banyak pihak karena menyatakan bahwa 'Tuhan bukan orang Arab'. 

        Seperti diketahui, beberapa waktu lalu Dudung sempat diundang ke tayangan podcast milik Deddy Corbuzier dalam kanal YouTube-nya. Dalam perbincangannya dengan Deddy, Dudung cukup banyak membahas banyak hal, termasuk perseteruannya dengan para loyalis FPI. Dari sekian perbincangannya, Dudung sempat membahas terkait doa yang ia panjatkan kepada Tuhan.

        Menurut Dudung, ia selalu berdoa singkat saja kepada Tuhan dan menggunakan Bahasa Indonesia. Alasannya, ia menyebut bahwa Tuhan yang ia sembah bukanlah orang Arab dan mengerti bahasa apapun yang digunakan hambaNya dalam setiap doa-doa yang mereka panjatkan.

        “Kalau saya berdoa setelah sholat, doa saya simpel aja, ya Tuhan pakai bahasa Indonesia saja, karena Tuhan kita bukan orang Arab. Saya pakai bahasa Indonesia, ya Tuhan ya Allah SWT saya ingin membantu orang saya ingin menolong orang itu saja doanya, itu saja,” ujar Dudung.

        Pernyataannya tersebut langsung menimbulkan polemik di tengah masyarakat, khususnya masyarakat Muslim, meskipun pernyataannya tersebut sudah jelas bermaksud ingin menunjukkan bahwa Tuhan maha mengetahui segala sesuatu. Banyak di antara mereka justru menilai Dudung menyamakan Tuhan, yakni Allah SWT, dengan manusia, dalam hal ini adalah orang Arab karena ia terkesan menganalogikan Tuhan dengan orang Arab.

        Padahal sebenarnya, pernyataan Dudung tersebut sama sekali tak salah karena benar Tuhan tidak memihak kepada suatu golongan tertentu saja melainkan seluruh semesta alam. Apapun yang ada di dalam alam semesta Tuhan tentunya pasti mengetahui tanpa harus diberikan tanda secara spesifik terlebih dahulu, seperti halnya bahasa.

        Pihak pengkritik Dudung tersebut juga secara tidak langsung sebenarnya setuju dengan pernyataan Dudung, hanya saja mereka merasa pernyataan Dudung kurang bijak dalam pemilihan kata sehingga mampu menimbulkan polemik. Dan seperti biasa, Dudung diminta berhenti untuk berbicara soal agama karena dianggap bukan kapasitasnya.

        Jika ditarik lebih jauh, Dudung juga pernah memperoleh perlakuan serupa dari sebagian masyarakat Muslim karena pernyataannya yang menyebut bahwa semua agama benar di mata Tuhan. Di saat yang sama, ia juga mengimbau para prajuritnya di Kostrad agar tidak fanatik berlebihan terhadap keyakinan agama.

        Dalam pernyataannya tersebut, Dudung ingin mengimbau kepada para prajuritnya agar tidak bersikap fanatik pada suatu ajaran agama hingga menumbuhkan pandangan bahwa ajaran agama mereka adalah yang paling benar dan yang lain adalah salah. Ia memberikan statement bahwa di mata Tuhan semesta alam, seluruh agama mengajarkan kebaikan dan semuanya benar bagi masing-masing pemeluknya.

        Adapun hal yang mendasari pernyataannya tersebut adalah maraknya fanatisme di media sosial dalam meyakini suatu agama tertentu sehingga timbul fenomena saling menyalahkan satu sama lain antar penganut agama. Ia mengimbau agar prajuritnya bijak dalam menggunakan media sosial, terlebih apabila menyangkut pembahasan soal agama.

        "Bijaklah dalam bermain media sosial sesuai dengan aturan yang berlaku bagi prajurit. Hindari fanatik yang berlebihan terhadap suatu agama.  Karena semua agama itu benar di mata tuhan," ujarnya saat itu ketika dirinya masih menjabat sebagai Pangkostrad.

        Hal ini pun memantik sejumlah kritik dari sebagian umat Muslim karena pernyataan Dudung tersebut dinilai menyamakan seluruh agama. Menurut pihak MUI contohnya, mereka beranggapan bahwa memang semua agama itu benar bagi masing-masing pemeluknya, namun bukan berarti dapat disamakan. Tugas masyarakat adalah bertoleransi dengan tidak menyalahkan agama lain dan saling menghargai keyakinan masing-masing, namun bukan menyamakan.

        Maksudnya, untuk agama Islam misalnya, maka sang ulama haruslah membenarkan ajaran agama yang dianutnya tanpa mengakui kebenaran ajaran agama lain, dengan catatan tidak menyalahkan ajaran agama lain tersebut dan tetap menghargai apa yang diyakini oleh para penganutnya. 

        Dudung sendir sebenarnya sependapat dengan hal tersebut, karena selanjutnya ia memberikan klarifikasi bahwa apabila ada ulama dalam suatu agama menyebut bahwa semua agama adalah benar, maka ulama tersebut adalah ulama yang salah.

        "Saya ini Panglima Kostrad, bukan ulama. Jika ulama mengatakan bahwa semua agama itu benar, berarti ia ulama yang salah," tegasnya.

        Adapun yang dimaksudnya tersebut adalah bahwa tidak mungkin seorang ulama suatu ajaran agama mengakui kebenaran ajaran agam lain karena tujuan seorang ulama adalah mengajarkan bahwa agama yang diyakini para jamaahnya adalah benar, namun dengan catatan harus melalui jalur yang baik tanpa menyalahkan ajaran agama lainnya.

        Ia juga membeberkan bahwa tujuannya mengatakan hal tersebut di hadapan prajuritnya adalah agar tidak mudah terpengaruh dengan fanatisme berlebihan terhadap suatu ajaran agama karena dapat mengganggu tugas mereka sebagai prajurit. Ia juga menyebut bahwa pernyataannya tersebut sebenarnya berkaitan dengan konsep kebangsaan dan bukan dari ajaran dari salah satu agama.

        "Saya ingin anak buah saya jangan sampai terpengaruh dengan pihak luar di dalam beribadah. Hal ini agar tidak menimbulkan fanatisme yang berlebihan. Kemudian menganggap agama tertentu paling benar. Sementara agama lainnya, salah," jelasnya.

        "Semata-mata untuk menjaga toleransi antar-umat beragama. Sekaligus menciptakan kerukunan antar-umat beragama demi soliditas anggota Kostrad," lanjutnya.

        Adapun terkait fanatisme, sebenarnya sah-sah saja apabila fanatisme yang diterapkan untuk diri sendiri, bukan kepada orang lain. Artinya, seseorang boleh menganut suatu ajaran agama dengan begitu fanatik, hanya saja jangan sampai fanatisme tersebut sampai keluar dari diri sendiri hingga menyasar orang lain yang tidak sejalan dengan dirinya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Alfi Dinilhaq

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: