Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pengamat Ini Tolak Presidential Threshold 0% karena Takut Habib Rizieq Maju di Pilpres 2024

        Pengamat Ini Tolak Presidential Threshold 0% karena Takut Habib Rizieq Maju di Pilpres 2024 Kredit Foto: Antara/Fauzan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengamat Politik Boni Hargens menolak presidential threshold nol persen, pasalnya khawatir Habib Rizieq maju capres.

        Pasalnya, menurut dia, hal tersebut sangat berbahaya dan berpotensi merusak ideologi negara di masa depan.

        "Kalau nol persen, nanti Habib Rizieq bisa jadi capres dari kelompok tertentu dan berpotensi memunculkan pergolakan politik," ujarnya kepada GenPI.co, Rabu (15/12).

        Tidak hanya itu, dirinya juga mengaku khawatir apabila Habib Rizieq menjadi capres.

        "Nanti dia bisa mengusung isu agama, propaganda-propaganda yang cukup provokatif. Itu semua yang akan terjadi," ucapnya.

        Baca Juga: Sentil Hukuman Rachel Vennya, Orang 212 Teriak Habib Rizieq Masih Dizalimi sampai 'Usik' Jokowi

        Hal ini menurutnya, tentunya akan menguras energi negara secara besar-besaran. Bahkan, dirinya juga menduga akan adanya ketidakstabilan di tanah air.

        "Itu sulit dikenalikan karena begitu banyak pemain yang menganggu presiden terpilih," katanya.

        Boni Hargens mengakui bahwa secara teoritis presidential threshold nol persen memang lebih demokratis.

        Sebab, menurutnya, penghapusan ambang bataspresiden membuat pemilih punya banyak pilihan sehingga kebebasan menjadi optimal dalam menentukan pemimpin.

        "Akan tetapi, untuk konteks di Indonesia, hal itu belum cukup. Karena kita masih berhadapan dengan pergolakan ideologis," tandasnya.

        Baca Juga: Omongan Tokoh 212 'Nusuk' Banget Mengarah Langsung ke Dudung Abdurachman: Sesama Saudara Boleh...

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: