Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat mencatat sekitar 2.400 kejadian bencana alam terjadi sepanjang 2021 dengan didominasi kejadian longsor.
Ada beberapa daerah yang rawan terjadi longsor, meliputi Bogor, Garut, Cianjur, dan Tasikmalaya. Meskipun demikian, secara geografis wilayah Jawa Barat memang merupakan daerah yang rawan terhadap bencana seperti longsor, banjir, gempa bumi, dan lainnya.
Baca Juga: Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Bilang 57 Juta Jiwa di Asia Terdampak Bencana Alam
Kepala BPBD Jabar, Dani Ramdan, mengatakan bahwa angka kebencanaan di Jawa Barat selama kurun waktu 2021 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Bahkan, telah mencapai rekor baru. "Terekam dalam pencatatan jumlah kejadian mencapai hingga 2.400 peristiwa," katanya kepada wartawan di Bandung, Senin (3/1/2022).
Dani menyebutkan, pencatatan kebencanaan dilakukan sejak tahun 2016. Dimulai dari 500 kejadian kemudian naik menjadi 1.200 peristiwa pada 2020 dan terakhir tercatat sebanyak 2.400 bencana alam terjadi di wilayah Jawa Barat.
"Setiap harinya itu ada 5 sampai 6 kejadian bencana terjadi," ujarnya.
Tingginya angka kejadian bencana alam terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya karena sistem pencatatan dan perekaman kejadian yang lebih baik. Termasuk juga, pengalihtugasan dan pertanggungjawaban pencatatan kejadian kebakaran lahan dan hutan yang dilimpahkan kepada BPBD Provinsi.
"Selain itu, kami juga meng-cover laporan kebakaran rumah. Dulu kejadian kebakaran laporan terpisah, dulu ditangani damkar. Sementara, BPBD hanya kejadian kebakaran lahan dan hutan. Dengan BPBD provinsi diberi kewenangan untuk mengatur laporan kebakaran, disatukan sistem pencatatannya, termasuk kegiatan kegiatan penyelamatan hewan dan lainnya," jelasnya.
Meski demikian, lanjut Dani, bencana yang paling tinggi terjadi di Jawa Barat adalah bencana longsor. BPBD Jabar saat ini pun tengah mewaspadai bencana di beberapa daerah, seiring dengan cuaca ekstrem atau lanina. Apalagi, dihadapkan pada masa puncak curah hujan tinggi yang diperkirakan terjadi dibulan Januari-Februari 2022.
"Puncaknya itu di Januari Februari, itu yang perlu diwaspadai. Oleh karena itu, kami mengimbau masyarakat untuk selalu waspada," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: