Lebih Dalam Mengenal SOVLO, Brand Fesyen yang Gandeng Ilustrator Lokal
Berangkat dari upaya untuk bangkit di masa pandemi, Lidya Valensia dan timnya memulai brand fesyen baru di bawah naungan Lotus Group dengan turut menggandeng ilustrator lokal. Melalui brand yang diberi nama SOVLO ini, Lidya dan tim berusaha meningkatkan awareness perihal karya ilustrator lokal sekaligus membantu para ilustrator untuk dapat bersaing di ekosistem industri fesyen.
Untuk mengenali lebih dalam tentang bisnis SOVLO, redaksi Warta Ekonomi melakukan wawancara eksklusif dengan CEO sekaligus Founder SOVLO Lidya Valensia di toko SOVLO cabang Urban Farm, Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, Selasa (14/12/2021).
Boleh diceritakan sedikit latar belakang mengenai SOVLO?
SOVLO merupakan souvenir lokal. Jadi, SOVLO itu salah satu brand lokal yang lahir saat pandemi. Jadi, ketika pandemi tahun lalu perusahaan inti kami (Lotus Group) mengalami penurunan omzet hampir 70%, lalu kami membangun brand ritel si SOVLO ini yang bisa dibeli satuan.
Baca Juga: Gaungkan Karya Anak Bangsa, SOVLO Beri Wadah Bagi Ilustrator Lokal untuk Bersaing di Industri Fesyen
Bagaimana strategi yang dilakukan SOVLO dalam memasarkan produk ilustrator agar dapat bersaing dengan kompetitor di sektor fesyen?
Untuk bersaing tentunya kami harus selalu inovatif ya. Jadi, SOVLO itu dalam satu bulan pasti kami akan ada launching produk baru, ada ilustrasi baru juga dari para ilustrator lokal. Salah satu strategi lainnya adalah mungkin banyak banget brand lokal lainnya yang menggaungkan lokal, tetapi belum ada yang menggaungkan kebanggaan atas dia yang pakai baju hasil karya kreasi ilustrator lokal. Nah, itu yang kami tanamkan di SOVLO. Jadi, kalau kalian beli barang-barang SOVLO akan ada informasi mengenai siapa sih yang gambar. Jadi, konsumen enggak cuma beli ilustrasinya saja, tapi mereka juga tahu value dari produk tersebut. Secara nggak langsung kan dengan mereka beli, mereka bisa membantu si ilustrator di bidang ekonomi.
Bagaimana tren pasar industri fesyen saat ini?
Kalau di bidang fesyen sih sekarang trennya emang lagi yang banyak ilustrasi, yang banyak motif. Itu karena konsumen merasa dengan menggunakan pakaian-pakaian bermotif tuh mereka bisa menjadi lebih ekspresif, khususnya tentang emosi mereka. Terus kalau di fesyen tentunya, kalau menurut saya pribadi sih, lebih ke warna yang cerah gitu.
Melihat tren fesyen tersebut, bagaimana SOVLO menanggapinya?
Balik lagi, kami tetap harus inovatif. Terus kami juga selalu meng-expand produk yang kami punya. Produknya semakin banyak, bukan cuma tas, pouch, masker, tapi kami expand ke apparel. Kami punya baju, celana, semakin lengkap sih. Kami juga punya men’s collection-nya. Terus pilihan-pilihan konsumen kami banyakin, jadi ilustrasi kami juga semakin kami banyakin lagi jadi lebih variatif, sehingga kalau konsumen merasa enggak cocok di yang ini, oh mungkin ada cocok di yang ini.
Terkait ilustrasi dalam produk SOVLO, bagaimana cara SOVLO menentukan tema produk?
Kalau produk SOVLO, kami tidak membatasi si ilustrator berkarya. Jadi, mereka berkarya sesuai dengan style mereka, sesuai dengan mereka ingin gambar apa. Tapi, kami mempunyai benang merah yaitu tema kekayaannya Indonesia, jadi semuanya yang berbau lokal. Entah dari pakaian, makanan, tarian adat, intinya kekayaan Indonesia.
Bagaimana kalau soal model? Apakah ilustrator yang menentukan atau dari pihak SOVLO?
Kami yang menentukan. Tapi biasanya kami survei ke konsumen. Begitu kami mau launching produk, kami tanya dulu ke konsumen, kira-kira mereka butuhnya tuh tas seperti apa sih. Kayak misalkan nih anak-anak baru masuk sekolah butuhnya seperti apa, ransel kah, terus ibu-ibunya yang sudah balik WFO, kira-kira butuh tas laptopnya tuh yang seperti apa. Apakah yang dipegang, ransel, atau apa. Biasanya kami tetap melakukan survei sih.
Produk jenis apa yang paling diminati oleh konsumen?
Karena SOVLO awalnya dikenal dari tas, jadi sekarang pun sampai saat ini pun yang paling best seller masih koleksi tas kami, terutama tas new normal yang dari PVC bag.
Baru-baru ini, SOVLO meluncurkan kampanye #BanggaIlustrasiLokal, apakah ada peningkatan transaksi setelah kampanye tersebut diluncurkan?
Peningkatan transaksi pasti ada, tapi kampanye ini kan baru berjalan kurang lebih sebulan, kalau dari peningkatan transaksi ada, tapi saya belum bisa menyampaikan secara spesifik.
SOVLO juga memiliki cabang toko fisik di Pos Bloc Jakarta, bagaimana dampak kehadiran toko fisik ini terhadap transaksi penjualan?
Cukup baik sih. Kami tahun ini juga kan expand di offline. Ada dua toko offline dan dua-duanya (transaksi penjualan) cukup baik.
Mana yang penjualan yang lebih efektif antara online dan offline?
Kalau lebih efisien dari segi penjualan tetap di online. Karena di offline itu banyak cost yang kami keluarkan, cost-nya cukup besarlah. Kalau di online tidak terlalu besar. Transaksi online lebih banyak dibanding offline. Bedanya mungkin tipis sekitar 60:40, 60 online, 40 offline.
Apa saja hambatan yang dialami SOVLO dalam perkembangan bisnisnya? Kemudian bagaimana cara SOVLO mengatasinya?
Hambatannya itu lebih ke bagaimana kami bisa menemukan atau meng-create suatu ilustrasi dan produk yang bisa cocok dengan banyak orang. Karena untuk ilustrasi ini sendiri style-nya ada banyak kan. Makanya strategi kami, salah satunya adalah memperbanyak ilustrator dan ilustrasi kami sehingga konsumen menjadi pilihannya jadi semakin banyak. Dan dengan banyaknya produk atau ilustrasi, kami juga bisa membantu lebih banyak ilustrator, juga bisa membantu lebih banyak penjahit lokal.
Apa target SOVLO ke depannya dari sisi pengembangan produk?
Target kami sih kalau dari segi produk kami ingin men-support sebanyak-banyaknya ilustrator lokal. Kalau untuk produknya sendiri kami ingin expand ke yang enggak cuma modelnya itu-itu saja, tapi kami lebih banyak lagi mungkin di bidang apparel. Di sisi offline juga kami ingin memperbanyak toko offline.
Kalau target dari sisi pengembangan bisnis?
Di 2022 kami tetap stick pada memperbanyak ilustrator dan toko offline dan memperluas jangkauan online kami. Jangkauan online kami nasional, kami kan memanfaatkan platform e-commerce, jadi mereka bisa beli secara nasional. Kalau di offline kan kami baru sebatas Jakarta saja ya, yang di luar Jakarta mungkin agak sulit. Cuma banyak juga orang yang belum melek ke e-commerce itu sendiri. Rencana kita juga ingin punya platform atau website sendiri.
Transaksi online kami paling jauh dari Papua. Sebenarnya juga sudah sampai ke luar, kebanyakan dari orang-orang kami belanja SOVLO sebagai souvenir untuk teman-temannya untuk dibawa ke luar negeri atau saudara-saudaranya ada yang datang ke Indonesia sebelum pulang ke luar negeri. Juga untuk acara-acara kementerian, mereka menjadikan SOVLO sebagai souvenir.
Apakah sudah ada target lokasi untuk pembukaan toko offline SOVLO selanjutnya?
Masih tetap kita nomor satu mau diperluas di area Jabodetabek dulu. Mungkin akan di luar Jabodetabek juga, tapi masih di Pulau Jawa sih.
Apa harapan Anda untuk SOVLO maupun industri fesyen ke depannya?
Harapan saya sih karena kami istilahnya masih cukup baru di dunia fesyen ini, semoga sih kami bisa bergerak cepat untuk mengikuti fesyen. Terus permintaan dari masyarakat juga baik. Modelnya juga kami bisa lebih beragam, variatif, sehingga SOVLO semakin dikenal. Jadi, SOVLO sebagai fesyenlah yang nyangkut di kepalanya konsumen.
Jadi, buat kalian-kalian ilustrator atau pun yang hobi gambar, kalian bisa jadi bagian dari ilustrator lokal SOVLO. Kalian bisa klik infonya yang lebih lengkap di Instagramnya SOVLO.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: