Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Saran Mekeng ke Airlangga: Mau Jadi Presiden Harus Berani Capek, Jangan Mintanya Terima Beres

        Saran Mekeng ke Airlangga: Mau Jadi Presiden Harus Berani Capek, Jangan Mintanya Terima Beres Kredit Foto: Antara/Didik Suhartono
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Politikus senior Partai Golkar Melchias Markus Mekeng mengakui pesona kader Golkar Dedi Mulyadi memang dashyat, karena mampu melewati elektabilitas Ketua Umumnya sendiri, yakni Airlangga Hartarto sebagai capres 2024 dari Golkar.

        Hal itu berdasarkan hasil survei lembaga kredibel sekelas Indikator Politik Indonesia pimpinan peneliti politik lulusan Australian National University (ANU) Burhanudin Muhtadi, PhD.

        Mekeng menilai hasil survei itu tentu saja sudah melewati verifikasi ilmiah dan yakin Burhan adalah peneliti yang berintegritas dan tidak merekayasa hasil survei demi pesanan untuk mendongkrak elektabilitas tokoh politik tertentu.

        "Saya yakin Burhanuddin Muhtadi tidak bisa dibayar dengan model-model begitu," kata Mekeng seperti diterima Warta Ekonomi.

        Mekeng pun membongkar fenomena meroketnya Dedi ketimbang Airlangga Hartarto sebagai capres idaman masyarakat. Anggota Komisi XI DPR itu menilai sosok Dedi saat ini dengan terobosan-terobosannya melakukan pendekatan langsung ke masyarakat serta keaktifannya di media sosial membuat mantan Bupati Purwakarta itu menjadi top of mind melewati Airlangga.

        "Kalau saya melihat Dedi Mulyadi itu top of mind, medso-nya juga jalan dan aktif. Masyarakat pun senang dengan gaya pendekatannya dengan merangkul masyarakat, menyelesaikan masalah masyarakat. Tidak ada jarak antara dia dan rakyat," kata Mekeng.

        Mekeng bahkan menilai situasi Dedi Mulyadi saat ini mirip dengan apa yang dialami oleh Jokowi di tahun 2014.

        "Masyarakat itu ingin pemimpin seperti Pak Jokowi yang muncul waktu 2014 kan modelnya seperti Dedi Mulyadi," tegasnya.

        Lebih lanjut Mekeng meminta para kader yang menjadi bawahan Airlangga jangan lantas kebakaran jenggot dengan hasil survei Indikator Politik.

        "Jangan pada kebakaran jenggot karena ini realita," tegasnya.

        Untuk itu, Mekeng memberikan masukan kepada para tokoh yang ngebet ingin masuk radar capres untuk bersikap terbuka, adaptif serta tidak ketinggalan menyesuaikan dengan keadaan riil masyarakat bawah dan tidak elitis sehingga timbul kesan bahwa pemimpin berjarak terhadap rakyat.

        "Kalau ada yang ingin jadi pemimpin dan masih di bawah (elektabilitasnya-Red) ya berubahlah gayanya, supaya bisa menguber menjadi yang di atas, termasuk Pak Airlangga, karena ini fakta. Kalau kader melakukan sosialisasi, tapi yang berangkutan (Airlangga Hartarto-Red) juga harus sosialisasi, harus turun ke rakyat, harus menyapa rakyat. Kalau mau jadi Presiden harus capek, enggak bisa hanya main di media sosial di ibu kota terus seolah-olah rakyat tahu. Enggak semua rakyat yang di bawah misalnya petani tahu. Ya harus turun," bebernya.

        Sebelumnya, hasil survei Survei Indikator Politik Indonesia memaparkan 'Top Of Mind Pilihan Presiden'. Di survei tersebut Indikator mengajukan pertanyaan siapa yang dipilih oleh masyarakat menjadi Presiden RI jika Pilpres dipilih saat ini.

        Hasil survei tersebut menempati yang urutan pertama adalah nama Joko Widodo (Jokowi) dengan persentase 20,8 persen. Namun yang menarik ada nama kader Partai Golkar Dedi Mulyadi yang dipilih responden. Dia menempati urutan ke-9 dengan persentase 1.0 persen.

        Sementara Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto berada diposisi ke-29 dengan persentase dipilih responden sebesar 0,1 persen.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: