Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Stok Minyak Goreng Kosong, Pengusaha: Ini Kebiasaan Orang Indonesia

        Stok Minyak Goreng Kosong, Pengusaha: Ini Kebiasaan Orang Indonesia Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga mengatakan kosongnya stok minyak goreng di pasar terjadi akibat adanya panic buying di masyarakat.

        "Karena panic buying itu (kosongnya stok)," ujar Sahat saat dikonfirmasi WartaEkonomi, Senin (31/1/2022).

        Baca Juga: Dampak Kebijakan DMO, DPO, dan HET Minyak Goreng bagi Pengusaha dan Petani

        Sahat mengatakan, kondisi tersebut sudah sangat lazim atau sering terjadi di Indonesia jika salah satu bahan pokok mengalami lonjakan harga.

        "Ya biasalah pembelian orang kita begitu murah semua ikut membeli. Anak, cucu, kakek ikut ngantri. Itu sudah kearifan lokal, jadi kita penuhi saja," ujarnya. 

        Meski begitu, ia menegaskan bahwa stok minyak goreng tidak akan kosong, hal tersebut didasari oleh kecilnya serapan dari konsumsi dalam negeri akan produksi minyak goreng yang hanya 6 persen.

        "Sebetulnya tidak perlu, karena serapan minyak goreng kita itu cuma 6 persen dari total produksi bagaimana bisa langka. Cuma harganya segera yang Rp9300 itu patok oleh Kementrian Pertanian dan perusahaan yang punya kebun digelontorkan dan jangan memberatkan petani," ungkapnya.

        Lebih lanjut, sahat menjelaskan berkurangnya pasokan minyak goreng dalam kemasan premium juga dikarenakan faktor psikologis pasar yang lebih memilih produk yang ditetapkan oleh pemerintah di ritel modern dengan harga Rp14.000 dibandingkan dengan minyak goreng bantalan seharga Rp13.000.

        "Jadi ritel modern itu tidak perlu yang produk modern, harga pasar dilepas itu banyak yang beli karena ada kemampuan di situ. Karena psikologinya harga premium Rp14.000 itu kan kemasan, disamping itu ada minyak bantalan Rp13.500 dan sekarang hampir semua orang pilih pouch karena bedanya cuma 500 perak," jelasnya.

        "Dengan keadaan begini keliatan sekarang, pouch pun engga ada lagi di pasar sekarang, ini produsen akan memilih, saya jual itu lebih banyak ruginya mending saya penuhi curah," imbuhnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Alfi Dinilhaq

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: