- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Opsi Binari & Robot Trading, Pengamat Pasar Modal Yohan Hapdijaya: Teman Makan Teman
Robot trading seperti Mark AI, Net89, DNA Pro dan judi berkedok trading seperti Binomo, IQ Option, Olymptrade sifatnya teman makan teman.
"Kebanyakan mereka yang join atau bergabung bukan tertarik atau percaya dengan perusahaannya, tapi karena pertemanan," kata Yohan Hapdijaya, Pengamat Pasar Modal, Senin (7/2/2022).
Yohan mengungkapkan, sejak dulu modusnya selalu sama, yaitu member get member. Karena diajak teman, seseorang jadi percaya. Apalagi setelah diperlihatkan keuntungan yang didapatkan.
Skema member get member tersebut, kata Yohan, menyebabkan banyak hubungan pertemanan rusak.
Diantaranya karena orang yang sudah bergabung seringkali mendesak teman lainnya untuk ikut bergabung. Atau hubungan bisa merenggang saat sang teman mengalami kerugian besar.
Baca Juga: Dianggap Membangkang, Kemendag Segel Kembali Pelaku Usaha Robot Trading
"Pertanyaan saya, kalau yakin cuan banyak setiap bulan, kenapa pemilik bisnisnya tidak pinjam duit ke bank atau konglomerat saja? Kenapa cari duit yang cuma jutaan rupiah dari member get member?" katanya.
Seperti diketahui, Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah memblokir 1.222 situs perdagangan berjangka komoditi ilegal dan permainan judi berkedok trading.
Dari ribuan website tersebut, terdapat 92 domain opsi binari yang diblokir seperti Binomo, IQ Option, Olymptrade, Quotex serta platform sejenis lainnya.
Baca Juga: Inovasi Robot Trading Forex Semakin Canggih, Ini Tips untuk Pemula Agar Tetap Aman
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) juga memblokir 336 robot trading seperti Net89/SmartX, Auto Trade Gold, Viral Blast, Raibot Look, DNA Pro, EA 50, Sparta, Fin888, Fsp Akademi Pro serta perusahaan lain yang sejenis.
Menurut Yohan, influencer atau affiliator punya andil yaitu sebagai contoh keberhasilan yang nyata.
Di sisi lain, lanjutnya, flexing jadi tren di sosial media. Mulai dari pamer jenis handphone, outfit, jam tangan, mobil mewah sekelas Lamborghini dan bahkan pesawat pribadi. "Strategi marketing dengan flexing jadi trend," kata dia.
Masyarakat dinilainya banyak yang tergiur dengan kisah-kisah keberhasilan, sehingga lupa dengan resiko yang dihadapi.
Runyamnya, lanjut Yohan, kerap kali orang yang tergiur untuk investasi bodong atau perjudian menggunakan uang yang berasal dari uang pinjaman online (Pinjol).
"Jangankan uang Pinjol, uang dapur saja tidak boleh untuk investasi. Investasi itu uang lebih yang diinvestasikan," tuturnya.
Di sisi lain, masyarakat menjadi kehilangan kepercayaan terhadap pasar modal. "Akhirnya banyak yang mengira pasar modal adalah judi," terang Yohan.
Dia menegaskan, investasi tidak ada yang instan. Butuh waktu untuk mempelajari investasi, menyusun strategi, tujuan investasi, resiko dan peluangnya harus ditimbang dengan matang. Semua itu terbentuk dari pengalaman.
Itulah kenapa, bila berinvestasi sebaiknya dimulai dengan nilai kecil. Sehingga bisa diterima bila harus mengalami kerugian.
"Saya selalu percaya 10.000 hours rule berlaku di semua aspek kehidupan. Mau ahli 1-2 hari? Tidak bisa," ujar pemilik akun instagram @yohapdijaya itu.
Jenis investasi pun beragam. Ada saham, reksadana dan obligasi. Semua tergantung tujuan berinvestasinya.
"Investasi itu goal-nya uang bekerja untuk kita dengan underlying yang jelas. Kalau saham ada sahamnya. Kalau forex ada mata uangnya," jelas Yohan.
Metode pengambilan keputusan pun bisa bermacam-macam. Bisa dengan fundamental, teknikal atau alogaritma market maker. Apapun itu, dalam berinvestasi harus memiliki strategi.
"Banyak yang bilang high risk, high return. Investasi itu low risk, high return," kata dia.
Yohan mencontohkan, di dunia saham, orang yang berinvestasi harus paham betul karakter saham tersebut, fundamentalnya, termasuk siklus saham itu.
"Pasar saham adalah alat untuk mentransfer uang dari pihak yang tidak sabar kepada pihak yang sabar," ucapnya mengutip Warren Buffett.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: