Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Exit Strategi Negara Maju Jadi Bahasan Penting G20

        Exit Strategi Negara Maju Jadi Bahasan Penting G20 Kredit Foto: Fajar Sulaiman
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Normalisasi kebijakan atau exit strategy dari krisis yang dilakukan oleh negara maju seperti Amerika Serikat menjadi salah satu bahasan pertemuan G20 di Indonesia.

        Direktur Eksekutif Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia (BI), Rudy Brando Hutabarat mengatakan, kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) dapat memberikan efek buruk terhadap negara berkembang.

        Baca Juga: Jadi Tuan Rumah G20, Ini Keuntungan Bagi Indonesia

        Pasalnya, saat ini kondisi pandemi membuat pemulihan ekonomi di negara berkembang belum merata.

        "Kenapa kami menekankan yang exit strategy to support recovery? Karena kita lihat saat ini pertumbuhan ekonomi dunia pemulihannya tidak merata. Jadi ada yang cepat, ada yang masih lambat," ujar Rudy dalam diskusi virtual, Senin (14/2/2022).

        Rudy mengatakan, The Fed saat ini sudah mulai melakukan pengurangan likuiditas atau tapering dan berencana menaikan suku bunga yang menjadi salah satu bentuk dari exit strategy.

        "Ketika Fed mulai melakukan tapering dan kemungkinan akan menaikkan suku bunga dan satu tahun ini diperkirakan 4 sampai 5 kali," ujarnya.

        Menurutnya, exit strategy yang tidak diperhitungkan dan dikomunikasikan dengan baik akan mengganggu pemulihan ekonomi di negara-negara berkembang. 

        Maka dari itu gangguan tersebut bisa dimitigasi apabila kebijakan exit strategy diperhitungkan dan dikomunikasikan dengan baik.

        "Kalau direncanakan dengan baik, maka dampaknya ke negara-negara emerging lebih terbatas. Ini mengapa penting? Kalau dampak rambatan itu dapat dimitigasi, maka negara-negara berkembang yang saat ini masih dalam tahap pemulihan, maka dia akan lebih fokus pada pemulihannya," paparnya.

        Rudy melanjutkan, jika perekonomian negara-negara di dunia bisa pulih secara serempak, akan memberikan dampak positif terhadap Indonesia. 

        "Ketika ekonomi dunia mengalami pemulihan, maka kita lihat permintaan ekspor kita meningkat. Peningkatan ekspor itu disebabkan oleh dua faktor. Pertama, permintaan yang pulih dari dunia, permintaan meningkat, dan harganya juga meningkat. Komunikasi antara harga dan kuantitas, itu memberi keuntungan bagi kita, sehingga kita dapat efek positif dari exit strategy," tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Alfi Dinilhaq

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: