Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pentingnya Diversifikasi Negara Pemasok Kedelai Untuk Stabilitas Harga

        Pentingnya Diversifikasi Negara Pemasok Kedelai Untuk Stabilitas Harga Kredit Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Untuk menjaga harga dan pasokan kedelai dalam negeri tetap stabil, diversifikasi negara pemasok kedelai perlulah dilakukan. Dapat dilihat, Indonesia kini alami peningkatan impor dari Brazil dan Argentina.

        ”Pemerintah perlu mendiversifikasi sumber impor agar harga dan jumlah pasokan kedelai dalam negeri stabil. Indonesia merupakan negara dengan konsumsi kedelai terbesar kedua di dunia setelah China,” jelas Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Nisrina Nafisah.

        Baca Juga: Harga Kedelai Impor Naik, Perajin Tahu-Tempe Bakal Mogok Berproduksi Tiga Hari

        Jika dilihat, produksi kedelai di dua negara Amerika Latin itu mencapai 140 juta ton dan 50 juta ton setiap tahunnya. Jumlah impor kedelai Indonesia dari kedua negara tersebut kurang dari 1 persen total impor Indonesia setiap tahunnya. Indonesia bahkan tidak mengimpor kedelai dari keduanya di 2020.

        Terkait itu, kata Nisrina, ada peluang kerjasama yang lebar terutama untuk penuhi ketersediaan kedelai yang selama ini masuh bergantung dengan Amerika Serikat.  

        Memang sekarang Indonesia sedang menjajaki kerjasama ekonomi dengan Kawasan Latin Amerika dan Karibia, yang merupakan pasar non-tradisional Indonesia. Kerjasama ekonomi tersebut dapat membuka peluang Indonesia untuk membagi kuota impor kedelainya dengan negara Amerika Latin.

        Merujuk data BPS, sekitar 90 persen impor kedelai Indonesia di 2020 berasal dari Amerika Serikat. Kedelai sebanyak 2.238,5 ton dari total 2.475,3 ton didatangkan ke Indonesia. Kanada duduki peringkat dua dengan jumlah impor yang mencapai 229,6 ribu ton pada tahun 2020. 

        Data USDA menunjukkan, naiknya harga kedelai di pasar internasional disebabkan oleh beberapa faktor, seperti berkurangnya pasokan karena perubahan cuaca yang mengganggu produksi kedelai di negara produsen utama,  yaitu Amerika Serikat, Brazil dan Argentina (USDA, 2022). Ketiga negara tersebut menghasilkan sekitar 80 persen produksi kedelai dunia (Voora et al., 2020). 

        Sejak Desember 2021, produksi kedelai turun 7 persen di Brazil dan 9 persen di Argentina. Walaupun ada penurunan jumlah produksi, kedua negara tetap merajai produksi kedelai di dunia.

        Nisrina menambahkan, Badai Ida yang terjadi pada akhir Agustus sampai awal September sempat mengganggu produksi kedelai di Louisiana dan beberapa negara bagian Amerika Serikat lainnya. Oleh karenanya, total pasokan kedelai tahun 2021 menurun sebesar 53 juta bushel atau 1,4 juta ton.

        Baca Juga: Pedagang Tahu-Tempe Ancam Mogok, Dedi Mulyadi: Pemerintah, Segera Intervensi Soal Kedelai!

        Faktor lainnya yang berperan adalah gangguan pada rantai pasok akibat kurangnya tenaga kerja pada sektor logistik dan tingginya biaya transportasi. Karantina wilayah yang masih diterapkan di berbagai negara penyebab waktu untuk pengangkutan barang terganggu. Belum lagi bencana Badai Ida di Amerika Serikat merusak pelabuhan New Orleans yang merupakan pelabuhan utama untuk ekspor barang dari Amerika Serikat.

        “Diversifikasi sumber pangan penting dilakukan untuk memastikan pemenuhan stok kedelai dalam negeri, sehingga ketika terjadi gangguan di satu sumber impor, Indonesia bisa dengan segera beralih ke sumber lain,” cetusnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Adrial Akbar
        Editor: Adrial Akbar

        Bagikan Artikel: