Pidato Kenegaraan Tahunan Pertama Joe Biden Diwarnai Aksi Standing Ovation untuk Ukraina
Kredit Foto: Instagram/Joe Biden
Dalam pidato kenegaraan tahunan resmi pertamanya, Presiden Joe Biden memimpin aksi standing ovation untuk mendukung Ukraina yang tengah menghadapi pengepungan Rusia.
Dan untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, anggota Kongres tidak diharuskan mengenakan masker di ruang sidang-sebuah pemandangan yang bisa memberi citra positif bagi pemerintahan Biden.
Baca Juga: Mengejutkan! Gedung Putih Takut Undang Elon Musk untuk Ketemu Joe Biden, Lho Kenapa?
Momen langka itu terjadi pada Selasa (1/3), di mana para anggota Kongres AS yang biasa terpolarisasi di sepanjang garis partisan, Demokrat dan Republik, bangkit secara bersama-sama. Mereka bersatu, mendukung rakyat Ukraina dan bersorak di ruang Dewan Perwakilan Rakyat di Washington, D.C.
Pada hari itu, Biden menulis ulang pidatonya, mengkritisi Presiden Rusia Vladimir Putin, dan menyebutnya telah melakukan 'invansi yang tak beralasan dan direncanakan'.
Dalam sambutan yang sudah disiapkan, Biden mengatakan bahwa Putin 'tidak tahu apa yang akan terjadi'.
"Jika Anda mampu berdiri, marilah kita mengirim sinyal yang jelas ke Ukraina dan dunia," kata Biden, yang kemudian disambut dengan tepuk tangan meriah dari para anggota Kongres.
Biden ingin mengatur ulang kepresidenannya. Pemerintahan tahun pertamanya telah ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan triliunan dolar di bawah program-program baru. Namun, di samping kemajuan itu, AS masih dibayangi Covid-19 dan inflasi tertinggi dalam 40 tahun.
Pidato tahunan kepada Kongres memberi Biden sebuah platform untuk menyoroti agendanya, meyakinkan orang Amerika yang resah. Ia juga berusaha meningkatkan angka jajak pendapatnya yang lamban, dengan peringatan bahwa rekan-rekan Demokratnya dapat menghadapi kekalahan dalam pemilihan kongres November.
Jajak pendapat publik telah menunjukkan Biden tidak disukai mayoritas orang Amerika selama berbulan-bulan.
Namun, persetujuan rakyat Amerika atas tanggapan Biden terhadap invasi Rusia meningkat selama seminggu terakhir. Sebanyak 43 persen mengatakan mereka setuju dalam jajak pendapat Reuters/Ipsos pada Selasa.
Angka ini naik dari 34 persen pada minggu lalu. Kendati begitu, sekitar 47 persen tidak menyetujui tanggapan Biden terhadap krisis tersebut, dan popularitasnya secara keseluruhan telah mendekati titik terendah kepresidenannya dalam beberapa pekan terakhir.
Menjelang kedatangan Biden, bendera Ukraina dikibarkan. Beberapa anggota Kongres perempuan tiba dengan mengenakan warna bendera kuning dan biru.
Tantangan Biden adalah menunjukkan kepada rakyat Amerika bahwa dia berada di atas respons Barat atas periode paling tegang dalam hubungan dengan Rusia sejak Perang Dingin berakhir 30 tahun lalu.
Seperti dilaporkan Reuters, invasi Rusia ke Ukraina telah menguji kemampuan Biden untuk merespons dengan cepat peristiwa tanpa mengirim pasukan Amerika ke medan perang.
AS dan sekutunya telah meluncurkan sanksi keras terhadap ekonomi dan sistem keuangan Rusia. Begitu juga untuk Putin dan lingkaran dalam oligarkinya. Lebih banyak sanksi sedang direncanakan.
Krisis Ukraina telah memaksa Biden untuk merancang kembali pidatonya. Ia fokus untuk menyatukan orang Amerika di tengah upaya global yang menghukum Moskow dan mendukung Kyiv.
Biden melontarkan kritik keras terhadap Putin dalam sambutannya, mengatakan bahwa pemimpin Rusia itu telah salah menghitung bagaimana peristiwa akan terungkap. Ia juga mengatakan bahwa sekarang 'ekonomi Rusia terguncang dan hanya Putin yang harus disalahkan'.
"Dia (Putin) pikir dia bisa berguling ke Ukraina dan dunia akan ikut berguling. Sebaliknya dia bertemu tembok kekuatan yang tidak pernah dia bayangkan. Dia bertemu orang-orang Ukraina. Dari Presiden Zelenskiy hingga setiap warga Ukraina, keberanian, ketidakgentaran, dan tekad mereka, telah menginspirasi dunia," katanya.
Biden mengatakan Putin telah mengabaikan upaya untuk mencegah perang.
"Perang yang dilakukan Putin ini telah direncanakan dan tidak ada provokasi. Dia menolak upaya diplomasi. Dia pikir Barat dan NATO tidak akan merespons. Dan, dia pikir dia bisa memecah belah kita di sini di rumah kita. Putin salah. Kita sudah siap," tambahnya.
Biden mengumumkan AS akan bergabung dengan negara-negara lain dalam melarang penerbangan Rusia dari wilayah udara Amerika.
Dalam menunjukkan dukungan untuk Ukraina, ibu negara Jill Biden ikut menjamu Duta Besar Ukraina untuk AS, Oksana Markarova, yang melakukan perjalanan dengan iring-iringan Biden dari Gedung Putih ke Capitol Hill.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: