Berdasarkan data dari Indonesia National Plastic Action Partnership yang dirilis bulan April 2020 lalu, Indonesia merupakan panghasil 6,8 juta ton sampah plastik dan 9 persennya atau sekitar 620 ribu ton masuk ke sungai, danau, dan laut. Belum terintegrasinya sistem persampahan nasional menjadi penyebab sampah rumah tangga tidak terkelola sehingga menyebabkan beban berlebih di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di berbagai daerah.
Hal serupa juga dialami oleh Kabupaten Gresik yang saat ini menghadapi permasalahan overload di TPA Ngipik yang menjadi satu-satunya tempat pembuangan sampah akhir bagi masyarakat Gresik. Berbagai upaya sudah dilakukan oleh Pemkab Gresik untuk mengurangi dan menangani sampah, antara lain dengan mendorong pembentukan Bank Sampah di seluruh desa serta pembuatan TPS3R. Namun, hingga saat ini cakupan layanan sampah baru mencapai 30 persen.
Baca Juga: Sukseskan DPSP, PUPR Bangun Layanan Pengolahan Sampah di Kawasan Wisata Manado-Bitung-Likupang
Guna mengatasi hal tersebut, Pemkab Gresik resmi menandatangani MOU kerja sama Pengolahan dan Pengurangan Sampah melalui Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Sampahku Tanggung Jawabku (Samtaku) dengan menggandeng PT Reciki Solusi Indonesia dan Danone-AQUA mengembangkan TPST Samtaku yang dibangun di atas lahan milik Pemkab seluas 3000m² di Kelurahan Ngipik, Kabupaten Gresik, Jatim.
Dalam pengelolaannya, TPST ini akan memberdayakan masyarakat di sekitar lokasi sebagai pekerja dan akan melayani pengambilan sampah bagi 25.000 kepala keluarga di wilayah Kecamatan Gresik, serta berbagai kawasan perkantoran, komersial, dan industri di Kabupaten Gresik. TPST ini ditargetkan akan memiliki kapasitas pengolahan sampah hingga 200 ton per hari dan diharapkan akan terkumpul sampah botol plastik sebanyak 150 ton per bulan.
"Kami mengapresiasi inisiatif pengelolaan sampah yang dilakukan Reciki bersama Danone-AQUA. Dari dulu hingga sekarang sampah di Gresik belum ada penanganan yang terintegrasi dan masih langsung menuju ke TPA. Kolaborasi dan sinergi dari banyak pihak dibutuhkan untuk mengatasi pengelolaan sampah di Gresik," terang Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani di Gresik Rabu, (9/3/2022).
Yani mengatakan, selama ini sampah hanya ditimbun di TPA Gresik saja. Dengan adanya kerja sama ini, diharapkan sampah menjadi bahan yang memiliki nilai guna, atau bahkan nilai ekonomis.
"Penandatanganan nota kesepahaman/MOU kerja sama pengolahan sampah antara Pemerintah Kabupaten Gresik dengan pihak ketiga, dalam hal ini PT Reciki Solusi Indonesia yang didukung penuh oleh Danone-AQUA di TPA Ngipik, sebagai bentuk komitmen Pemerintah Kabupaten Gresik terhadap permasalahan sampah. Ini pertama kalinya sejak 48 tahun Gresik," sambung Yani.
Sementara itu, Sustainable Development Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo, menjelaskan, TPST Samtaku Gresik menjadi TPST ketiga yang dikembangkan oleh Danone-AQUA bersama berbagai mitra setelah sebelumnya di Kabupaten Lamongan dan Jimbaran, Badung Bali.
Dengan mengedepankan prinsip Zero Waste to Landfill, TPST Samtaku, kata Karyanto, pihaknya akan menerapkan teknologi RDF (Refuse Derived Fuel), di mana sampah organik akan dikelola menjadi kompos dan sebagian akan diproses bersama dengan sampah residu untuk menghasilkan bahan bakar. Sementara, sampah kemasan botol plastik bekas yang terpilah akan dikirim ke pabrik PT. Veolia Services Indonesia, mitra daur ulang Danone-AQUA, untuk diolah kembali menjadi material rPET (recycled PET) sebagai bahan baku botol plastik baru Danone-AQUA. Artinya, seluruh sampah yang terkumpul di fasilitas ini nantinya akan dikelola dan dapat dimanfaatkan kembali sehingga tidak ada yang terbuang ke lingkungan atau berakhir di TPA.
"Inisiatif ini dikembangkan sebagai bagian dari komitmen #BijakBerplastik Danone-AQUA dan mencapai ambisi untuk dapat mengumpulkan lebih banyak sampah plastik daripada yang kami gunakan untuk menjadi bagian dari solusi permasalahan sampah di Indonesia. Pada dua TPST terdahulu, yaitu TPST Lamongan dan TPST Jimbaran, kami telah berhasil melakukan pengurangan jumlah sampah ke TPA hingga 70 persen," kata Karyanto.
"TPST Samtaku Gresik direncakan juga akan dilengkapi dengan wahana edukasi dan akan menjadi sarana penyebarluasan pengetahuan terkait pengelolaan sampah bagi masyarakat. Pembangunan infrastruktur juga disertai dengan sosialisasi pemanfaatan TPST dan Pendidikan pengelolaan sampah kepada masyarakat di Kecamatan Gresik; Bank sampah; serta mitra pemulung di Kecamatan Gresik. Selain itu, agar generasi muda paham tentang pengelolaan sampah sejak usia dini, juga akan diadakan ToT Sampahku Tanggungjawabku di sekolah-sekolah," tambah Karyanto.
Dikatakan Karyanto, Danone-AQUA sebagai pelopor produsen air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia sejak tahun 1993 telah menjadi pionir dalam mengumpulkan kembali dan mendaur ulang sampah botol plastik pascakonsumsi dengan mengembangkan Program AQUA Peduli. Pada tahun 2018, Danone-AQUA memperkuat komitmen tersebut dengan meluncurkan Gerakan #Bijakberplastik, yang berfokus pada tiga pilar utama, yaitu Pengumpulan, Edukasi, dan Inovasi. Melalui Gerakan #BijakBerplastik Danone-AQUA bertekad untuk mewujudkan penerapan ekonomi sirkular di Indonesia.
"Melalui 6 unit usaha daur ulang yang tersebar di Indonesia serta pengembangkan TPST, Bank Sampah, dan Collection Center, hingga saat ini Danone-AQUA telah berhasil mengumpulkan hingga 13.000 ton kemasan plastik paska konsumsi per tahunnya sekaligus memberdayakan 10.000 pemulung yang bertujuan mendukung pemerintah mencapai target pengurangan sampah ke laut hingga 70 persen di tahun 2025 nantinya," pungkas Karyanto.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: