Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bantu Pemerintah Kurangi Impor, Mamit Ajak Masyarakat Gunakan Kompor Induksi

        Bantu Pemerintah Kurangi Impor, Mamit Ajak Masyarakat Gunakan Kompor Induksi Kredit Foto: Dok. Pribadi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan, ikut menyoroti kenaikan harga minyak dunia yang mendorong harga acuan LPG yaitu CP Aramco ikut mengalami kenaikan.

        Tercatat, per Maret 2022 ini, harga CP Aramco sudah menyentuh di level US$ 900 per metrik ton, dan berdampak pada penggunaan dollar yang akan meningkat dan bisa menyebabkan mata uang rupiah terdepresiasi terhadap mata uang dollar.

        Baca Juga: Alhamdulillah, ULN Indonesia Turun 1,7 Miliar Dolar AS di Januari 2022

        Karena itu, Mamit menyarankan penggunaan kompor induksi dapat membantu pemerintah untuk mengurang impor LPG.

        “Melalui penggunaan kompor induksi, dapat membantu pemerintah dalam menghemat anggaran di APBN kita. Selain itu, penggunaan kompor induksi merupakan upaya untuk membangun kemandiri energi,” katanya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (16/3/2022).

        Baca Juga: Diselenggarakan di Labuan Bajo, Indonesia Jadi Tuan Rumah Asia Internasional Water Week ke-2

        Lanjutnya, menyampaikan impor LPG dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring dengan konsumsi yang terus naik. Pada tahun 2024, impor LPG bisa mencapai Rp67.8 T.

        “Dengan beralih ke kompor induksi, ketergantungan terhadap impor LPG bakal berkurang secara bertahap sehingga bakal mendorong kemandirian energi. Tak hanya itu, masalah defisit transaksi berjalan atau (current account defisit/CAD) akibat impor LPG secara perlahan juga dapat diselesaikan,” kata Mamit.

        Menurut dia, sesuai dengan arahan Presiden di Istana Bogor pada November 2021 sudah sangat jelas, yaitu untuk mengubah energi berbasis impor ke energi berbasis domestik. Pemanfaatn potensi energi dalam negeri adalah yang utama termasuk salah satunya melalui konversi penggunaan kompor LPG ke kompor induksi.

        “Selain untuk mengurangi angka impor, langkah konversi ini juga bakal menekan subsidi LPG dalam APBN yang terus membengkak. Pada tahun ini saja pemerintah menganggarkan Rp 61 triliun untuk subsidi LPG dengan asumsi ICP US $63 per barel. Per Februari 2022, ICP sudah menyentuh dilevel US$95,72 per barel. Kenaikan ini akan berdampak terhadap beban subsidi LPG dimana setiap kenaikan US$1 ICP maka beban subsidi LPG akan meningkat sebesar Rp1,47 T. Jadi bisa dibayangkan berapa beban penambahan untuk subsidi LPG 3 kg saat ini,” urai Mamit.

        Jadi perubahan dari LPG ke kompor listrik manfaatnya akan bisa langsung terasa. Negara juga akan lebih hemat karena ada pengurangan subsidi LPG. Sehingga ini perlu adanya pergeseran gaya hidup, kultur, kebijakan, industri pendukung, yang pada intinya bagaimana pergeseran ini bisa berjalan secara smooth.

        “Masyarakat juga akan mendapatkan manfaat dari penggunaan kompor induksi ini. Konsumsi  menggunakan kompor induksi, jika dibandingkan 1 kg LPG adalah sebesar 7,1 kWh. Artinya, dengan memakai kompor listrik masyarakat hanya perlu merogoh kocek Rp10.266, yang setara dengan 1 kg LPG Non subsidi dengan harga Rp15.500 per kg,” papar Mamit kembali.

        Dengan asumsi pemakaian 1 bulan sebanyak 9 kg, maka biaya yang dikeluarkan rumah tangga mencapai Rp139.500. Sedangkan pemakaian 1 bulan kompor induksi setara dengan 64,7 kWh atau hanya Rp93.556.

        “Artinya, penggunaan energi LPG lebih mahal Rp 45.944 per bulan jika dibandingkan dengan penggunaan kompor induksi,” pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: