Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kepala BIN Optimis dengan Potensi Nasional IKN Tidak Tergantung Fulus Asing

        Kepala BIN Optimis dengan Potensi Nasional IKN Tidak Tergantung Fulus Asing Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
        Warta Ekonomi -

        Batalnya SoftBank menanamkan investasi di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara tak membuat pemerintah patah semangat. Sebaliknya, hal ini bisa menjadi tantangan besar bagi bangsa sebesar ini, untuk mampu mendapatkan sumber pembiayaan selain dari luar negeri.

        Yang penting diketahui publik juga, mundurnya SoftBank ini, karena secara internal keuangan perusahaan ventura yang bermarkas di Tokyo, Jepang ini, memang tengah bermasalah. Tahun lalu, SoftBank mengalami kerugian hingga 9 miliar dolar AS, sahamnya juga jatuh 43 persen pada periode yang sama.

        Baca Juga: Pamit Mundur dari Proyek IKN Nusantara, Ternyata Oh Ternyata Kekayaan Bos SoftBank Hilang Rp357 T!

        Apakah pembiayaan IKN Nusantara tak tergantung kepada fulus dari luar negeri ini bisa terwujud? Harusnya bisa. Karena, menggantungkan ke pembiayaan dari luar negeri saat ini, juga tak mudah. Karena, seperti diketahui, saat ini, perekonomian dunia sedang susah akibat pandemi. Situasi ini diperparah oleh perang antara Rusia dan Ukraina.

        Lalu, dari mana pembiayaan IKN Nusantara ini bisa dioptimalkan? Menurut Kepala Badan Intelijen Negara (Kabin) Jend Pol (Purn) Budi Gunawan, yang luput dari pembahasan selama ini adalah mencari sumber pembiayaan di dalam negeri. Diskusi tentang rencana investor asing masuk ke IKN selama ini, kemudian munculnya berita kemunduran SoftBank, seakan melupakan potensi pembiayaan dalam negeri.

        “Ini proyek strategis nasional dan merupakan keputusan historis Bangsa untuk meraih cita-cita Nasional, tidak selayaknya diwacanakan seakan tergantung pada pendanaan asing,” kata Budi Gunawan, kemarin.

        Di saat dunia sedang menghadapi krisis, lanjut mantan Wakapolri yang akrab disapa BG ini, saatnya Indonesia kembali berorientasi endogenous growth (pertumbuhan berbasis faktor internal) ketimbang exogenous growth.

        Orientasi endogenous growth ini, kata BG, setidaknya digunakan dalam tiga aspek pembangunan IKN Nusantara. Pertama, kapital. Indonesia seharusnya mengutamakan pembiayaan dari perbankan nasional yang sebenarnya over-liquid dan adanya potensi akumulasi lockdown savings (tabungan yang selama ini belum dibelanjakan di era PPKM).

        Kedua, sumber daya manusia. Indonesia memiliki digital talent yang luar biasa. Berdasarkan data Startup Ranking 2021, Indonesia berada di urutan lima besar dunia. Unicorn di Tanah Air bertambah dari 4 pada 2020 menjadi 8 saat ini. Indonesia hanya dikalahkan AS, India, Inggris, dan Kanada.

        “Banyak yang tidak memberi perhatian, kita sebenarnya memiliki angkatan digital talent yang sangat cemerlang dan massif. Ini generasi masa depan, mereka sangat sensitif pada kepedulian sosial, ekonomi hijau, berfikir fleksibel dan sustainable. Mereka harus menjadi salah satu tulang punggung pertumbuhan IKN Nusantara nanti melalui industri kreatif dan digital, light manufacturing, green economy atau super hub logistics,” papar BG.

        Ketiga, teknologi. Indonesia sesungguhnya sangat mumpuni mewujudkan IKN Nusantara sebagai smart forest city, modern, inklusif, dan berperadaban maju. Tidak hanya hasil inovasi di Kementerian dan BRIN, berbagai perguruan tinggi terbaik Indonesia juga punya banyak patent teknologi, yang sangat memadai untuk membangun kota baru IKN Nusantara.

        “Institusi IKN yang professional dan SDM, serta teknologi kita, sangat mumpuni. Justru IKN menjadi ajang kesempatan mempromosikan mereka, dan akan menjadi nilai tambah IKN Nusantara, karena dibangun dengan visi, rancang-bangun, tenaga, hingga teknologi kita sendiri,” tegas BG.

        Banyak Yang Mau Investasi Di IKN

        Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan mengatakan, banyak pihak yang ingin berinvestasi dalam pembangunan IKN di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, itu. Selain Abu Dhabi, kata dia, yang serius berinvestasi adalah Arab Saudi. Luhut yakin karena Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman (MBS) rajin mengirimkan kabar melalui WhatsApp.

        Luhut mengatakan, pemerintah terus berupaya mencari sumber pendanaan proyek pembangunan IKN. Hasilnya, cukup menggembirakan. Sejumlah negara berniat menanamkan modal dalam proyek pembangunan IKN, seperti adalah Ini Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi.

        Luhut menjelaskan, UEA melalui SWF sudah berkomitmen menanamkan investasi sebesar 20 miliar dolar AS melalui Indonesia Investment Fund. Luhut pun akan menjajaki lebih lanjut agar investasi IKN lebih besar.

        Selain Abu Dhabi, Luhut mengungkapkan, pemerintah juga sedang melakukan penjajakan dengan Arab Saudi. Kata dia, Saudi sangat serius untuk menanamkan modal di proyek IKN. Pertemuan pun telah dilakukan Luhut dengan Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad Bin Salman.

        “Itu Prince MBS minta masuk ke situ. Kalau beliau, angkanya berapa sedang kita godok dalam pertemuan secara virtual dengan timnya,” kata Luhut usai gelaran Grand Launching Proyek Investasi Berkelanjutan, di Jakarta, kemarin.

        Menurut Luhut, pembicaraan antara tim Indonesia dan tim Saudi terus berjalan. “Sekarang lagi bicara terus ini, intensif sekali. Karena dia juga sangat progresif, dia text saya, WA saya, sampai di mana progresnya,” ujar Luhut.

        Dengan komunikasi yang intens ini, ia yakin sebelum atau saat Ramadhan nanti, akan ada progres.

        Beberapa pekan lalu, Luhut memang terbang ke Saudi untuk menawarkan proyek pembangunan IKN. Di Saudi, pensiunan jenderal bintang empat ini bertemu dengan Putra Mahkota MBS. Luhut pun pamer kedekatan dengan memamerkan foto saat ia dirangkul MBS.

        Dalam kesempatan itu, Luhut kembali menjelaskan alasan SoftBank Corp batal berinvestasi di IKN. Menurut dia, SoftBank melalui Vision Fund, sebelumnya berniat berinvestasi 100 miliar dolar AS melalui Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi. Namun, karena sahamnya ambruk, perusahaan yang bermarkas di Jepang itu, membatalkan niatnya berinvestasi di IKN. “Jadi nggak ada urusan (dengan IKN). SoftBank murni masalah dia,” ujarnya. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: