Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pawang Heboh di Mandalika, Ya PSI Ujung-ujungnya 'Nyangkutin' di Wilayah Kepemimpinan Anies Baswedan

        Pawang Heboh di Mandalika, Ya PSI Ujung-ujungnya 'Nyangkutin' di Wilayah Kepemimpinan Anies Baswedan Kredit Foto: Instagram/Anies Baswedan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Perhelatan MotoGP di Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) jadi sorotan gegara menggunakan pawang hujan. Elite Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pun ikut menanggapi dengan menyinggung ajang Formula E yang digelar di Jakarta pada Juni 2022.

        Juru bicara DPP PSI, Sigit Widodo mengaku, menemukan persamaan antara perhelatan MotoGP di Mandalika dengan Formula E di Ancol, Jakarta. Baginya, dua perhelatan itu sama-sama memerlukan pawang hujan.

        "Keduanya sama -sama perlu pawang. Kalau MotoGP perlu pawang hujan, Formula E perlu pawang anggaran," ujar Sigit dalam keterangannya, yang dikutip pada Senin 21 Maret 2022.

        Sigit menyampaikan demikian karena hebohnya Rara Isti Wulandari yang tampil sebagai pawang hujan dalam MotoGP di Mandalika, Minggu kemarin, 20 Maret 2022. Dia bilang, Rara berhasil menghalau hujan yang membuat kegiatan MotoGP sempat tertunda. Tapi, beda dengan Formula E yang perlu pawang anggaran.

        Baca Juga: Anies Baswedan Emang Paling Jago Bikin Pembencinya Kelojotan! Pendeta Jason: Pantas Sebagai Pemimpin

        "Warga Jakarta perlu pawang anggaran untuk mengusir tuyul-tuyul yang mengganggu uang rakyat," tutur Sigit. Dia mengatakan, sejak awal perencanaan Formula E, tuyul-tuyul sudah mengganggu uang rakyat. Kata dia, seharusnya bisa digunakan untuk kegiatan yang lebih berguna untuk warga Jakarta di masa pandemi COVID-19 ini.

        "Formula E tidak pernah masuk RPJMD, tiba-tiba bisa masuk APBD-P 2019. Ajaibnya lagi, Gubernur Anies sudah memutuskan untuk berutang Rp180 miliar dan membayar commitment fee sebesar Rp560 miliar sebelum APBD-P itu disahkan," jelas Sigit.

        Pun, Sigit menyinggung keanehan anggaran terus berlanjut sepanjang perencanaan Formula E.  "Ketika DPRD DKI Jakarta menolak membiayai lagi Formula E, Pemprov DKI yang tadinya meminta Rp2,3 triliun untuk commitment fee 5 tahun tiba-tiba menurunkan jadi Rp560 miliar, sama dengan jumlah yang diakui sudah ditransfer untuk commitment fee," lanjut Sigit.

        Kemudian, saat Sirkuit Formula E akan dibangun, keanehan muncul lagi. Namun, tiba-tiba Jakpro mengaku sudah melaksanakan tender untuk pembangunan sirkuit.  "Seketika muncul nama PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama sebagai pemenang tender. Padahal, di web e-procurement Jakpro hanya disebutkan terjadinya gagal tender," tuturnya.

        Lalu, dia juga menyebut ada keanehan terakhir dalam pelaksanaan pembangunan sirkuit. Menurutnya, keanehan itu terkait biaya yang sebelumnya hanya Rp50 miliar untuk pembuatan lintasan sirkuit, tiba-tiba dinaikkan jadi Rp60 miliar.

        Baca Juga: Sering Dituduh Intoleran, Suara Pendeta Weol Menggelegar: Zaman Pak Anies Baswedan Kami Mendapat…

        "Padahal, kontraktor sudah menghemat biaya dengan mengganti bahan lapisan bawah lintasan dari besi menjadi bambu," tutur Sigit.

        Dengan kondisi itu, ia berharap warga Jakarta punya pawang sehandal Rara. Cara itu menurutnya yang dapat menghalau keanehan anggaran pembangunan sirkuit Formula E.

        "Mbak Rara datang, hujan menyingkir. Warga Jakarta butuh pawang anggaran yang begitu datang, tuyul-tuyul anggaran langsung menyingkir," ujarnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: