Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Begini Langkah Nyata PLN dalam Menuju NZE

        Begini Langkah Nyata PLN dalam Menuju NZE Kredit Foto: Djati Waluyo
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menjadi pemain kunci dari transisi energi untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) 2060 PT PLN (Persero) telah menjalankan sejumlah langkah strategis untuk mendukung pengurangan emisi global.

        Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, transisi energi merupakan hal mutlak yang harus dilakukan untuk menghadirkan ruang hidup yang lebih baik bagi generasi mendatang.

        Baca Juga: Gubernur Jatim Keluarkan Kebijakan Soal KBLBB dan Kompor Induksi, Begini Respons PLN

        "Visi kita ke depan bukan hanya menghadirkan listrik yang andal bagi masyarakat, melainkan juga menyalurkan energi hijau yang ramah lingkungan. Kita harus mewariskan kepada generasi mendatang ruang hidup yang sehat dan hijau," ujar Darmawan dalam keterangan tertulis yang diterima, Jumat (25/3/2022).

        Darmawan mengatakan, perseroan telah memetakan seluruh peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pencapaian NZE 2060. Salah satunya adalah pengembangan pembangkit EBT sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030.

        Dalam RUPTL Hijau ini, porsi pembangkit listrik berbasis EBT pada 2030 ditargetkan mencapai 29 gigawatt (GW). Untuk mencapai target tersebut, PLN bakal menambah pembangkit EBT baru hingga 20,9 GW. Khususnya, PLN juga akan men-support industri di Kawasan Industri Hijau melalui pembangkit EBT.

        "Pada 2021, kami sudah membangun pembangkit EBT sebesar 623 megawatt (MW) yang mayoritas adalah pembangkit listrik tenaga air (PLTA)," ujarnya.

        Darmawan melanjutkan, untuk tahun ini PLN akan menambah kapasitas terpasang pembangkit EBT sebesar 228 MW. Ia merinci, akan ada PLTP yang beroperasi sebesar 45 MW. Sementara, PLTA dan PLTM akan bertambah 178 MW dan pembangkit listrik tenaga bioenergi sebesar 5 MW.

        Tak hanya menggencarkan pembangunan pembangkit EBT, PLN juga secara paralel menjalankan skenario mempensiunkan lebih awal (early retirement) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) secara bertahap hingga 2056 mendatang.

        Tahap pertama, hingga 2030, PLN akan mengurangi 5,5 GW PLTU. Pada tahap kedua, PLN akan memensiunkan PLTU subcritical sebesar 10 GW pada 2040. Pada 2050, PLN mengakhiri PLTU subcritical sebesar 18 GW dan supercritical 7 GW. "Tahap terakhir pada tahun 2055, PLTU ultra-supercritical 10 GW dipensiunkan," ungkapnya.

        Lanjutnya, PLN mengganti PLTU dengan pembangkit EBT. Menurutnya, angka ini akan berkontribusi pada pengurangan emisi total sebesar 53 juta ton CO2. Pengurangan emisi karbon tidak bisa menunggu seluruh PLTU pensiun. Maka, PLN dalam operasional PLTU juga menerapkan teknologi ramah lingkungan. PLN, misalnya, menggunakan teknologi ultra-supercritical dan co-firing pada PLTU yang saat ini masih beroperasi.

        Program co-firing ini merupakan upaya percepatan pencapaian target bauran energi EBT 23 persen tanpa harus membangun pembangkit baru dengan melakukan substitusi sebagian kebutuhan batu bara dengan biomassa di 52 PLTU.

        Program co-firing juga menjadi salah satu langkah awal untuk pengurangan emisi. Hingga Februari 2022, program co-firing telah diterapkan di 28 PLTU dengan total energi hijau yang dihasilkan mencapai 96.061 MWh.

        "Kami juga menjalankan program dedieselisasi melalui konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) di daerah remote dengan pembangkit listrik berbasis EBT melalui skema hybrid," jelasnya.

        Program lain yang disiapkan PLN untuk mendukung transisi energi, yaitu ekspansi gas, pengembangan teknologi penyimpanan listrik dalam bentuk baterai berukuran besar, hingga teknologi penangkapan karbon dan hidrogen. PLN juga terus meningkatkan efisiensi energi dan menekan susut jaringan.

        "Kami juga gencar mengampanyekan electrifying lifestyle dengan mengajak masyakakat beralih ke peralatan berbasis listrik seperti kompor induksi hingga kendaraan listrik," ujar Darmawan.

        Darmawan menyebutkan, PLN membutuhkan total US$75 miliar untuk melakukan transisi energi ini. PLN membuka peluang kerja sama baik dari sisi investasi, financial fund, maupun sharing teknologi untuk mewujudkan semua rencana tersebut.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: