Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Faisal Basri Jujur-Jujuran: Saya Rasa, Sebentar Lagi Pemerintah Menyerah

        Faisal Basri Jujur-Jujuran: Saya Rasa, Sebentar Lagi Pemerintah Menyerah Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ekonom Senior Faisal Basri menilai pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) tidak komperhensif dalam mengendalikan laju inflasi.

        Menurut Faisal, keberhasilan Jokowi menekan inflasi tidak seindah yang dibayangkan, bahkan hanya semu belaka.

        Baca Juga: Nahloh, Rocky Gerung Curiga Bahwa Jokowi Diam-Diam Ingin 3 Periode karena...

        Pasalnya, lonjakan harga-harga yang belakangan ini naik membuat beban rakyat semakin bertambah.

        “Saya ingat legacy Jokowi pertama kali dalam sejarah ialah menghadiahi rakyat Indonesia dengan inflasi yang rendah secara konsisten,” ujar Faisal Basri dalam webinar bertajuk “Harga Kian Mahal, Recorvery Terganggu, Jumat (8/4).

        Namun, Faisal memberikan kritik terhadap pemerintahan Jokowi.

        Terlepas dari caranya mengendalikam inflasi, Ekonom dari Universitas Indonesia itu menilai pemerintahan Jokowi bukan memperbaiki pasokan dan logistik melainkan melakukan metode injak kaki.

        Menurut dia, obsesi Jokowi mengendalikan inflasi dengan hasil cepat malah mengakibatkan subsidi menggelembung.

        “Saya rasa, sebentar lagi pemerintah akan menyerah karena subsidinya luar biasa,” ungkap Faisal.

        Kemudian, lanjut Faisal, konsumsi pangan yang masih tinggi menandakan sebagian besar rakyat Indonesia pendapatannya masih rendah.

        Artinya, jika harga pangan bergejolak akan sangat berpengaruh kepada rakyat miskin akan sangat besar dan Ini menimbulkan gejolak sosial.

        Baca Juga: Bakal Ada Gerakan Mahasiswa Pada 11 April, Eh Helmi Felis Yakin Jokowi Akan Mundur

        Selajutnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 20 sekitar 20 persen masyarakat yang pengeluaran untuk pengeluaran makanannya 64 persen.

        Namun, jika 20 persen masyarakat terkaya pengeluaran makanan hanya 3 9,2 persen dan menyebabkan pertumbuhan angka kemiskinan akan double digit lagi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Adrial Akbar

        Bagikan Artikel: