Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Jokowi 3 Periode Jangan Sampai Terjadi, Faisal Basri: Nanti yang Bagus-Bagus Bisa Jadi Jelek

        Jokowi 3 Periode Jangan Sampai Terjadi, Faisal Basri: Nanti yang Bagus-Bagus Bisa Jadi Jelek Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ekonom Senior Faisal Basri menilai wacana perpanjangan jabatan tiga periode akan menjadi warisan buruk bagi kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

        Faisal mengatakan jika Pemerintahan Jokowi berlanjut tiga periode, warisan ekonomi yang dicapainya akan hilang, seperti kehilangan tingkat inflasi yang rendah seiring kenaikan harga pangan. Untuk diketahui, selama Jokowi menjabat presiden, tingkat Indonesia stabil setiap tahun.

        Baca Juga: Takut Presiden Jokowi dan Mahasiswa Jadi 'Korban Klaim', Ini yang Disarankan Adian PDIP

        Lebih lanjut, Jokowi akan kehilangan tingkat kemiskinan satu digit karena bertambahnya masyarakat miskin yang tidak mampu membeli harga pangan tinggi. Padahal, Jokowi ingin memangkas kemiskinan ekstrem. Ekonom dari Universitas Indonesia itu berharap Pemerintahan Jokowi tidak sampai tiga periode.

        "Nanti yang bagus-bagus bisa jadi jelek dan akhirnya tidak menyisakan apa-apa, kecuali kerusakan lingkungan dan utang yang menumpuk. Kami sayang sama Pak Jokowi cukup sampai 2024," ujar Faisal, Jumat (8/4).

        Faisal menilai kenaikan harga pada sejumlah komoditas pangan dan energi belakangan ini disebabkan kondisi pemerintah yang tidak pandai mengelola sehingga terjadi kesemrawutan. Selanjutnya, Faisal mengkritisi urusan pangan yang masih impor.

        Menurut dia, pemerintah melakukan open ekonomi. Namun, menciptakan dua harga sehingga terjadilah kenaikan harga dan kelangkaan. "Sebetulnya, salah pemerintah sendiri yang melayani oligarki," kata Faisal.

        Misalnya, lanjut Faisal, ulah kebijakan dua harga seperti elpiji tiga dan LPG 12 kilogram disparitasnya tinggi. Kemudian, BBM Pertalite dengan Pertamax yang perbedaannya mencapai Rp6.000 lebih.

        "Tidak ada satu negara pun mampu melawan tren global kenaikan harga. Namun, setiap negara mencoba untuk meredam semaksimal mungkin yang dia bisa," tutup Faisal.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: