Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menkeu: Kemungkinan Aktivitas Masyarakat dan Ekonomi Indonesia Kembali Terakselerasi

        Menkeu: Kemungkinan Aktivitas Masyarakat dan Ekonomi Indonesia Kembali Terakselerasi Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa saat ini Indonesia dalam menjaga penurunan kasus harian Covid-19 terbilang cukup baik. Hal itu memberikan kemungkinan aktivitas masyarakat dan ekonomi Indonesia akan kembali terakselerasi.

        "Ini kondisi yang sangat baik ini perlu kita jaga bersama, sehingga kita bisa tetap menjaga kesehatan masyarakat dan di sisi lain kita juga bisa memulihkan aktivitas ekonomi masyarakat," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa Edisi April 2022, pada Rabu (20/4/2022).

        Baca Juga: Pertemuan Bilateral Sri Mulyani dengan Menkeu Afrika Selatan

        Sri Mulyani juga mengatakan, IMF dalam hal ini menyampaikan kondisi ekonomi global menghadapi tekanan baru yang sangat tidak mudah, yaitu terjadinya perang di Ukraina dan tensi geopolitik yang semakin meningkat. Hal ini menimbulkan suatu tekanan resiko yang makin besar terhadap pertumbuhan ekonomi dunia. 

        "Perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia ini terlihat cukup tajam, kalo kita lihat dari proyeksi pertumbuhan ekonomi yang disampaikan IMF pada hari ini, yaitu pertumbuhan direvisi dari 4,4 ke 3,6. Ini berarti revisi kedua, karena tadinya sebelum ke 4,4 telah terjadi revisi pada bulan Oktober ke awal Januari lalu," papar Sri Mulyani.

        Hal itu menggambarkan bahwa momentum pemulihan ekonomi global sedang mengalami tekanan yang sangat berat, akibatnya di satu sisi adalah kondisi perekonomian dipengaruhi eskalasi perang yang menimbulkan spill-over dari sisi harga-harga Komoditas, kemudian kenaikan komoditas ini menimbulkan tekanan inflasi yang oleh IMF juga dilakukan revisi ke atas proyeksi inflasi negara-negara maju naik dari 3,9 ke 5,7. Dan untuk negara-negara berkembang inflasinya juga melonjak dari 5,9 ke 8,7.

        Baca Juga: Sri Mulyani Pimpin Delegasi Indonesia Hadiri IMF-WBG Spring Meetings

        "Jadi ini yang dalam pertemuan kita dengan negara-negara emerging dengan IMF disampaikan yang seharusnya naik malah turun, yaitu pertumbuhan ekonomi yang seharusnya diharapkan naik malah mengalami tekanan dan turun. Dan yang seharusnya turun malah naik, yaitu inflasi yang diharapkan menurun malah meningkat. Ini kondisi terjadi di hampir semua negara yang tadi kita bicarakan dengan beberapa negara emerging yang ada di dalam G20," ujarnya.

        Kenaikan harga komoditas diakibatkan dari terjadinya yang pertama, supply distruption, akibat dari pemulihan ekonomi yang tidak merata. Sementara itu, saat ini ditambah dengan adanya konflik atau perang yang terjadi di Ukraina, telah mendorong harga-harga Komoditas meningkat secara sangat ekstrim.

        Dari komoditas yang sifatnya berhubungan dengan sumber daya alam mineral seperti nikel, dan sampai kepada sumber energi yaitu natural gas, pulse, serta minyak bumi.

        "Kita juga melihat dari sisi makanan juga meningkat, seperti CPO, gandum, dan jagung. Kenaikannya itu ekstrim dan cepat, ini yang menimbulkan suatu syok hampir di semua negara, mereka dihadapkan pada kondisi tekanan kenaikan-kenaikan harga energi dan kenaikan harga-harga pangan. Yang kemudian menyebabkan APBN mereka juga harus merespon, terutama apabila mereka membuat subsidi maka subsidi mereka akan melonjak sangat tinggi," kata Menkeu Sri Mulyani.

        Dengan inflasi yang meningkat karena harga-harga komoditas, baik energi dan pangan yang meningkat, maka negara-negara G20 juga melakukan kenaikan suku bunga dan pengetatan moneter, dalam bentuk kenaikan suku bunga maupun dalam hal ini likuiditasnya ditingkatkan.

        Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani Beri Kabar Buruk Soal Pencairan THR bagi PNS, Wajib Simak!!

        Tren kenaikan harga global ini juga disebabkan karena adanya masalah cuaca, seperti yang terutama pada bahan pangan. 

        Dan kenaikan inflasi tentu harus terus diwaspadai, termasuk di Indonesia meskipun saat ini masih di level 2,6. Inflasi bulan Maret kita saat ini sudah mencapai level tertinggi sejak bulan April tahun 2020. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan harga-harga global dan faktor cuaca.

        Pemerintah melakukan berbagai upaya meskipun inflasi di Indonesia relatif dalam situasi yang cukup rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain. 

        Baca Juga: Terungkap Alasan India Ingin Lebih Banyak Kerja Sama Ekonomi dengan Indonesia

        "Namun ini juga karena kita melakukan kewaspadaan dari sisi menjaga inflasi, dan adanya langkah-langkah seperti operasi pasar dan pengawasan distribusi, sampai dengan ketersediaan pasok. Terutama menjelang idul Fitri," ujar Sri Mulyani.

        Sri Mulyani menekankan, pemerintah yang dalam hal ini Kementerian Keuangan juga akan terus bersama-sama di antara pemerintah dengan institusi moneter (Bank Indonesia) akan melakukan langkah-langkah untuk menjaga inflasi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Martyasari Rizky
        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: