Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sri Mulyani: Neraca Dagang Indonesia Surplus Berturut-turut

        Sri Mulyani: Neraca Dagang Indonesia Surplus Berturut-turut Kredit Foto: Antara/Galih Pradipta
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, neraca perdagangan Indonesia terjadi surplus secara berturut-turut dan sudah berjalan selama ini, dan hal tersebut menimbulkan kekuatan dari sisi eksternal.

        "Harga komoditas memang memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap neraca perdagangan kita, tapi kita juga melihat adanya geliat Kebijakan atau kegiatan ekonomi di sektor produksi yang juga mengalami kenaikan. Dan ini terlihat dari impor bahan-bahan baku dan barang modal," ungkap Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa Edisi April 2022, pada Rabu (20/4/2022).

        Baca Juga: Sri Mulyani Pimpin Delegasi Indonesia Hadiri IMF-WBG Spring Meetings

        Sri Mulyani juga mengatakan bahwa neraca pembayaran Indonesia kini sudah kembali menguat, tren surplus ini sudah terus berlangsung sejak bulan Mei 2022, dan hal ini menimbulkan resiliensi dari sisi eksternal Indonesia. 

        Lebih lanjut, Sri Mulyani juga mengungkapkan, momentum pemulihan ekonomi Indonesia masih terus berjalan dengan baik, dan ini akan terus terjaga seiring dengan kegiatan ekonomi masyarakat yang makin meningkat. Terutama menjelang Idul Fitri di mana mobilitas akan meningkat. 

        "Mobilitas masyarakat sangat tinggi atau meningkat secara konsisten pada kuartal I tahun 2022 ini, dan juga disertai kegiatan konsumsi. Retail sales index kita tetap tinggi pada level di atas 14% (14,5%)," papar Sri Mulyani.

        Baca Juga: Pertemuan Bilateral Sri Mulyani dengan Menkeu Afrika Selatan

        Spending index yang diukur oleh bank mandiri juga menunjukkan suatu kenaikan atau dalam hal ini, mengalami perbaikan semenjak Indonesia sempat alami sedikit tekanan saat omicron naik.

        "PMI kita juga masih pada zona ekspansi di 51,3. Dan kalo kita lihat konsumsi listrik yang menggambarkan aktivitas bisnis baik industri dan bisnis mengalami kenaikan, atau pertumbuhan double digit pada tingkat 15,7 untuk konsumsi listrik industri, dan untuk bisnis adalah di 12,2," ungkapnya.

        Sementara itu, untuk penjualan mobil Menkeu melihat, dikarenakan sebelumnya sudah sangat tinggi karena adanya insentif, sekarang tetap tumbuh secara baik di 14,2. Dan level penjualannya juga mencapai pada rekor tertinggi yaitu 23.487.

        Berbagai indikator ini menggambarkan bahwa aktivitas ekonomi Indonesia masih terus menunjukkan pemulihan yang cukup kuat. Yang pertama, konsumsi menunjukkan adanya suatu pertumbuhan yang robas. Investasi juga menguat. Ekspor juga disumbang dengan komoditas yang tinggi. Serta impor bahan-bahan baku. Hal ini menggambarkan bahwa seluruh komponen agregat demand di dalam perekonomian Indonesia mengalami penguatan.

        Baca Juga: Menkeu: Kemungkinan Aktivitas Masyarakat dan Ekonomi Indonesia Kembali Terakselerasi

        Oleh karena itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 masih dianggap cukup tinggi. IMF memberikan angka di 5,4% pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baru saja dikeluarkan bulan April ini oleh IMF. Ini sedikit menurun yang tadinya di angka 5,6% atau 5,8%.

        World Bank juga masih memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh di 5,1%. Bloomberg dalam consensus forecastnya menunjukkan Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi 5,2%. Sementara itu, di kementerian Keuangan memproyeksikan pertumbuha ekonomi Indonesia masih dalam kisaran antara 4,8% hingga 5,5% untuk pertumbuhan ekonomi tahun 2022.

        Baca Juga: Menkeu Rusia bakal Pimpin Delegasi Moskow pada Pertemuan G20

        Oleh karena itu, pemerintah melalui Kemenkeu akan terus melihat komponen sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kebijakan apa untuk bisa tetap menjaga momentum pemulihan ekonomi terutama dari sisi sumber pertumbuhannya. Baik itu konsumsi, investasi, maupun dari sisi eksternal yaitu ekspor dan impor. 

        "APBN menjadi instrumen yang sangat penting untuk melakukan dan menjaga momentum pemulihan ini, namun di sisi lain juga harus merespon terhadap resiko baru yang muncul," imbuhnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Martyasari Rizky
        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: