Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Indonesia Didesak Undang Ukraina ke Bali untuk KTT G20 dengan Putin

        Indonesia Didesak Undang Ukraina ke Bali untuk KTT G20 dengan Putin Kredit Foto: Reuters/Ukrainian Presidential Press Office
        Warta Ekonomi, Singapura -

        Indonesia didesak dari dalam untuk mengundang Ukraina ke G20 tahun ini di Bali untuk menenangkan negara-negara Barat yang menuntut dikeluarkannya Vladimir Putin dari KTT atas invasi Rusia ke tetangganya.

        Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Perdana Menteri Scott Morrison telah memimpin oposisi terhadap kehadiran Putin pada pertemuan para pemimpin dunia di pulau liburan Indonesia pada bulan November. Di Washington pada Rabu (20/4/2022), pejabat AS, Inggris dan Kanada melakukan aksi mogok pada pertemuan menteri keuangan G20 untuk memprotes kehadiran delegasi Rusia.

        Baca Juga: Cari Solusi Bersama, Indonesia Dipastikan Tetap Mengundang Rusia dalam Pertemuan G20

        Indonesia, yang memegang kursi kepresidenan G20 tahun ini, telah menolak seruan untuk merobek undangan Rusia ke Bali, bersikeras bahwa kerja sama semua negara anggota diperlukan untuk mengatasi masalah ekonomi global termasuk yang timbul dari perang Putin.

        Namun mantan menteri luar negeri Indonesia Marty Natalegawa percaya KTT harus digunakan sebagai arena untuk mendorong perdamaian di Eropa timur dan Ukraina, yang bukan anggota G20, juga harus diundang.

        “Sebagai ketua G20, adalah kewajiban bagi Indonesia untuk secara persuasif membuat alasan mengapa KTT mendatang di Bali memberikan kesempatan berharga untuk menempatkan diplomasi di garis depan dalam mengakhiri konflik di Ukraina dan untuk mengatasi dampak ekonominya,” kata Natalegawa, yang merupakan menteri luar negeri pada masa kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono.

        “Pada dasarnya, oleh karena itu, semua anggota G20 [harus setuju] untuk hadir dan menjadi bagian dari solusi. Namun, untuk meningkatkan kemungkinan kemajuan dan pada prinsipnya, upaya semacam itu memerlukan penyertaan Ukraina dalam pembicaraan.

        “Untuk alasan itu, menurut saya, sudah benar Ukraina diundang. Namun, ada juga alasan yang sesuai bagi semua pemimpin G20 untuk hadir dalam menjalankan kepemimpinan dalam mengakhiri konflik.”

        Biden juga telah menjelaskan bahwa dia ingin Ukraina diwakili di Bali tetapi juru bicara kementerian luar negeri Teuku Faizasyah mengatakan keputusan tidak akan dibuat sampai konsultasi diselesaikan dengan anggota lain.

        Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi pekan ini berada di Eropa untuk menjajaki rekan-rekan G20 tentang keterlibatan Rusia dan Ukraina.

        Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, mengatakan tidak ada gunanya mengundang Ukraina ke KTT.

        "Untuk apa? Apakah itu akan membantu menyelesaikan ekonomi dan krisis?” katanya seperti dikutip oleh surat kabar Tempo Indonesia. “Apakah ada nilai tambah jika [kita] membahas isu-isu yang tidak terkait dengan agenda G20?”

        Baca Juga: Isu Negara-negara Barat Walk-Out Menguat saat Rusia Dipastikan Ikut G20 Indonesia

        Siaran pers yang dikeluarkan oleh Indonesia pada hari Kamis setelah pertemuan para menteri keuangan G20 di Washington DC mengatakan Jakarta memiliki “kewajiban untuk mengundang semua anggota G20 untuk menghadiri pertemuan dan melakukan diskusi yang efektif dan mencari solusi”.

        Bendahara Josh Frydenberg tidak hadir karena pemerintahan Morrison dalam mode sementara sebelum pemilihan bulan depan tetapi delegasi negara-negara Barat lainnya menggunakan kesempatan itu untuk mengecam perang Rusia.

        Menteri Keuangan AS Janet Yellen, Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak dan Menteri Keuangan Kanada Chrystia Freeland berjalan keluar saat delegasi Rusia berpidato di forum tersebut.

        "Sekretaris Yellen dengan tegas mengutuk invasi brutal Rusia ke Ukraina dan menekankan tidak akan ada bisnis seperti biasa bagi Rusia dalam ekonomi global," kata Departemen Keuangan AS.

        Sunak, sementara itu, mengatakan di Twitter setelah pertemuan: “Kami bersatu dalam kecaman kami atas perang Rusia melawan Ukraina dan akan mendorong koordinasi internasional yang lebih kuat untuk menghukum Rusia”.

        Namun, AS mengindikasikan tidak akan meninggalkan Indonesia dalam upaya ekonomi G20-nya “termasuk mengatasi dampak negatif invasi Rusia terhadap ekonomi global”.

        Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati, yang memimpin pertemuan itu, mengatakan dia yakin pemogokan itu tidak akan mengikis kerja sama atau pentingnya forum G20.

        “Ini situasi yang luar biasa,” kata Indrawati. “Ini bukan bisnis seperti biasanya, sangat dinamis dan menantang. Agar kita bisa pulih bersama... kita butuh kerja sama yang lebih dan lebih kuat lagi. G20 masih ... forum utama bagi kita semua untuk dapat berdiskusi dan berbicara tentang semua masalah.”

        Kementerian keuangan Rusia tidak menyebutkan pemogokan itu dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan tersebut. Ia meminta G20 untuk tidak mempolitisasi dialog antar anggota dan menekankan pengelompokan itu selalu fokus pada ekonomi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: