Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cari Solusi Bersama, Indonesia Dipastikan Tetap Mengundang Rusia dalam Pertemuan G20

Cari Solusi Bersama, Indonesia Dipastikan Tetap Mengundang Rusia dalam Pertemuan G20 Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Warta Ekonomi, Washington -

Hari ini, Rabu (20/4/2022), di Washington DC, Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara G20 telah selesai melaksanakan pertemuan yang kedua. Atas undangan Kepresidenan Indonesia, Menteri Keuangan Ukraina menghadiri pertemuan ini bersama dengan negara undangan lainnya, serta organisasi internasional dan regional.

Terkait perang di Ukraina, anggota G20 menyatakan keprihatinan mendalam tentang krisis kemanusiaan dan dampak ekonomi yang dihasilkan. Di samping itu, anggota G20 berbagi pandangan bahwa perang dan tindakan yang menyertainya telah dan akan semakin menghambat proses pemulihan global, di mana negara-negara berpenghasilan rendah dan rentan akan paling terpengaruh karena masih menghadapi tantangan lain yang belum selesai seperti akses vaksin yang terbatas, ruang fiskal yang sempit, dan kerentanan utang yang tinggi. Dampaknya negara-negara di seluruh dunia harus turut membayar biaya tinggi dari perang ini.

Dalam sesi konferensi pers, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, anggota G20 menekankan peran krusial G20 sebagai forum kerja sama ekonomi internasional, untuk mengatasi tantangan ekonomi dunia yang kompleks. Baca Juga: Isu Negara-negara Barat Walk-Out Menguat saat Rusia Dipastikan Ikut G20 Indonesia

"Maka dari itu, para anggota juga mendukung langkah penyesuaian terhadap agenda yang tengah berjalan guna menanggulangi dampak ekonomi dari perang, sambil tetap menjaga komitmen untuk mencari solusi bagi tantangan global yang telah berlangsung lama agar dunia pulih kembali dengan kuat secara berkelanjutan, inklusif, dengan pertumbuhan yang seimbang," ujarnya.

Dia bilang, sebagai pemegang Presidensi G20 saat ini, Indonesia membuka dialog untuk meraih konsensus dalam isu-isu penting yang memengaruhi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

"Untuk mencapainya, Indonesia mengadopsi sejumlah prosedur yang telah disepakati sejak presidensi-presidensi sebelumnya, di antaranya memiliki kewajiban untuk mengundang seluruh anggota G20 ke dalam pertemuan dan mengawal diskusi secara efektif demi mencari solusi yang melibatkan suara semua anggota," pungkasnya. 

Dengan demikian, maka dapat dipastikan Indonesia akan tetap mengundang Rusia sebagai salah satu anggota G20 dalam pertemuan puncak di Bali nanti.

Indonesia, kata Sri Mulyani, telah menerima dukungan penuh dari anggota untuk bekerja sama mengatasi tantangan global, sembari tetap mengusung agenda utama Presidensi Indonesia, Recover Together, Recover Stronger.

"Dengan semangat multilateralisme, para anggota dapat mencapai konsensus di pertemuan kedua FMCBG hari ini," tambahnya.

Menanggapi kondisi ekonomi global terkini, anggota G20 menyampaikan kekhawatiran tentang tekanan inflasi yang lebih luas dan persisten. Kondisi ini akan menyebabkan beberapa bank sentral menaikkan kebijakan suku bunga mereka yang pada gilirannya akan mengakibatkan pengetatan likuiditas global yang lebih cepat dari perkiraan.

G20 menyatakan pentingnya memenuhi komitmen pada bulan Februari mengenai strategi keluar yang terkalibrasi, terencana, dan dikomunikasikan dengan baik untuk mendukung pemulihan dan mengurangi potensi limpahan (spillover). Baca Juga: Anggota G20 Kutuk Konflik Rusia-Ukraina, dan Sepakat Menyerukan Perang Harus Segera Dihentikan

"Peran G20  semakin penting dengan membawa kebijakan ke dalam ranah dunia. Setiap negara tidak lagi hanya berfokus pada dampak kebijakan secara domestik di negaranya, namun lebih luas terhadap proses pemulihan di negara lainnya," tegas Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo.

Dengan demikian, lanjut Dia, proses normalisasi kebijakan yang dilakukan secara well callibrated, well planned, dan well commmunicated oleh bank sentral menjadi semakin terfasilitasi terutama di kondisi saat ini.

Anggota G20 juga menyatakan bahwa konflik geopolitik telah membuat pertumbuhan dan pemulihan global jauh lebih kompleks. Hal ini berpotensi melemahkan upaya dalam mengatasi tantangan ekonomi global yang sudah ada sebelumnya, termasuk kesehatan, kesiapsiagaan dan respons pandemi, utang yang tinggi di negara-negara rentan, serta mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Perang juga mengakibatkan krisis kemanusiaan dan meningkatkan harga komoditas seperti energi dan pangan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: