Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Usai Sarankan Emak-Emak Beralih Makan Rebusan, Kali ini 'Mega Lagi 'Merebus' Istana', Apa Maksudnya?

        Usai Sarankan Emak-Emak Beralih Makan Rebusan, Kali ini 'Mega Lagi 'Merebus' Istana', Apa Maksudnya? Kredit Foto: Instagram/Megawati Soekarno Putri
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengamat politik M Rizal Fadillah menegaskan penetapan tersangka Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Daglu Kemendag) Indrasari Wisnu sebagai tersangka kasus mafia minyak goreng sudah sesuai dugaan publik, bahwa ada permainan korporasi yang berkolusi dengan birokrasi.

        "Rakyat dikorbankan untuk antri dan menjerit serta membeli dengan harga tinggi. Do'a rakyat yang terzalimi didengar dan terbukalah borok-borok pebisnis kriminal. Empat orang dinyatakan tersangka. Moga jadi pembuka pintu untuk melihat  semakin banyak orang yang terlibat," terangnya.

        "Dirjen adalah bagian dari mafia minyak goreng. Kepolisian pernah menyatakan tidak ada mafia, sementara KPK diam seribu bahasa. Jaksa Agung dikenal "dekat" dengan PDIP sementara KPK "dekat" dengan Istana. Setelah Mbak Mega menyarankan emak-emak untuk tidak menggoreng tetapi merebus, rupanya Mbak ini sedang sedikit-sedikit merebus Istana," tegasnya.

        "Minyak goreng memang licin dan potensial membuat banyak orang terpeleset. Empat orang sudah tergelincir. Mafia tentu bukan hanya empat orang. Mustahil segelintir orang itu mampu mengelola kartel," terangnya.

        "Di birokrasi pertanyaan adakah ujung pemain itu Dirjen atau Menteri dan mungkin sampai Presiden? Foto "dekat" Parulian Tumanggor dengan orang Istana Moeldoko dan Luhut Panjaitan beredar viral di media sosial. Kata jubir Luhut Jodi Mahardi, itu hanya "pertemanan"," pungkasnya.

        Ia menilai rakyat berharap Kejagung melakukan bongkar habis mafia minyak goreng.

        Akan tetapi jika kerja Kejaksaan Agung hanya bermain di tataran tekan-tekanan politik semata, maka publik jadi ragu akan kemampuan membongkar habis mafia minyak goreng tersebut. 

        "Meskipun demikian permainan belumlah usai, rakyat masih akan terus melihat. Kemana arah si licinnya minyak goreng ini. Menggelincirkan siapa lagi ? Atau mungkin akan ada kejutan balasan pantun dari ruang Istana? Yang jelas masyarakat masih menikmati harga minyak goreng yang mahal.  Rupanya pengusaha belum puas untuk mengeruk keuntungan besar," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: