Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) bersama DPR menyelenggarakan webinar Literasi Digital dengan mengusung tema “Pemanfaatan Digitalisasi Pertanian untuk Kedaulatan Pangan Pasca Pandemi Covid-19”, Jumat (22/4).
Webinar menghadirkan tiga narasumber yakni Anggota Komisi I DPR Fadli Zon, Dirjen Aplikasi Informatika (Aptika) Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan, Ketua Bidang Pemuda Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) RS Suroyo.
Webinar Literasi Digital ini merupakan inisiasi yang didukung Kementerian Kominfo terhadap Program Literasi Digital yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.
Tujuannya, antara lain mendorong masyarakat agar mengoptimalkan pemanfaatan internet sebagai sarana edukasi dan bisnis, memberdayakan masyarakat agar dapat memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat, memberikan informasi yang lengkap kepada masyarakat terkait pembangunan infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang dilakukan Ditjen Aptika. Baca Juga: Genjot Regenerasi Petani, Kementan Lepas Puluhan Petani Muda Magang ke Jepang
Dalam sesi pemaparan, Fadli Zon menyampaikan, pertanian selalu berkaitan dengan pangan. Pangan selalu berkaitan dengan keamanan pangan dan kedaulatan pangan, yaitu pangan yang aman dan selalu tersedia dari para petani.
“Kaitan literasi digital dengan pertanian yaitu pertanian yang menuju digital dengan cara petani harus beradaptasi dengan digital sehingga para petani dapat memperoleh hasil panen yang sesuai dengan yang diharapkan. Pentingnya teknologi untuk sektor pertanian meningkat sampai 13 persen,” ucapnya, seperti keterangan yang diterima redaksi, Sabtu (23/4).
Politisi Partai Gerindra ini menerangkan, kondisi yang serba digital dapat meningkatkan dalam sistem pemasaran. Penggunaan media digital untuk pertanian seperti trading house, distribusi pupuk, pengajaran untuk membuat pupuk organik agar para petani memiliki akses untuk penggunaan digital. “Jika para petani paham dengan platform digital pertanian, akan lebih cepat dan lebih baik dan mencapai keuntungan,” paparnya.
Selanjutnya, Semuel Abrijani Pangerapan menyampaikan, dampak pandemi dan pesatnya teknologi telah mengubah cara beraktivitas dan bekerja masyarakat. “Kehadiran teknologi sebagai bagian dari kehidupan masyarakat semakin mempertegaskan kita sedang menghadapi era disrupsi teknologi,” ucapnya.
Untuk menghadapi hal tersebut, lanjut Samuel, semua pihak harus mempercepat kerja sama dalam mewujudkan agenda transformasi digital Indonesia. Bersama-sama wujudkan cita-cita bangsa Indonesia dengan menjadikan masyarakat madani berbasis teknologi. “Kemampuan yang kita miliki serta keunggulan yang terus dijaga akan membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang hebat dan besar, serta menjadi unggul dalam segi sumber daya manusia,” terangnya.
Sedangkan RS Suroyo menjelaskan, berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS), petani Indonesia itu semakin tua atau semakin berumur. Ini harus menjadi perhatian semua pihak. Jika kondisi ini dibiarkan, pada 2060, di Indonesia tidak akan ada lagi petani. Kondisi ini akan membuat Indonesia harus melakukan impor pangan besar-besaran.
Dia menerangkan, pemasaran menjadi masalah bagi petani. Mereka banyak mengalami kesulitan pemasaran, sebelum maupun sesudah Covid-19. Hal ini menimbulkan harga komoditas pertanian jatuh dan beralih ke sektor lainnya.
“Pertanian di Indonesia yang subur ini tentunya harus dimanfaatkan. Oleh karena itu, bisnis online sangat memungkinkan untuk meningkatkan penjualan di sektor pertanian yang tentunya dengan memanfaatkan teknologi digital,” ucapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: