Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Apakah Masyarakat Indonesia Memiliki Tingkat Religiusitas Tinggi? Ternyata Oh Ternyata…

        Apakah Masyarakat Indonesia Memiliki Tingkat Religiusitas Tinggi? Ternyata Oh Ternyata… Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dikenal sebagai negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia tentu selalu menarik ketika diadakan pendalaman terkait hal-hal terkait kehidupan bernegara, khususnya politik.

        Di antara kemajemukan yang dengan mudah dijumpai adalah keberagamaan Agama yang dianut oleh masyarakatnya. Lantas seberapa tinggi tingkat religusitas masyarakat Indonesia.

        Hasil survei yang diadakan oleh SAIFUL MUJANI RESEARCH AND CONSULTING (SMRC), menunjukkan bahwa, walaupun tidak begitu tinggi, masyarakat Indonesia secara umum religius dan menempatkan bahwa agama memiliki arti penting dalam hidup mereka.

        “Walaupun tidak begitu tinggi, masyarakat Indonesia secara umum religius dan mengaku bahwa agama itu penting dalam hidup mereka,” ujar Prof. Saiful Mujani, pendiri SMRC, sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis, Senin (25/4/22).

        Baca Juga: GP Ansor Klarifikasi Soal Tsamara Amany “Antek Yaman”, Refly Harun Blak-blakan: Pertanyaannya…

        Kesimpulan ini didapat dari sejumlah kategori penilain atau indikator antara lain intensitas beribadah di rumah ibadah, perasaan ketaaan pada perintah agama, frekuensi untuk mempertimbangkan agama dalam setiap pengambilan keputusan, intensitas menjalankan ritual keagamaan, dan identifikasi diri dalam tiga tipologi keagamaan yang dibuat oleh Clifford Geertz: santri, abangan, dan priyayi.

        Survei nasional yang dilakukan oleh SMRC pada Maret 2022 di antaranya menunjukkan bahwa mayoritas warga mengaku selalu atau cukup sering melakukan ibadah di rumah ibadah.

        “Mayoritas warga mengaku selalu atau cukup sering melakukan ibadah di rumah ibadah, 62 persen. Yang mengaku jarang 31 persen. Yang mengaku sangat jarang atau tidak pernah hanya sekitar 5 persen,” tambah keterangan tersebut.

        Saat diminta mengenai ketaatan terhadap perintah agama, maka pengakuan subjektif mereka yang menyatakan taat dan sangat taat sangat besar.

        “Yang menyatakan sangat atau cukup taat sebesar 86 persen. Yang mengaku kurang atau tidak taat sama sekali sebesar 12 persen,” tambahnya.

        Mengaitkan dengan tipologi keagamaan Clifford Geertz, khusus untuk warga Muslim, walaupun tidak lebih dari 50 persen, publik paling banyak menempatkan diri sebagai santri, 41 persen.

        Saiful menerangkan bahwa santri adalah tipologi warga Muslim yang taat menjalankan agama. Sementara yang abangan kurang taat, yaitu mereka punya bentuk ritual yang berbeda, berhubungan dengan kepercayaan atau keyakinan leluhur. Namun, lanjut Saiful ketika bertanya pada masyarakat, peneliti tidak memberi penjelasan santri, abangan dan priyayi itu apa. Karena hal itu menyangkut identitas.

        Baca Juga: Keputusan Jokowi Soal Minyak Goreng Ditanggapi Rocky Gerung: Seolah-olah Bilang...

        “Berdasarkan tipologi keagamaan, khusus untuk warga Muslim, walaupun tidak lebih dari 50 persen, publik paling banyak menempatkan diri sebagai santri, 41 persen. Yang mengaku abangan 26 persen. Yang priyayi 2 persen. Dan ada 30 persen yang tidak bisa mengidentifikasi diri,” ujarnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: