Henri Subiakto 'Senggol' Anies Baswedan, Refly Harun Blak-blakan: Kalau Menurut Saya, Hormati Saja…
Pemandangan unik nan ikonik terjadi di sirkuit ajang balapan mobil klistrik dunia, Formula E Jakarta. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi lokasi tersebut ditemani Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Foto momen saat mereka bercengkrama meninjau lokasi sirkuit pun bertebaran dan memicu reaksi publik khususnya di media sosial.
Profesor Henri Subiakto pun ikut mengomentari hal ini. Henri menuding bahwa Anies sangat ingin berkuasa dan menerima dukungan dari pihak yang dia sebut sebagai penungggang agama.
“Anis dulu mmg pendukung Jokowi. Anis itu aslinya nasionalis yg menghormati tenun kebangsaan. Tp krn ingin berkuasa, diapun menerima saat didukung & digandeng para penunggang agama. Anispun jd identik & sulit dilepaskan dr kelompok mrk. Bhkn jd simbol perjuangan politik agama,” cuit Henri di akun Twitter pribadinya, dikutip Rabu (27/4/22).
Cuitan yang terlanjur viral tersebut ditanggapi oleh sejumlah warganet bahkan beberapa mengarah pada penghinaan sosok Henri sendiri.
Mengenai hal hujatan yang mengarah ke Henri Subiakto akibat menyenggol Anies Baswedan ini, Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun ikut berkomentar.
Menurut Refly, cuitan Henri yang dianggap senggolan ke Anies Baswedan harus dihormati.
“Kalau saya sendiri, kita hormati saja. Namanya pendapat ya tidak mengapa,” jelas Refly dikutip dari video di akun YouTube miliknya, Rabu (27/4/22).
Baca Juga: Jokowi “Mesra” dengan Anies Baswedan, Pembahasan Refly Harun Tajam: “Tidak Ada Makan Siang Gratis!”
Refly pun menegaskan bahwa pihak-pihak yang membalas cuitan Henri atau bahasa lainnya “menyerang balik” cuitan tersebut juga tidak bisa dilarang.
Hanya saja Refly pribadi tidak sepakat apabila sebuah pendapat atau sanggahan justru mengarah pada penghinaan.
“Saya terus terang saja, agak merasa tidak suka kalau orang dihina, karena rasanya kurang bagus kalau orang jemudian menghina seperti itu,” ujar Refly.
Sebagai alternatif, Refly menekankan pada hal yang subtantif dari sebuah perbincangan.
Dalam kasus Anies Baswedan, Refly memberi contoh pertanyaan mengenai program kerja atau langkah Anies mana yang dinilai terlalu diskriminatif.
Baca Juga: GP Ansor Klarifikasi Soal Tsamara Amany “Antek Yaman”, Refly Harun Blak-blakan: Pertanyaannya…
“Kalau memang kita tidak setuju kita bisa katakan ‘coba sebutkan apa kebijakan anies yang dianggap diskriminatif’,” lanjut Refly.
Hal ini jauh lebih baik agar setiap perbincangan yang ada tidak lagi selalu ditarik pada peristiwa pilpres, pileg, dsj yang memang menjadi rahasia umum akan menggunakan berbagai cara untuk membuat lawan politiknya terkesan lebih rendah.
“Karena kalau sudah di election itu, semua potensi pasti dikerahkan, itu sudah rahasia umum semuanya juga begitu,” tegas Refly.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait: