Kurang dari Setengah Populasi Malaysia Peduli dengan Perang di Ukraina, Sisanya Bilang Masa Bodoh
Hanya 49 persen orang Malaysia yang memperhatikan dengan seksama konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia, menurut survei terbaru yang dilakukan oleh analis pasar Ipsos Malaysia.
Studi yang sama menemukan bahwa mayoritas warga Malaysia masih lebih fokus pada bagaimana menghadapi kesulitan ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 setelah dua tahun, dan percaya uang akan lebih baik dihabiskan untuk upaya pemulihan domestik daripada membantu perang yang dilansa Ukraina.
Baca Juga: Situasi Baru di Malaysia Bisa Jadi Membawa Perubahan, Indonesia bakal Ikuti Jejaknya?
Ipsos merilis temuan penelitiannya yang bertajuk "The War in Ukraine", yang menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Malaysia merasa bahwa perang antara dua negara Barat di Eropa seharusnya tidak menjadi perhatian bagi ekonomi terbesar ketiga di Asia Tenggara itu dan harus dihindari.
“Terlepas dari implikasi global, kedekatan dengan perang akan berdampak pada seberapa banyak perhatian yang diberikan, dan di Malaysia, minoritas mengatakan mereka mengikuti cerita tentang perang dengan cermat," Lars Erik Lie, associate director urusan publik Ipsos Malaysia, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang menyertai temuan surveinya, dikutip MalayMail.
“Ini secara signifikan lebih rendah daripada negara-negara lain yang disurvei, termasuk negara-negara besar Asia seperti Jepang, India dan Korea Selatan,” imbuhnya.
Menurut survei Ipsos, rata-rata global orang yang memperhatikan perang terbaru di Eropa mencapai 79 persen.
Di Asia, Ipsos menemukan bahwa Jepang memberikan perhatian paling besar pada perang di Ukraina sebesar 89 persen, diikuti oleh India pada 76 persen dan Korea Selatan pada 66 persen.
Warga Malaysia yang disurvei mengatakan kesulitan ekonomi negara yang disebabkan oleh pandemi harus menjadi prioritas, dan bahwa dukungan keuangan harus disalurkan untuk pemulihan ini alih-alih memberikan bantuan keuangan ke Ukraina.
“Sentimen yang ada adalah bahwa konflik bukan urusan Malaysia, dan Malaysia harus menghindari terlibat, kata kepala lembaga itu.
"Ini juga meluas ke dukungan keuangan --dengan ekonomi yang masih belum pulih dari krisis Covid, sebagian besar orang Malaysia merasa bahwa dukungan keuangan ke Ukraina tidak boleh menjadi prioritas," ujar Lie menambahkan.
Menurut survei tersebut, 81 persen warga Malaysia yang disurvei mengatakan bahwa Malaysia harus menghindari keterlibatan militer dalam perang Ukraina.
80 persen lainnya mengatakan bahwa Malaysia tidak mampu memberikan dukungan keuangan ke Ukraina mengingat situasi ekonomi domestik saat ini.
Baca Juga: Malaysia bakal Naikkan Upah Minimum Mulai Bulan Depan, Bisnis-bisnis Berkomentar
Ipsos mengatakan 59 persen responden Malaysia merasa bahwa perang di Ukraina bukan urusan Malaysia, sementara jumlah responden yang sama setuju bahwa cara terbaik negara dapat membantu adalah dengan menerima warga Ukraina yang melarikan diri dari negara mereka sebagai pengungsi.
Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari. Perang di sana telah menyebabkan ribuan orang Ukraina tewas atau terluka, membuat kota-kota kecil menjadi puing-puing, dan memaksa lebih dari lima juta orang mengungsi ke luar negeri.
Moskow menyebut tindakannya sebagai "operasi khusus" untuk melucuti senjata Ukraina dan melindunginya dari fasis.
Ukraina dan negara-negara Barat lainnya menuduh Rusia menggunakan alasan untuk memperluas wilayahnya, memicu kekhawatiran konflik yang lebih luas di Eropa yang dapat meningkat menjadi perang yang lebih besar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: