Hadapi Masalah Ekonomi dan Politik Global, Jokowi: Pemerintah Harus Memiliki Sense of Crisis!
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan pemerintah harus memiliki sense of crisis dalam menghadapi situasi ekonomi serta politik global yang tidak menentu saat ini. Untuk itu diperlukan langkah antisipasi yang tepat dan tingkat kewaspadaan yang tinggi jika krisis tersebut berlanjut sampai tahun depan.
Dalam hal ini, Jokowi berpesan kepada pemerintahannya untuk tidak menjalani rules bisnis seperti biasanya, yaitu business as usual.
Baca Juga: Sebut Jokowi Bakal Buka Formula E, Ahmad Sahroni: Sebenarnya Event Ini Punya Pak Presiden
"Kita harus betul-betul siap kalau krisis ini berlanjut sampai tahun depan. Hati-hati semuanya, semuanya kita harus punya sense of crisis. Jangan seperti biasanya, jangan business as usual. Hati-hati, sense of crisis harus ada di kita semuanya sehingga kita harus ada perencanaan yang baik, harus ada skenario yang pas dalam menghadapi situasi yang tidak pasti ini," tegas Jokowi dalam live streaming Youtube Sekretariat Presiden: Peresmian Pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional, Istana Negara, pada Kamis (28/4/2022).
Jokowi menyatakan, selain permasalahan ekonomi dan politik global yang harus di hadapi di tahun ini dan tahun depan, permasalahan pandemi Covid-19 juga masih banyak terjadi di beberapa negara. Selain itu permasalahan gangguan supply chain yang sangat berdampak.
Serta permasalahan lainnya seperti perang antara Rusia dan Ukrania yang menimbulkan krisis energi dan pangan. Sehingga menyebabkan inflasi global yang meningkat tajam dan pertumbuhan ekonomi global juga mengalami perlambatan.
Baca Juga: Pepet Anies Baswedan, Popularitas Ahok Kalahkan AHY hingga Ganjar Pranowo!
"Tahun ini dan tahun depan kita akan menghadapi situasi yang tidak mudah, situasi yang tidak gampang, situasi ekonomi dan situasi politik global yang mengalami gejolak yang penuh dengan ketidakpastian. Pandemi belum sepenuhnya berakhir, beberapa negara masih bergulat menekan penyebaran Covid-19 bahkan masih melakukan lock down, kemudian terjadi gangguan supply chain yang dampaknya ke mana-mana. Belum lagi dunia yang dihantam perang antara rusia dan ukraina yang memunculkan krisis energi dan krisis pangan. Dan akhirnya inflasi global meningkat tajam dan pertumbuhan ekonomi global juga akan mengalami perlambatan," paparnya.
Presiden mencontohkan terkait inflasi yang terjadi, seperti negara Turki yang mengalami inflasi sebesar 61,1%. Selain itu Amerika yang biasanya hanya 1% saat ini menjadi 8,5%.
"Inflasi saat ini kalau kita lihat misalnya yang paling tinggi di turki sudah melompat ke angka 61,1%. Amerika yang biasanya 1% sekarang sudah 8,5%," ujar Presiden.
Baca Juga: Kelakuan Netizen Singgung Agama hingga Garis Keturunan Jokowi Bikin Gus Nadir Murka: Duh Gusti!
Namun di tengah paparannya, Presiden Jokowi juga bersyukur akan inflasi Indonesia yang masih berada di angka 2,6%.
"Negara kita alhamdulillah terakhir masih berada di angka 2,6%. Ini yang harus kita bersama-sama harus kita perbaiki dan kita pertahankan," kata Jokowi.
Presiden menegaskan, di tengah situasi dunia yang tengah bergejolak pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami tren positif. Hal ini seperti surplus perdagangan juga positif, pada bulan februari di angka Rp3,82 miliar. Sedangkan di bulan maret di angka Rp4,5 miliar hal ini menunjukkan surplusnya sangat baik.
Sedangkan untuk pertumbuhan kredit di februari juga 6,33 naik dari januari 5,79. hal ini juga menunjukkan tren baik.
Baca Juga: Mantan Anak Buah Terawan Dirikan PDSI, Mau Saingi IDI?
"Pertumbuhan kredit di februari juga 6,33 naik dari januari 5,79 ini juga menunjukkan tren baik. PIM purchasing index manufacture di bulan maret juga membaik di angka 51,3 dari februari 51,2. Indeks penjualan riil juga sudah di atas normal, maret kemarin di angka 14,5 persen, dan indeks keyakinan konsumen juga sudah berada di atas normal, Saya kira angka2 seperti ini harus kita jaga, momentum tren positif pertumbuhan ekonomi harus kita jaga," tegas Jokowi
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: