Sepanjang Kuartal I 2022, Maybank Indonesia Bukukan Laba Rp562 Miliar
PT Bank Maybank Indonesia, Tbk. (Maybank Indonesia atau Bank) hari ini mengumumkan Laporan Keuangan Konsolidasian yang berakhir 31 Maret 2022 dengan Laba sebelum pajak (PBT) tercatat sebesar Rp562 miliar, naik 12,1% dari Rp501 miliar tahun lalu.
Kinerja tersebut didukung oleh biaya provisi yang rendah, efisiensi biaya bunga dan biaya overhead yang terkendali, serta pertumbuhan pendapatan fee based yang kuat sehubungan dengan transaksi global market dan fee-based income dari Anak Perusahaan.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakariamengatakan, di kuartal pertama tahun ini, kami melihat tren positif terhadap laba Bank, didukung oleh upaya dalam mengelola biaya di seluruh lini bisnis, disertai pertumbuhan fee dan kredit ritel. Baca Juga: Strategi Unit Usaha Syariah Maybank Indonesia Capai Kinerja Positif
"Kami akan melanjutkan strategi dan inisiatif untuk mendukung pertumbuhan kredit dan memperkuat basis nasabah melalui akuisisi, serta fundamental Bank. Melalui serangkaian solusi keuangan maupun layanan perbankan digital kami, diharapkan dapat menjawab kebutuhan nasabah dan masyarakat selaras dengan misi Bank, Humanising Financial Services," ujarnya di Jakarta, Kamis (28/4/2022).
Adapun Net Interest Income(NII) atau Pendapatan Bunga Bersih tetap stabil dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp1,75 triliun di tengah penurunan kredit Bank. Namun demikian Bank dapat meningkatkan Net Interest Margin (NIM), atau Marjin Bunga Bersih sebesar 45 basis poin menjadi 4,8% di kuartal pertama 2022, didukung biaya dana (cost of fund) yang rendah dan pertumbuhan CASA yang kuat.
Fee based income atau Pendapatan Non-Bunga naik 4,9% menjadi Rp475 miliar dari Rp453 miliar tahun lalu, utamanya didukung oleh pendapatan fee transaksi global market yang naik 46,0% menjadi Rp51 miliar dari Rp35 miliar tahun lalu serta fee –based income dari Anak Perusahaan.
Sejak 2020, kata Taswin, Maybank Indonesia mengambil langkah konservatif dalam mencadangkan provisi pada portofolio di seluruh segmen bisnis yang terdampak kondisi ekonomi yang menantang. Pencadangan provisi juga dilakukan Bank pada 2022, khususnya bagi segmen pembiayaan syariah.
"Meskipun demikian, Bank mencatat biaya provisi turun sebesar 22,3% menjadi Rp212 miliar oleh karena upaya aktif Bank dalam menjalankan program restrukturisasi kredit, dan terus mendampingi debitur yang masih menghadapi tantangan untuk menjaga kualitas asetnya," pungkasnya.
Lebih lanjut, Bank mencatat rasio Non-Performing Loan (NPL) (Konsolidasian) menjadi 3,9% (gross) dan 2,8% (net) pada Maret 2022, didukung penurunan saldo NPL menjadi 6,8%. Bank mampu mengendalikan biaya overhead yang tercatat sebesar Rp1,44 triliun.
Posisi likuiditas Bank tetap kuat dengan rasio Kredit terhadap Simpanan/Loan to Deposit Ratio(LDR Bank saja) berada di posisi yang sehat, pada level 82,0%. Sementara, Rasio Kewajiban Pemenuhan Kecukupan Likuiditas/Liquidity Coverage Ratio (LCR Bank saja), tercatat 190,4% pada Maret 2022, berada di atas tingkat minimum yang diwajibkan regulator yakni sebesar 100%.
Posisi permodalan Bank tetap kuat dengan Rasio Kecukupan Modal/Capital Adequacy Ratio(CAR) tercatat 26,5% pada Maret 2022, dibandingkan 25,3% di Maret 2021. Total modal Bank tercatat naik menjadi Rp27,94 triliun pada Maret 2022 dari Rp26,87 triliun pada Maret 2021.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: