Anies Baswedan sempat melontarkan diksi ‘Pribumi’ saat berpidato kemenangan Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu kembali diungkit warganet.
Saat itu pasangan Anies-Sandiaga Uno menang melawan petahana Basuki Tjahja Purnama alias Ahok yang dianggap bukan warga Indonesia asli.
Adalah Rudi Valinka pemilik akun Twitter @kurawa menyebut kata kunci pribumi adalah awal dari tumbuh suburnya rasisme di Indonesia di jaman Orde baru yang dipelihara oleh negara untuk mengontrol etnis tertentu.
Baca Juga: Anies Baswedan Kena Serangan Rasisme Disebut Orang Yaman, PSI: Kita Harus Sudahi Perpecahan
“Setelah reformasi semua diperbaiki agar Indonesia kembali ke marwahnya di sumpah pemuda. Kembali Rusak saat pilkada DKI 2017 saat PRIBUMI diucapkan lagi,” cuitnya di Twitter, dikutip pada Selasa (3/5/2022).
Dikatakan @kurawa, luka lama kata rasis pribumi diucapkan kembali oleh seorang gubernur untuk menciptakan kembali sentimen etnis agar pendukungnya buta dengan soal kinerja dan attitude.
“Sekarang mereka tengah menciptakan pembenaran baru kalo kata ini sah-sah saja dengan sejuta argumen sampah padahal ada UU nya,” tegasnya.
Baca Juga: Kaos 'Anies Baswedan Presiden Indonesia' di Acara Mudik Gratis, PDIP: Cerdas, Tapi Tak Beretika
Sebaliknya, Anggota Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) DKI Jakarta, Tatak Ujiyati pasangan badan dengan serangan yang ditujukan ke Anies tersebut.
“Apakah kata pribumi itu rasis? Cek definisi pribumi. Kata pribumi yg diucapkan Anies justru sebagai penekanan bahwa selama menjabat Anies akan melindungi rakyat kecil yang terpinggirkan. Terbukti itu yang dia lakukan selama memimpin Jakarta,” kata Tatak Ujiyati di akunnya @tatakujiyati.
Tatak menjelaskan bahwa Pribumi vs Non Pribumi jika dibahas dalam konteks bukan hinaan atau diskriminasi, bisa berguna dalam analisa membangun bangsa.
Contoh Malaysia, data statistik tunjukkan puak melayu tertinggal secara ekonomi dari puak lain.
Akhirnya pemerintah buat kebijakan NEP agar puak melayu lebih berdaya.
Ia menegaskan, Anies adalah korban fitnah. Kata pribumi yang hanya diucapkan sekali oleh Anies itu pun dalam konteks penjajahan kolonial.
“Dibalik oleh buzzerp menjadi usaha mendikotomikan pribumi vs non pribumi. Amat jahat,” cetusnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Annisa Nurfitri