Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kendalikan Price War Antaranak Perusahaan, Ini yang Dilakukan IFG

        Kendalikan Price War Antaranak Perusahaan, Ini yang Dilakukan IFG Kredit Foto: IFG
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Perang harga yang terjadi di antara perusahaan dengan target pasar sama merupakan hal yang wajar terjadi di beberapa industri termasuk di industri asuransi.

        Dengan dibentuknya Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Asuransi dan penjaminan Indonesia Finansial Group (IFG) yang mencakup beberapa perusahaan dengan target pasar serupa menjadi sebuah tantangan agar anak perusahaan tidak perang harga di pasar.

        Baca Juga: Belum Kejar Profit, Ini yang Dilakukan IFG Selama 2 Tahun Dibentuk

        Adapun IFG sendiri terdiri dari PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja (Jasa Raharja), PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo), PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life), PT Bahana Sekuritas, PT Bahana TCW Investment Management, PT Bahana Artha Ventura, PT Bahana Kapital Investa, dan PT Grahaniaga Tatautama.

        Wakil Direktur Utama IFG Hexana Tri Sasongko mengatakan pada tahun awal dibentuknya holding perusahaan melakukan bisnis alinement atau konsolidasi antaranak perusahaan agar tidak saling kanibal.

        Baca Juga: Digadang Akan Kelola Dana Pensiunan BUMN, Ini Kata Wadirut IFG

        "Di tahun awal pertama adalah bisnis alinement, the beuaty dari holding itu tidak boleh ada kanibal, dan ini konsolidasi maka namanya bisni alinement, dalam melakukan itu hati-hati approach-nya bisa macem-macam, misalnya askrindo dan jamkrindo jejer padahal di lokasi yang sama nah kita cari disitu kan referenai memilih ada di nasabah tinggal teknik meng-handle-nya gimana, misalnya yang sudah di-approach Akskrindo enggak usah Jamkrindo atau dibagi antardaerah," ujar Hexana dikutip Kamis (2/6/2022).

        Dengan begitu, Hexana meyakini tidak akan ada lagi perang harga antaranak perusahaan di lapangan. Menurutnya hal itu bisa terjadi karena ditugaskanya direktur teknik untuk memberikan konsultasi kepada seluruh anak perusahaan.

        Selain itu, perusahaan juga mengusung value baru dengan pricing sebagai actuarial base atau tidak semata-mata bergantung pada penjualan semata tanpa perhitungan yang jelas.

        Baca Juga: Kementerian BUMN Berniat Gabungkan Pengelolaan Dapen Lewat IFG

        "Kita mengusung value baru di mana pricing itu actuarial base bukan semata-mata sales based bukan semata-mata dikendalikan oleh orang sales tanpa perhitungan karena kira komunikasi dengan ekosistem, berbicara dengan banking," ujarnya.

        Lanjutnya, Hexana menyebut bahwa akan jadi sia-sia jika harga yang kompetitif namun tidak bisa sesuai oleh perhitungan yang nantinya akan membuat perusahaan tidak mampu membayar klaim nasabah.

        Baca Juga: Perkuat Impelementasi Risk Culture, IFG Gelar Executive Briefing Risk Management

        "Harus fair karena ada yang namanya harga minimalnya berapa? Risikonya itu dihitung, karena risk base kan jadi namanya asuransi probability terjadi risiko itu saitific sekali ada dasar-dasar keilmuannya, ada asumsi-asumsinya. Jadi bukan berdasarkan feeling. Kita perkuat fungsi keaktuariaan, fungsi manajemen risiko dalam pricing model, dan itu dikontrol oleh direktur teknik di induk, kemudian di masing-masing anak juga ditempatkan direktur yang membawahkan keaktuariaan dan ada aktuaris," ungkapnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: