Wakil Direktur Utama Indonesia Finansial Group (IFG) Hexana Tri Sasongko menyebut, untuk dapat mengelola dana pensiun harus dilakukan oleh manajemen investasi (MI) berpengalaman.
Sebagaimana diketahui, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana menggabungkan kelolaan investasi dana pensiun para pegawai BUMN ke Holding BUMN Asuransi, dan Penjaminan, Indonesia Financial Group (IFG).
Baca Juga: Kementerian BUMN Berniat Gabungkan Pengelolaan Dapen Lewat IFG
"Kalau IFG ditunjuk itu kebetulan salah satunya, mungkin tidak hanya satu MI mungkin 2 MI kemarin dikatakan bisa satu bisa dua bisa tiga, tapi harus MI beneran bukan MI-MI-an," ujar Hexana ketika ditemui, Selasa (31/5/2022).
Hexana mengatakan, IFG dipilih kemungkinan besar karena di dalamnya terdapat PT Bahana TCW Investment Management yang merupakan salah satu MI terbesar di Indonesia dan memiliki ahli dalam mengelola dana.
"Kebetulan kenapa kok di-pull itu kita dapat ekonomi softskill sehingga bisa masuk ke pasar wholesale, punya bargaining power lebih baik," ujarnya.
Selain itu, juga punya akses pasar yang lebih baik dibandingkan dengan dikelola sendiri dengan orang yang berpengalaman sedikit di bidang investasi.
"Lebih baik daripada sendiri dikelola oleh orang tidak berpengalaman, orang tidak kompeten, tidak tau persis risikonya, tidak punya analical tools jadi tidak sesederhana itu. Tadi di materi saya pun juga saya menyoroti antara aset dan liabilities yang jarang dipraktikkan," ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana menggabungkan kelolaan investasi dana pensiun para pegawai BUMN ke Holding BUMN Asuransi, dan Penjaminan, Indonesia Financial Group (IFG). Sebagaimana diketahui, saat ini tercatat ada 108 kelolaan investasi dana pensiun perusahaan pelat merah yang masih terpisah-pisah.
"Karena sekarang masih pecah-pecah ada Telkom sendiri, Mandiri sendiri, BRI sendiri, jadi pelan-pelan akan kami gabungkan," ujar Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo, kepada wartawan, Senin (30/5/2022).
Pria yang akrab disapa Tiko tersebut mengatakan, hal ini dilakukan guna mengamankan aset para pensiunan BUMN dari tindakan korupsi. Dengan tindakan tersebut, insiden yang pernah terjadi pada PT Jiwasraya (Persero) dan PT Asabri tidak terulang kembali.
"Kan di asuransi ada jangka panjang, liabilitas, kan ini ada asetnya. Kalau asetnya gagal dikembangkan nanti ada gap ditambahkan oleh pendiri, pendiri ini kan kementerian BUMN. Ini kami sudah diskusikan, sudah ada kajiannya. Nanti pelan-pelan kami akan transfer ke sana (IFG), tujuannya untuk memastikan aset yang dikembangkan ini aman, tidak digunakan untuk investasi yang gak-gak gitu kan," ujarnya.
Tiko mengatakan, pengelolaan dana pensiun BUMN dalam satu payung perusahaan juga dapat menjaga pertumbuhan aset dan liabilitas. Adapun anak usaha IFG yang akan ditunjuk untuk mengelola investasi dari dana pensiun tersebut adalah PT Bahana TCW Investment Management.
"Supaya nanti secara strategi investasi dan risk appetite bisa diseragamkan, dan kepastian dalam pembayaran dana pensiun pegawai BUMN jadi lebih baik ke depannya," ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: