Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pesan di Balik Pertemuan PM Australia dengan Jokowi Terbaca Pakar, Jangan Dianggap Remeh

        Pesan di Balik Pertemuan PM Australia dengan Jokowi Terbaca Pakar, Jangan Dianggap Remeh Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ekonom Universitas Indonesia (UI) Ninasapti Triaswati membaca pertemuan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dengan Presiden Indonesia Joko Widodo.

        Kunjungan tersebut, kata Ninasapti, memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan kesepakatan bisnis dengan perusahaan Australia.

        Baca Juga: Tetangga Dekat Cinta Indonesia, Langsung Umbar Janji-janji di Muka Jokowi

        “Namun dibutuhkan kesiapan teknis dari pihak Indonesia untuk dapat membuat kontrak kerja sama yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia,” kata Ninasapti kepada BenarNews, dilansir Radio Free Asia.

        Menyangkut KTT G20 dan Vladimir Putin, ekonom UI mengatakan bahwa dirinya yakin kehadiran pemimpin Kremlin mendatang tidak akan mempengaruhi hubungan ekonomi dengan Australia.

        “Jika Putin datang, pemerintah Australia mungkin akan keluar, tetapi CEO perusahaan swasta Australia akan tetap tertarik untuk berinvestasi di Indonesia,” katanya.

        Pasalnya, Albanese telah menekankan bahwa pemerintahnya akan bekerja sama dengan Australian Super Funds, salah satu investor terbesar di negara itu, untuk menjajaki peluang investasi di Indonesia.

        Di samping itu, Albanese juga mengatakan pemerintahnya berkomitmen untuk memperdalam hubungan ekonomi dengan negara-negara Asia Tenggara.

        “Dan kami akan memberikan Strategi Ekonomi ASEAN yang komprehensif hingga 2040, untuk memetakan peluang ekspor dan investasi saat ini dan di masa depan di seluruh pasar utama ASEAN,” katanya.

        Albanese mengatakan Australia akan memberikan 470 juta dolar Australia (338,55 juta dolar AS) ke Asia Tenggara selama empat tahun di bawah program Bantuan Pembangunan Luar Negeri (ODA), selain 200 juta dolar AU untuk kemitraan iklim dan infrastrukturnya dengan Indonesia.

        “Kami juga sepakat untuk memperkuat kemitraan di Pasifik, terutama di bidang iklim, perikanan, dan pertanian,” katanya.

        “Sesuai dengan target iklim ambisius pemerintah saya, saya ingin akses yang lebih baik ke energi bersih yang terjangkau, andal, dan aman di seluruh wilayah kita, saat kita bertransisi ke dunia nol bersih bersama-sama.”

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: