Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Balada Penutupan Tebet Eco Park: Seberapa Penting RTH Dibutuhkan Kota?

        Balada Penutupan Tebet Eco Park: Seberapa Penting RTH Dibutuhkan Kota? Kredit Foto: Antara/Antara/Indrianto Eko Suwarso/YU
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Suasana asri dari rimbunnya pepohonan menjadi satu penawaran utama bagi para pengunjung Tebet Eco Park. Selain itu, sejuk udara yang tersaji di taman memberikan satu pengalaman menarik yang jarang didapatkan penduduk Ibu Kota.

        Kendati demikian, pengunjung Tebet Eco Park digemparkan dengan keputusan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta yang menutup sementara Tebet Eco Park karena beberapa alasan. Pro-kontra penutupan sementara taman itu juga timbul dari banyak pihak tak kala penutupan tersebut ditetapkan.

        Pemprov DKI Jakarta Dihujani Kritik

        Anggota DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menjadi salah satu pihak kontra yang vokal ketika Tebet Eco Park ditutup sementara. Gembong menilai, penutupan taman merupakan bentuk dari kajian tata kelola Pemprov DKI yang prematur. Hal tersebut dia katakan berdasarkan kurangnya akses transportasi publik, tempat parkir, akses keluar masuk, hingga kenyamanan warga setempat yang dia nilai mengganggu.

        "Kan pasti terpikir kalau sudah melalui perencanaan. Karena semua (perencanaan) itu tidak dilakukan, maka yang terjadi seperti sekarang hanya mengejar proyek saja," katanya, Rabu (15/6/22).

        Pada lembaga kepemerintahan yang sama, Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Eneng Malianasari juga mengatakan hal senada. Menurutnya, dalam tata kelola ruang terbuka hijau, Pemrov DKI bisa mengendalikan angka pengunjung yang datang.

        Baca Juga: Tebet Eco Park Ditutup, Wakilnya Mas Anies Baswedan Beri Penjelasan: Kami Bangga Punya...

        Dia mengatakan bahwa pihaknya merekomendasikan Pemprov DKI untuk melakukan analisa terkait dengan padatnya pengunjung dan persoalan yang timbul dari Tebet Eco Park lainnya.

        Dia juga menyarankan agar Pemprov DKI melakukan kerja sama dengan pihak Transjakarta untuk memberikan pelayanan transportasi guna mengurangi jumlah kendaraan yang parkir di wilayah taman. Dengan demikian, kata Eneng, kemacetan yang timbul dari padatnya kendaraan pengunjung bisa ditangani.

        "Intinya ada banyak cara yang dapat dilakukan. Tinggal pilih mau yang mana," katanya, Senin (13/6/22).

        Alasan Penutupan Tebet Eco Park

        Sebelumnya, balada kontroversi Tebet Eco Park mencuat tak kala warga dan pengguna jalan mengeluhkan kondisi di sekitar taman. Warga mengeluh karena banyaknya parkir liar dan pedagang kaki lima yang mangkal di wilayah tersebut, hingga timbullah beberapa persoalan seperti macet dan padatnya pengunjung pada hari kerja maupun akhir pekan.

        Menanggapi kontroversi Tebet Eco Park, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan bahwa sejak tempat tersebut diresmikan, banyak warga dalam kota maupun luar kota, datang berbondong-bondong untuk bisa menikmati keasrian alam di tengah kota. Berbagai segmen usia dan kelas ekonomi datang hanya untuk menjelajah taman dan fasilitasnya.

        Anies mengatakan Tebet Eco Park dibangun dan diresmikan agar warga bisa menikmati suasana hutan kota dan edukasi tentang lingkungan hidup. Titik wilayah taman tersebut juga dirancang Pemprov DKI sebagai zona emisi rendah guna mengurangi jumlah polusi udara di wilayah Jakarta.

        Kendati demikian, Anies mengatakan bahwa tempat dengan kapasitas maksimal sebesar 8-10 ribu pengunjung membludak melebihi batas normal. Bahkan, Anies mengatakan bahwa meledaknya angka pengunjung mencapai 60 warga dalam satu hari diakhir pekan. Kondisi yang demikian padatnya dinilai Anies sebagai parade kepadatan ekstrem.

        Dengan kondisi yang demikian padatnya, Anies menilai bahwa kadar kemanfaatan yang bisa didapatkan pengunjung atas Tebet Eco Park menjadi sangat berkurang. Menurutnya, tujuan pengunjung untuk menikmati berbagai manfaat taman tidak akan tercapai jika kepadatannya begitu ekstrem.

        "Suasana taman lebih menyerupai festival daripada taman kota," kata Anies, Kamis (16/6/22)

        Berdasarkan data yang Anies peroleh, keputusan penutupan sementara Tebet Eco Park tercapai. Jumlah pengunjung di hari kerja maupun akhir pekan akan dibatasi sesuai dengan daya tampung taman, katanya. Dia juga mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan penertiban dan juga mengkaji tata laksana operasional taman dengan mengedepankan kebersihan lingkungan baik di dalam taman, maupun di luar, serta mengkaji terkait dengan penanganan kemacetan yang timbul dari keluar-masuknya kendaraan pengunjung.

        Seberapa Penting Ruang Terbuka Hijau (RTH) ?

        Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) telah ditetapkan bahwa 30% wilayah kota harus berupa RTH yang terdiri dari 20% publik dan 10% privat. Berdasarkan perundang-undangan yang senada, Peraturan Menteri PU Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Ruang Terbuka Hijau publik adalah yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Daerah Kota/Kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum.

        Mengutip dari laman Dinas Lingkungan Hidup Buleleng, Bali, ada beberapa tujuan utama dari dibangunnya RTH di perkotaan atau wilayah-wilayah tertentu:

        Baca Juga: Pemprov DKI Pimpinan Anies Baswedan Dapat Penghargaan Lagi, Gembong PDIP: Faktanya Berbanding Terbalik!

        Pertama, RTH dibutuhkan untuk menjaga keselarasan hidup masyarakat. Keselarasan hidup tersebut didapat tak kala lingkungan hidup berbasis alam yang asri, bisa seimbang kehadirannya dengan lingkungan hidup binaan. 

        Kedua, RTH dibutuhkan untuk menanggulangi terjadinya banjir yang disebabkan oleh kurangnya lahan resapan air di wilayah tertentu, khususnya perkotaan. Keasrian alam yang ada pada RTH, dinilai mampu menyerap genangan yang meluap akibat curah hujan yang tinggi.

        Ketiga, RTH juga dipercaya bisa mengurangi potensi terjadinya perubahan iklim, masa tanah yang mengakibatkan erosi, juga badai yang berpotensi memporak-porandakan pemukiman penduduk. Keempat, RTH dinilai bisa memberi nilai artistik pada tata kelola kota dengan keasrian dari rimbun dan sejuknya pepohonan.

        Sementara dalam pembangunannya, terdapat beberapa konsep yang dipercaya bisa memberikan kemanfaatan dari dibangunnya RTH. Eco Cultural City, misalnya. Konsep yang mengusung tema budaya sehingga memberikan manfaat dari segi pelestarian budaya.

        Kemudian konsep RTH sebagai tempat pengelolaan sampah terpadu yang dapat membantu pengurangan limbah sampah. Tentu dalam praktiknya, limbah sampah yang dipilih ini merupakan jenis yang dapat dimanfaatkan untuk RTH yang ada di wilayah tersebut.

        Sementara manfaat yang bisa diperoleh dari RTH, diantaranya:

        Baca Juga: Denny Siregar Koar-koar Anies Baswedan "Bapak Politik Identitas", Langsung Dapat Jawaban Telak: Bukan Anies, Ahok!

        Pertama, RTH tidak hanya memberikan manfaat bagi manusia, tetapi juga bagi makhluk hidup lainnya. Secara ilmiah, RTH bisa memberikan ekosistem bagi keberlangsungan hidup flora dan fauna. RTH mampu menciptakan habitat bagi satwa liar yang juga penting dalam meningkatkan kualitas hidup di wilayah perkotaan.

        Kedua, dilansir dari Urban Espora, setiap satu meter persegi ruang terbuka hijau dapat menyaring hingga 200 gram partikel polutan per tahun. Dengan adanya RTH di wilayah perkotaan, tentu membantu menyaring udara agar lebih sehat bagi para penghuni wilayah tersebut.

        Kegita, adanya RTH juga dinilai bisa menambah pasokan air di wilayah perkotaan. Hal diterjadi karena hujan yang turun mampu diserap baik oleh tanah yang tidak dilapisi dengan aspal, sehingga keberadaan air di daratan sangat tergantung pada kemampuan tanah untuk menahan air hujan supaya bisa diserap sebanyak mungkin dan tidak menjadi limpasan. Semakin besar kemampuan tanah dalam menyerap dan menahan air, semakin banyak air yang tersedia.

        Keempat, RTH mampu menjaga suhu udara sehingga iklim yang tercipta lebih nyaman dan bersahabat. RTH yang dibangun di atap-atap bangunan dan rumah pribadi bahkan dinilai mampu mengisolasi suhu. Dengan demikian, suhu di ruangan bisa lebih dingin di musim panas dan lebih hangat di musim dingin.

        Kelima, RTH mampu membantu mengurangi penggunaan alat pendingin atau pemanas ruangan yang dinilai sebagai salah satu dari sumber pemanasan global.

        Pada statemen akhirnya terkait dengan penutupan Tebet Eco Park, Anies menuturkan bahwa ada sekitar 100 taman lainnya di Jakarta yang telah diperbarui dan dibuka. Taman-taman tersebut juga tidak kalah menariknya dengan Tebet Eco Park, katanya. Dengan begitu banyak taman yang dimiliki Pemprov DKI, kata Anies, warga DKI bisa lebih aktif menjelajah taman-taman tersebut.

        "Ada begitu banyak ruang publik dan ruang terbuka hijau yang bisa dijelajahi dan dinikmati warga Jakarta, dan semuanya Kimi telah dibuka. Selamat menjelajahi dan menikmati taman-taman di Ibu Kota," tutup Anies.

        Kredit foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso/YU

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Andi Hidayat
        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: